Kelompok Siaga Bencana ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN TUNA DAN MITIGASI BENCANA

peta evakuasi telah dibuat dan terus diperbaharui oleh BPBD bekerjasama dengan instansi lain.

e. Kelompok Siaga Bencana

Kelompok Siaga Bencana KSB merupakan perpanjangan tangan dari BPBD. Unit ini berasal dari anggota masyarakat dan relawan yang peduli terhadap risiko bencana alam. Beberapa kegiatan atau program yang dilaksanakan KSB antara lain; sosialisasi penanggulangan bencana dan kebijakan kebencaan kepada masyarakat, latihan evakuasi bencana dan lainnya.

6.3.2.2. Prioritas Bentuk Mitigasi

Dalam rangka menentukan prioritas bentuk mitigasi bencana yang akan diambil terkait pengembangan sumberdaya perikanan, maka dalam tahap ini digunakan Metode Perbandingan Eksponensial MPE. Teknik analisis MPE menggunakan informasi dari pakar terkait keputusan yang akan diambil. Kriteria pembentuk MPE ini adalah; ekologi dinamika perairan pesisir dan faktor keberlanjutan sumberdaya perikanan, ekonomi kesejahteraan masyarakat dan sosial kesesuaian dengan karakteristik masyarakat dan SDM lokal. Alternatif bentuk mitigasi bencana yaitu: 1 Pembuatan peraturan, UU dan kebijakan lain terkait mitigasi bencana dan keberlanjutan SD Perikanan 2 Sosialisasi mitigasi bencana, simulasi bencana 3 Sistem penyelamatan dini, jalur evakuasi 4 Pendampingan pendirian bangunan fasilitas standar 5 Sistem peringatan dini, sistem informasi terpadu 6 Remangrovisasi, artificial reeft, beach nourishment 7 Pemecah ombak, peredam abrasi, penahan sedimentasi sejajar pantai 8 Pengembangan sistem mitigasi berbasis kearifan local 9 Penyediaan GPS, APS, Aplikasi informasi bencana untuk nelayan 10 Pendirian bangunan pelabuhan dan prasarana perikanan lainnya yang berperspektif mitigasi bencana Tingkat kepentingan dalam metode ini diperoleh dengan menentukan besarnya bobot dari masing-masing kriteria yang ada. Penentuan besarnya bobot ini dilakukan melalui pendapat pakar. Angka pembobotan ditentukan berdasarkan skala ordinal dengan skala 1 sampai 5. Bobot 1 berarti kriteria tersebut sangat tidak penting, bobot 2 berarti tidak penting, bobot 3 berarti cukup penting, bobot 4 berarti penting dan bobot 5 berarti sangat penting. Pada metode MPE, nilai total setiap alternatif diperoleh dengan menjumlahkan seluruh kriteria yang dipangkatkan dengan bobotnya. Berdasarkan perhitungan MPE diperoleh nilai total masing-masing alternatif seperti yang ditampilkan pada Tabel 42. Tabel 42. Nilai Total Alternatif Prioritas Mitigasi No. Alternatif Kriteria Nilai Alternatif Ekologi Ekonomi Sosial 1 Pembuatan peraturan,UU dan kebijakan lain terkait mitigasi bencana dan keberlanjutan Perikanan 5 4 5 1.506 2 Sosialisasi mitigasi bencana, simulasi bencana 4 4 5 1.137 3 Sistem penyelamatan dini, jalur evakuasi 4 5 5 1.506 4 Pendampingan pendirian bangunan fasilitas standar 4 4 5 1.137 5 Sistem peringatan dini, sistem informasi terpadu 5 5 5 1.875 6 Remangrovisasi, artificial reeft, beach nourishment. 