Potensi Bencana Alam di Wilayah Pesisir

gelombang badai pasang, banjir, dan gerakan tanah. Selanjutnya ada empat elemen sebagai akibat bencana yaitu; abrasi, akresi, erosi dan intrusi air laut. Elemen potensi bencana alam yang terdapat di wilayah pesisir tersebut adalah sebagai berikut:

a. Angin Kencang

Angin kencang terjadi akibat adanya perbedaan tekanan udara yang sangat tinggi pada zona tertentu di atmosfer. Perbedaan tersebut menimbulkan gerakan putaran angin yang kuat, disertai dengan hujan lebat dan menimbulkan efek destruktif karena membawa energi yang besar. Berbeda dengan badai tropis, angin kencang berlangsung singkat, dari hitungan detik hingga beberapa menit. Dampak angin kencang pada wilayah pesisir sulit dikurangi sekalipun dengan populasi mangrove yang padat,hal ini disebabkan arah datangnya angin tersebut berasal dari atas Fritz dan Blount, 2006.

b. Gelombang Laut

Gelombang badai pasang storm tide adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras BNPB, 2009. Berdasarkan gaya pembangkitnya, gelombang laut ocean wave secara garis besar dikelompokkan dalam tiga jenis Macmillan, 1966; Mihardja dalam Latief, 2008, yaitu:  Gelombang angin atau ombak wind wave, gelombang ini dibangkitkan oleh angin .  Gelombang pasang surut atau gelombang pasang tidal wave sering disebut pasang surut tide disingkat pasut yang terlihat secara kasat mata sebagai pasang naik flood tide dan pasang surut ebb tide. Keadaan pasang surut ini di laut sangat ditentukan oleh posisi bumi –bulan–matahari. Pada waktu bulan purnama dimana posisi bumi –bulan–matahari dalam satu garis lurus, maka muka laut saat pasang sangat tinggi dan sewaktu surut sangat rendah. Bila posisi bumi –bulan–matahari membentuk sudut 90 derajat, maka muka laut saat pasang tidak terlalu tinggi dan saat surut tidak terlalu rendah.  Gelombang badai storm surge, yaitu gelombang yang timbul akibat angin kuat atau badai storm yang menekan air laut ke arah garis pantai dengan ketinggian kurang lebih empat meter mengakibatkan runtuhnya lereng gisik landfall. Badai tersebut terjadi akibat persentuhan uap yang ditimbulkan oleh kenaikan suhu muka air laut dengan lapisan atmosfer yang dingin dan basah, sehingga terjadi perpindahan energi dari laut ke atmosfer. Jika gelombang badai terjadi pada saat pasang, maka kekuatan pasang dan kekuatan badai menyatu dan menghasilkan gelombang badai yang lebih dahsyat.

c. Tsunami

Tsunami adalah rangkaian gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut BNPB, 2009. Adapun pembangkit gelombang panjang tsunami ini diantaranya adalah gempa bumi dangkal kedalaman epicentre kurang dari 40 km yang berpusat di tengah perairan dengan magnitude yang cukup besar, yaitu lebih dari 6,4 SR. Syarat lainnya adalah gempa tektonik yang terjadi merupakan gempa vertikal yang melibatkan pergeseran vertikal lempengan dengan luasan yang cukup besar. Berdasarkan jarak bangkitnya, tsunami dibedakan atas tiga jenis yaitu tsunami jarak pusat gempa ke lokasi sejauh 200 km yang terjadi kurang dari 30 menit, tsunami jarak menengah sejauh 200-1000 km terjadi 30 menit –2 jam setelah gempa, dan tsunami jarak jauh lebih dari 1000 km yang terjadi lebih dari 2 jam setelah gempa Diposaptono dan Budiman, 2006. Menurut Sonak, Pangam and Giriyan 2008, tsunami adalah fenomena yang sangat tak terduga dan negara-negara yang terkena dampak di wilayah ini sama sekali tidak siap untuk menghadapi peristiwa bencana semacam ini. Kerusakan yang ditimbulkan oleh tsunami berdampak sangat parah bagi manusia dan alam. Oleh karena itu, mitigasi bencana menjadi solusi dalam mengurangi dampak bencana yang terjadi.