5.1.2.3. Data Historis Penjualan
Berdasarkan pada Tabel 12, bahwa keintiman pelanggan dikaitkan dengan penjualan akan menunjukkan data historis penjualan. Data penjualan merupakan
data yang dimiliki suatu usaha bisnis untuk merekapitulasi informasi mengenai penjualan. Data tersebut mencakup a sejarah pembelian pelanggan, termasuk
kekinian, frekuensi, nilai uang, b nama dan detail kontak pelanggan, c nomor rekening, d kode SIC, e kriteria pembelian yang penting, f persyaratan
perdagangan seperti diskon, jangka waktu pembayaran, g pelanggan potensial prospek, h produk dan harga lawan usaha, i permintaan dan pilihan
pelanggan. Pada PKPBDD data-data penjualan yang berkaitan dengan administrasi
sudah ada berupa data pembelian yang mencakup tanggal, nomor faktur, nama pelanggan, alamat, grade – indeks, jumlah pesanan, harga satuan dan jenis
pembayaran. Pada data historis pelanggan akan digali pendapat pelanggan mengenai administrasi penjualan yang telah diterapkan PKPBDD sampai saat ini.
Berdasarkan wawancara mendalam kepada pelanggan, terdapat kesamaan pada segmentasi outlet buah segar, pasar tradisional dan UKM olahan. Pada outlet
buah segar TBS dan JFM berpendapat bahwa sistem pembayaran sudah bagus dan tidak ada masalah sampai saat ini. Pada segmentasi pasar tradisional, untuk
UD. Kharisma Buah berpendapat sistem administrasi sudah bagus dan tidak bermasalah. Persamaannya pada UD. Surya Abadi juga merasa lebih baik dalam
administrasi karena adanya keringanan dari pihak PKPBDD dari tunai saat barang datang menjadi tunai setelah barang habis.
90
Pada segmentasi UKM olahan terdapat kesamaan dalam memandang sistem administrasi. UKM olahan merasa masih kurang bagusnya dalam
pengadministrasian, hal ini disebabkan tidak adanya timbal balik yang baik antara PKPBDD dan UKM olahan. Pada saat UKM olahan membeli belimbing di
PKPBDD, pembayaran dilakukan tunai, namun ketika PKPBDD mengambil barang di UKM olahan pembayaran tidak tunai dan terlambat. Menurut UKM
olahan, sistem manajemen administrasi PKPBDD masih kurang baik, karena mencampuradukkan antara uang buah segar dan olahan belimbing, sehingga
ketika pelanggan membeli produk olahan di PKPBDD dan sudah membayar namun PKPBDD tetap terlambat dan terhambat dalam membayarkan ke UKM
olahan. Pada segmentasi konsumen besar terdapat sedikit perbedaan dalam menilai
sistem administrasi. Pada Carrefour sistem administrasinya adalah 14 hari kerja lalu pembayaran. Permasalahannya pihak Carrefour menilai PKPBDD kurang bisa
mengorganisasikan administrasinya, karena selalu dikumpulkan menjadi banyak faktur baru baru ditukarkan, sehingga itu akan merugikan PKPBDD ketika butuh
dana segar dan akan menganggu alur kas PKPBDD. Perbedaannya dari Carrefour, Makro berpendapat sistem administrasi bagus dan tidak ada masalah. Menurut
pihak PKPBDD adanya perbedaan antara Carrefour dengan Makro disebabkan keterbatasan karyawan di PKPBDD sehingga dalam proses penagihan sedikit
terhambat dan digabungkan sekalian dengan faktur lainnya.
91
Berdasarkan teori data historis pelanggan dan deskripsi pelanggan mengenai sistem administrasi yang dilakukan oleh PKPBDD, sebagian besar
pelanggan 62,5 yang merupakan outlet buah segar, pasar tradisional dan Makro berpendapat sistem administrasi PKPBDD sudah bagus. Hal ini terbukti
dengan sistem yang saling menguntungkan dan pengambilan pembayaran yang tepat waktu perlu dipertahankan. Namun sebagian kecil pelanggan 37,5 yang
merupakan Carrefour dan UKM olahan berpendapat PKPBDD kurang baik dalam mengadministrasikan pembayarannya. Hal ini disebabkan pihak Carrefour
menyatakan sering telatnya dalam penagihan dan akan merugikan alur kas pihak PKPBDD. Pada UKM olahan menyatakan kurang baik karena sampai saat ini
PKPBDD masih sering terlambat dalam membayar produk olahan dan tidak tunai dalam pembayaran sehingga tidak saling menguntungkan.
5.1.2.4. Data Historis Keluhan Pelanggan