5 4 4 1.137 7 Pemecah ombak, peredam abrasi, penahan sedimentasi sejajar pantai 5 5 3 1.331 8 Pengembangan sistem mitigasi berbasis kearifan lokal 5 4 5 1.506 9 Penyediaan GPS, APS, Aplikasi informasi bencana untuk nelayan 5 5 5 1.875 10 Pendirian bangunan pelabuhan dan prasarana perikanan lainnya yang berperspektif mitigasi bencana 5 4 5 1.506 Bobot 4 4 4 Sumber: Hasil Analisis Data, 2012 Berdasarkan hasil tabulasi kuesionerdan wawancara dengan pakar melalui metode ordinal MPE, diperoleh hasil bahwa prioritas bentuk mitigasi yang perlu 500 1000 1500 2000 1 2 3 4 5 Ekologi Ekonomi Sosial dikembangkan di Kota Padang terkait usaha perikanan antara lain; Sistem peringatan dini dan sistem informasi terpadu, Penyediaan GPS, APS dan Aplikasi informasi bencana untuk nelayan, Pembuatan peraturan,Undang-undang dan kebijakan lain terkait mitigasi bencana dan keberlanjutan sumberdaya perikanan, Sistem penyelamatan dini dan jalur evakuasi, Pengembangan sistem mitigasi berbasis kearifan lokal serta Pendirian bangunan pelabuhan dan prasarana perikanan lainnya yang berperspektif mitigasi bencana. Secara rinci prioritas bentuk mitigasi bencana ini ditampilkan dalam Gambar 30. Keterangan: 1 = Sistem peringatan dini, sistem informasi terpadu 2 = Penyediaan GPS, APS, Aplikasi informasi bencana untuk nelayan 3 = Sistem penyelamatan dini, jalur evakuasi 4 = Pengembangan sistem mitigasi berbasis kearifan lokal 5 = Pendirian bangunan pelabuhan dan prasarana perikanan lainnya yang berperspektif mitigasi bencana Gambar 30. Prioritas Bentuk Mitigasi Bencana Sumber : Hasil Analisis Data, 2012 Berdasarkan perhitungan analisis MPE yang ditampilkan dalam Gambar 30, terlihat prioritas utama bentuk mitigasi adalah sistem informasi terpadu serta penyediaan GPS dan aplikasi informasi bencana untuk nelayan. Sarana mitigasi ini selanjutnya akan dianalisis kelayakan investasinya seperti diuraikan pada Bab 6.5.3. Teknik MPE yang digunakan pada pemilihan bentuk mitigasi bencana dalam kaitannya terhadap pengembangan perikanan ini menggunakan tiga kriteria yaitu Ekonomi kesejahteraan masyarakat, Ekologi dinamika perairan pesisir dan faktor keberlanjutan Sumberdaya Perikanan dan Sosial kesesuaian dengan karakteristik masyarakat dan SDM lokal.

