76
datang dalam mencari nafkah dan hidupnya tidak akan sejahtera. Hula-hula juga patut dihormati karena mereka adalah sebagai sumber ‘berkat’ pasu-pasu. Dalam acara adat
pihak boru selalu meminta berkat dari hula-hulanya. Oleh karena itu, dalam ajaran adat Batak, aturan ini masih dijalankan sampai sekarang. Sehubungan dengan hukum ini,
apabila pihak laki-laki penerima perempuan tidak menghormati hula-hulanya pemberi perempuan, maka dia tidak akan diberkati. Apabila ingin tinggal di kampung hula-hula,
maka keluarga ini akan mengalami kesulitan dan tidak akan mendapatkan dukungan dari pihak keluarga hula-hula dan seandainya ada sebidang tanah yang dapat dijadikan
sebagai sumber penghasilan tidak akan diberikan oleh pihak hula-hula-nya.
7. 2. Dongan Tubu
Adapun motto yang dihubungkan dengan dongan tubu adalah: “Manat mardongan tubu” yang artinya berhati-hati kepada saudara sekandung. Dongan tubu adalah keluarga ayah
dan satu marga dengan pihak laki-laki penerima perempuan. Dongan tubu dikonsepkan sebagai saudara sekandung, karena masih ada hubungan pertalian darah meskipun
urutannya sudah sangat jauh, sepanjang itu masih satu marga maka akan dianggp masih satu kandung dari keturunan dari satu marga. Sehingga dimanapun orang Batak berada
dan bertemu, kalau berkenalan dengan sama marganya maka dengan otomatis mereka menganggap sebagai saudara, meskipun tidak pernah kenal, bahkan orangtuanyapun
tidak saling mengenal, tetapi tetap harus mengaku seperti saudara sekandung dan yang tidak mengikuti aturan ini akan dikatakan: “Angka naso manat mardongan tubu, na
77
tajom ma adopanna’ . Artinya, keluarga yang tidak berhati-hati terhadap saudara semarga
akan menghadapi permasalahan dan pertengkaran di kemudian hari.
7. 3. Boru
Adapun motto yang dihubungkan dengan boru adalah: “Elek marboru” yang artinya tenggang rasa kepada boru karena akan mengakibatkan hal yang tidak mengenakkan
semua pihak dalam pesta adat. Jangan sampai boru tersinggung, harus ‘panjang usus’ menghadapinya. Boru adalah keluarga saudara perempuan dari ayah. Dalam hubungan
kekerabatan dan melaksanakan adat, boru mendapat peran yang sangat penting, karena merekalah yang akan banyak bekerja untuk melayani marhobas untuk kelancaran
semua pesta adat. Boru harus disanjung, disayang, dan tidak boleh dimarahi karena tugas mereka dalam pesta adat sangat strategis dan bekerja keras. Yang tidak melaksanakan
aturan tersebut akan dikatakan: jala molo so elek marboru, andurabionma tarusanna. Artinya yang tidak elek sabar, tenggang rasa, mengerti terhadap borunya akan
digambarkan sama seperti minum air susu ibu yang tidak sehat. Falsafah yang termuat dalam dalihan natolu, memberi sistem atau aturan
musyawarah yang cukup adil, karena meskipun seolah-olah ada perbedaan dan kedudukan yang terhormat dan kurang terhormat, namun pada akhirnya tidak ada
kedudukan seseorang yang tidak pernah berubah. Dominasi hula-hula dalam sistem dalihan na tolu, harus dimaknai dengan konsep yang sangat hati-hati, karena dalam hal
posisi sebagai hula-hula, atau posisi sebagai boru, dan dongan tubu, bukanlah predikat yang tidak bisa berubah. Semua posisi hula-hula, dongan tubu, dan boru bersifat