Analisis Makro Perikanan antar Wilayah

6.1.3. Analisis Makro Perikanan antar Wilayah

Menurut Fauzi 2010, pendekatan MRA Minimum Requirement Approach dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi makro sub sektor perikanan. Pendekatan ini dapat mengukur seberapa besar kekuatan sektor basis dengan mengukur base multiplier-nya. Melalui pendekatan ini diperoleh gambaran pengaruh sub sektor perikanan terhadap sektor lainnya di Kota Padang dengan membandingkannya pada daerah yang memiliki karakteristik potensi perikanan laut di Provinsi Sumatera Barat . Pengukuran MRA dalam penelitian ini menggunakan variabel tenaga kerja E=Employment sebagai indikator. Pada kasus ini, teknik MRA mengandalkan wilayah yang memiliki karakteristik yang sama yang digunakan sebagai acuan atau peer. Daerah lain yang dipilih sebagai pembanding dalam indikator tenaga kerja adalah daerah pesisir yang menjadikan sub sektor perikanan sebagai salah satu tulang punggung perekonomian. Daerah tersebut antara lain Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Perhitungan nilai share tenaga kerja antar wilayah dijelaskan dalam Tabel 27 berikut: Tabel 27. Share Tenaga Kerja Sub Sektor Perikanan antar Wilayah di Sumatera Barat Tahun 2010 No. Wilayah Total Tenaga Kerja Tenaga Kerja Perikanan Share Tenaga Kerja 1 Kota Padang 304790 6898 0,023 2 Kota Pariaman 31932 1177 0,037 3 Kab. Padang Pariaman 159162 4381 0,028 4 Kab. Pesisir Selatan 158806 13998 0,088 5 Kab. Pasaman Barat 158617 2762 0,017 6 Kab. Kepulauan Mentawai 36453 3216 0,088 Sumber. BPS Provinsi Sumbar, 2010 Data diolah tahun 2012 Dari data nilai share yang diperoleh terlihat bahwa daerah yang memiliki nilai share tertinggi untuk perikanan adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Pesisir Selatan. Nilai ini merupakan perbandingan komposisi tenaga kerja keseluruhan dengan tenaga kerja yang khusus bekerja sebagai nelayan perikanan tangkap. Sedangkan daerah dengan nilai share terendah adalah Kabupaten Pasaman Barat dengan nilai 0,017. Kota Padang sebagai Ibu Kota Provinsi memiliki keunggulan komparatif pada sektor jasa, keuangan dan perdagangan, sehingga jumlah tenaga kerja terbesar bergerak pada sektor-sektor tersebut. Nilai share Pasaman Barat dijadikan sebagai peer dalam tahap perhitungan selanjutnya karena merupakan nilai yang paling minimum dari sub sektor perikanan. Perhitungan MRA dijelaskan dalam Tabel 28 sebagai berikut: Tabel 28. Perhitungan MRA Sub Sektor Perikanan antar Wilayah di Sumatera Barat Tahun 2010 No. Wilayah Share Sektor Minimum Shares Peer Total Emp. Sektor Total Emp. Basic Emp. Basic Multiplier 1 Kota Padang 0,023 0,017 6.898 304.790 1.716,570 177,6 2 Kota Pariaman 0,037 0,017 1.177 31.932 634,156 50,4 3 Kab. Padang Pariaman 0,028 0,017 4.381 159.162 1.675,246 95,0 4 Kab. Pesisir Selatan 0,088 0,017 13.998 158.806 11.298,298 14,1 5 Kab. Kepulauan Mentawai 0,088 0,017 3.216 36.453 2.596,299 14,0 6 Kab. Pasaman Barat 0,017 0,017 2.762 158.617 Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Data hasil analis Tabel 28 dapat digunakan untuk menghitung pengganda basis base multiplier sub sektor perikanan. Pengganda basis ini dihitung berdasarkan rasio antara total tenaga kerja perikanan dibagi dengan basic employment. Kota Padang dalam analisis ini memiliki nilai basic multiplier sebesar 177,6 hal ini menunjukkan bahwa setiap 177 tenaga kerja yang diciptakan oleh sektor basis akan menghasilkan 0,6 tenaga kerja di sektor non basis. Daerah yang memberikan efek pengganda terbesar adalah Kota Pariaman, dimana dapat diinterpretasikan bahwa pada daerah ini untuk setiap 50 tenaga kerja di sektor basis diharapkan akan tercipta 4 tenaga kerja di sektor non basis.

6.2. Analisis Bioekonomi Sumberdaya Perikanan