1. 1. Lagu 4: Tapanuli Peta Kemiskinan
135
Mulak ma ho bangsokki Bangso Batak bangsokki, bangso na jogi
Mulak ma ho bangsokki Bereng ma i undung-undungta i, naung
marburbur Pulanglah kau bangsaku
Bangsa Batak bangsaku, bangsa yang tampan Pulanglah kau bangsaku
Lihatlah gubuk kita, yang sudah dimakan rayap
Menggunakan tangga nada diatonik, lagu bertempo lambat slow rock. Jack Marpaung adalah seorang pencipta lagu dan dikenal sebagai penyanyi rock Batak.
Melalui syair dan lagu Tapanuli Peta Kemiskian, seolah-olah Jack ‘memaksa’ orang Batak di perantauan yang sudah sukses supaya pulang. Teriakan khas penyanyi rock
suara Jack, mengindikasikan paksaan tersebut, seakan tidak bisa menerima mengapa Tapanuli Utara menjadi salah satu wilayah di Sumatera Utara disebut sebagai daerah
tertinggal, bahkan disebut miskin melalui data penelitian. Jack memulai kisahnya dalam syair lagu ketika orangtua akan memberangkatkan anaknya sekolah ke tempat yang jauh
dengan mengadakan sebuah acara. Adapun tempat tujuan sekolah anak tersebut adalah ke seberang tu bariba menunjukkan bukan di Sumatera. Dalam sebuah gelar acara
keluarga, tidak ketinggalan kehadiran tetangga terdekat untuk memberi doa restu untuk keberangkatan si anak ke seberang. Untuk memenuhi kebutuhan financial si anak
tersebut, orangtua terpaksa menjual sebidang tanah warisan, yang nilainya juga tidak seberapa.
Dalam bagian akhir, syair mengisahkan perjuangan di arena pendidikan telah usai dan keberhasilan kerja pun telah didapatkan. Harapan orangtua dari si anak adalah
kelak dapat memperbaiki kondisi ekonomi di kampung. Namun yang terjadi adalah rasa ketidakpedulian si anak terhadap kampung halamannya. Dalam syair lagu muncullah
ekspresi kemarahan ketika orangtuanya mengetahui bahwa anaknya sudah mencapai cita-
136
citanya, lulus dari sekolah dan sukses dalam pekerjaan, sudah kaya mora dan terpandang sangap, namun tidak peduli dengan kampung halamannya.
Pada bagian syair berikutnya ada himbawan, permohonan, kepada anaknya dengan panggilan sanjungan bangso na jogi sebagai bangsa yang tampan dan gagah
perkasa, untuk melihat bahwa rumah mereka dulu yang ditinggalkan sudah rusak dimakan rayap. Dan kondisi ini sekaligus menggambarkan lebih luas lagi betapa sedih
perasaan orang Batak di Tapanuli Utara karena mereka sedang menghadapi persoalan besar dengan ketidakberdayaan mereka untuk berjuang karena rumah mereka Tapanuli
sedang mengalami kesakitan ekonomi. Perantau diingatkan, pulanglah, ingat bagaimana dulu semua tetangga dari kampung beramai-ramai ikut menghantarkanmu, ketika engkau
berangkat untuk sekolah ke seberang. Pulanglah ke tempat asalmu, di tempat di mana ditanam ari-arimu, dibawah pohon bambu. Dari situlah kau berasal, yang dari tempat
yang sama nenek moyang Raja orang Batak Ompui Si Raja Batak berasal. Tempat itu telah menjadi tandus, sehingga tidak ada lagi yang diharapkan, hasil bumi tidak ada yang
dapat dipanen. Kata pulang menjadi kata penting, yang bisa diberi pengertian tidak sekedar pulang, tapi bagaimana perhatian, pemikiran, dukungan material, sangat
diperlukan dalam memperbaiki kondisi sekarang ini.