5. 2. Lagu 13: Hagabeon LAGU BATAK TOBA POPULER
155
Sai paserep ma roham, tabolokkon tois ni roha i
Jala tabolokkon ma sian rohatta Elat teal hosomi
Asa taruli ho dingolumi Di tano parsatokkinan on
Dihasiangan on
Hagabeon Hasangapon Hamoraon Tinggal doi sude
Molo dung juppang Molo dung juppang
Molo dung juppang Hamatean i
Ulahon na denggan, bissan mangolu ho Songon panakko borngin haroro Nai
Jala dang adong mangambati Ai guru di Ibana langit tano on
Lan pe di tahi akka jolma i Rohana do na saut
Kiranya rendahkanlah hatimu, hilangkanlah kesombongan di hati
Dan kita hilangkan dari hati kita Dengki, sombong, dendam
Supaya dapat bagian kau di hidupmu Di tempat sementara ini
Di dunia ini
Hagabeon Hasangapon Hamoraon Akan lenyap
Bila tiba Bila tiba
Bila tiba, saat kematian
Lakukanlah yang baik, semasa masih hidup Kedatangan-Nya, seperti pencuri di malam hari
Tidak ada yang dapat menghalangi Langit dan bumi bergantung pada-Nya
Biarpun manusia merencanakan Kehendak-Nyalah yang jadi
Lagu menggunakan tangga nada diatonik, bertempo lambat, slow rock. Dalam lagu Hagabeon ini, Idelogi 3H masih jelas dicantumkan untuk menunjukkan betapa
penting ideologi tersebut bagi orang Batak. Sudiarto Tampubolon sebagai pencipta memberi pengertian baru atas ideologi 3H. Pengaruh ajaran Kristiani sangat kuat
melatarbelakangi lagu ini. Namun ada suatu pembelajaran baru dalam lagu ini, bahwa tekanan tidak lagi pada sumber kepercayaan agama asli Batak pada Debata Mulajadi
Nabolon, tetapi sudah diganti kepada Tuhan sebagai sumber dari ideologi. Bagi orang Batak diingatkan supaya tidak lupa berdoa dan bersyukur kepadaNya. Hagabeon,
hasangapon, hamoraon, nasian Tuhan i do i, jala unang lupa ho martangian, mandok mauliate.
Dalam penyebutan urutan ideologi 3H, ada perbedan, yang biasanya dikenal dengan urutan hamoraon, hagabeon, hasangapon seperti pada lagu Nahum Situmorang,
156
Alusi Au menjadi hagabeon, hasangapon, hamoraon. Tidak terlihat perubahan urutan ini karena ada kesengajaan, atau mempunyai penekanan makna. Namun dalam lagu ini,
pengaruh ajaran kekristenan sangat kuat melekat. Tuhan yang sudah mengajarkan yang baik kepada manusia, jangan sampai manusia berniat dalam hatinya melakukan hal yang
jahat. Ada unsur ajaran alkitabiah dalam lagu ini, dengan menekankan supaya manusia merendahkan hatinya, menghilangkan rasa benci, sombong dan dendam, supaya manusia
diberkati selama berada di dunia fana ini. Sai paserep ma roham, tabolokkon tois ni roha i, jala tabolokkon ma sian rohatta elat, teal, hosom i. Dijelaskan dalam syair lagu,
bahwa hagabeon, hasangapon, hamoraon, yang selama ini menjadi ideologi bagi orang Batak, akan lenyap dan tak berarti bila manusia sampai kepada kematian. Ideologi yang
selama ini menjadi nilai yang mulia yang diperjuangkan orang Batak, semua harus didasari atas perbuatan manusia yang baik di dunia, dikatakan dalam syair lagu:”Ulahon
na denggan, bissan mangolu ho” lakukan yang baik selama engkau masih hidup karena Tuhan akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati dalam ajaran
Kristiani, dan kedatangnya tidak diketahui manusia, seperti kedatangan pencuri di waktu malam
Songon panakko borngin haroro-Na i. Kedatangan-Nya tidak ada yang dapat menghalanginya Jala dang adong mangambati. Karena langit dan bumi adalah di
bawah kekuasaan-Nya. Ai guru di Ibana langit tano on. Biarpun manusia sudah merencanakan namun kehendak Tuhanlah yang akan jadi. Lan pe di tahi angka jolma i,
roha-Na do na saut. Lagu ini mengingatkan kepada orang Batak Toba, bahwa ideologi 3H, yang menjadi cita-cita hendaknya diperjuangkan bukan untuk menciptakan sikap-
sikap yang tidak berkenan kepada ajaran Tuhan.
157