6.3.2.3. Mitigasi Bencana untuk Pengembangan Perikanan Tuna Longline

United Nation Escap 2004 memaparkan spektrum luas teknologi yang digunakan dalam kesiap-siagaan bencana. Teknologi ini merupakan sarana yang direkomendasikan dalam upaya mitigasi dan manajemen bencana yang meliputi: Penginderaan jauh, Sistem Informasi Geografis SIG, Global Positioning System GPS, sistem navigasi satelit, satelit komunikasi, radio amatir dan komunitas, televisi dan siaran radio, telepon kabel, fax, telepon selular, internet, e-mail serta paket perangkat lunak khusus, manajemen data base online dan jaringan informasi bencana. Teknologi yang disajikan dalam buku panduan tersebut menjadi sarana mitigasi penting terhadap keberlanjutan sumberdaya. Hasil analisis MPE sebelumnya terkait sarana mitigasi yang paling efektif dalam mitigasi bencana terhadap pengembangan perikanan di Kota Padang adalah; 1 Sistem peringatan dini dan sistem informasi terpadu, 2 Penyediaan GPS, APS dan aplikasi informasi bencana untuk nelayan, 3 Sistem penyelamatan dini dan jalur evakuasi, 4 Pengembangan sistem mitigasi berbasis kearifan lokal serta 5 Pendirian bangunan pelabuhan dan prasarana perikanan lainnya yang berperspektif mitigasi bencana. Sarana mitigasi ini merupakan upaya pengurangan dampak yang ditimbulkan dari bencana potensial terkait pengembangan sumberdaya perikanan sesuai analisis sebelumnya yakni gempa, tsunami, badai, gelombang laut dan intrusi air laut. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan serta melalui penelusuran data primer dan sekunder di lapangan, maka diperoleh bentuk mitigasi bencana untuk pengembangan perikanan tangkap di Kota Padang. Bentuk mitigasi ini terdiri dari prasarana mitigasi darat dan laut serta sarana mitigasi armada penangkapan. Bentuk prasarana dan sarana mitigasi ini nantinya akan dimasukkan sebagai komponen dalam perhitungan kelayakan investasi pengembangan usaha perikanan tangkap sebagaimana diuraikan pada Bab 6.4.2. Melalui perhitungan kelayakan investasi dengan memasukkan komponen mitigasi ini diharapkan dapat melahirkan rumusan kebijakan pengembangan ekonomi perikanan tuna longline berperspektif mitigasi bencana di Kota Padang. Bentuk prasarana dan sarana mitigasi bencana untuk pengembangan perikanan tangkap antara lain:  Prasarana Mitigasi Darat dan Laut - Sistem Peringatan Dini EWS Early Warning System ini sama halnya dengan sarana mitigasi yang telah ada di Kota Padang, namun penempatan sistem peringatan selama ini masih terbatas di lokasi padat penduduk, sedangkan pelabuhan yang menjadi sentra wilayah perikanan masih belum memadai. - Radar Tsunami dan Gelombang Penyediaan radar tsunami dan gelombang sebagai deteksi bencana belum optimal. Wilayah pelabuhan menjadi bagian vital bagi nelayan sehingga perlu adanyapenyediaan prasarana ini. Alat ini juga perlu dilengkapi dengan operator yang akan mengelola dan mendayagunakannya. - Pusat Informasi Bencana Pusat informasi terpadu kebencanaan yang dibangun pada kawasan sentra perikanan ini memuat prasarana mitigasi, sistem informasi terpadu dan sarana mitigasi lainnya. - Jalur Evakuasi dan Assembly Point Karakteristik Pesisir Kota Padang terutama sentra perikanan yang terdiri atas pantai dikelilingi pebukitan membutuhkan jalur evakuasi serta titik berkumpul yang aman dari tsunami dan tanah longsor dari arah bukit. - Shelter Pelabuhan Shelter atau bangunan perlindungan warga saat terjadi bencana berada di areal pelabuhan. Shelter ini merupakan bangunan multifungsi yang juga dimanfaatkan dalam pengembangan perikanan berupa tempat berkumpul organisasi nelayan serta aktivitas perikanan lainnya. - Tambat Badai Laut Tambat badai laut berfungsi sebagai kawasan evakuasi dan perlindungan bagi kapal-kapal nelayan yang dihadapkan pada bencana gelombang atau badai. Dalam pengoperasiannya membutuhkan sarana komunikasi dengan menara pemantau pusat informasi bencana.  Sarana Mitigasi Armada Penangkapan - GPS Global Positioning System GPS merupakan sistem informasi berupa peta yang mensimulasikan posisi. Fungsi utama dari GPS pada sarana mitigasi ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai posisi nelayanarmada yang berada di lautan untuk diarahkan pada posisi yang aman dari bahaya bencana di lautan. - Paket aplikasi BBAndroid Fungsi aplikasi BBandroid adalah memberikan informasi langsung dari perangkat tentang lokasi dan letak geografis gempabadai dengan latitude mendekati equator. Aplikasi ini menggunakan sumber informasi langsung dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG. - Radio komunikasi dan navigasi Sarana ini merupakan jembatan penghubung antara nelayanarmada dengan pusat informasi bencana. Kondisi di tengah lautan membutuhkan media khusus untuk berkomunikasi sehingga diperlukan sarana yang efektif dan memadai.

6.4. Analisis Pengembangan Ekonomi Perikanan Tuna Longline dan