58
tidak dikenal orang, begu antuk dewa yang memukul kepala seseorang sebelum ia mati, begu siherut dewa yang membuat orang kurus tinggal kulit, dan lainnya.
22
Sebelum masuk agama-agama besar ke tanah Batak, orang Batak telah memiliki agama suku yang mempercayai Mulajadi na Bolon sebagai Tuhannya. Pada masa Raja
Sisingamangaraja XII, sebagai Raja Batak, ia setia memegang keyakinannya dan mewujudkannya dalam agama yang ia sebut agama Parmalim.
23
Adat dan kepercayaan adalah dua unsur nilai dan norma yang membentuk kepribadian orang Batak sejak orang Batak dikenal sebagai ‘bangso Batak’. Praktik adat
dan kepercayaan yang dimaksud telah mengakar dalam kehidupan orang Batak jauh sebelum Injil masuk ke tanah Batak. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, hampir
semua roda kehidupan orang Batak dikuasai oleh aturan-aturan adat yang kuat. Sejak lahirnya seorang anak, masa remaja, beranjak dewasa, menikah, memiliki anak hingga
meninggal selalu dihubungkan dengan praktik tradisi dan ritual adat.
Pada masa kolonial, orang Batak tidak suka dengan kedatangan orang lain di wilayahnya sehingga mereka lebih sering menolak kedatangan orang asing yang mereka
sebut Si Bontar Mata si mata putih bahkan tidak segan untuk membunuhnya kerena mereka dianggap sebagai penjajah. Selain itu, ada paham bagi mereka bahwa orang yang
22
Panitia Distrik IX Perayaan Jubileum, 1961. Seratus Tahun Kekristenan Dalam Sejarah Rakyat Rakyat Batak. Jakarta: Panitia Distrik IX Perayaan Jubileum.
23
Parmalim, par artinya orang, malim artinya suci. Parmalim adalah agama dari orang-orang suci.
59
berada di luar suku mereka adalah musuh, karena pada masa itu sering terjadi perang antar suku.
24
5. Masuknya Penginjil ke Tanah Batak
Masuknya Injil ke tanah Batak membuat pengaruh dan perubahan yang cuku besar terjadi di kalangan masyarakat Batak Toba. Kedatangan missi asing baik dari Inggris, Amerika,
Belanda dan Jerman ke tanah Batak mempengaruhi kehidupan tradisi dan keagamaan orang Batak di wilayah pedalaman Sumatera Utara. Kesuksesan missi zending dari
Jerman menjadikan banyak orang Batak bertobat dan dibaptis menjadi Kristen. Sedangkan kedatangan Belanda lebih berfokus pada perluasan kekuasaan wilayah secara
politis dan untuk meraih keuntungan finansial dari hasil bisnis. Untuk mewujudkan impian politik tersebut Belanda mengangkat petinggi-petinggi adat untuk dijadikan
sebagai pekerja demi kepentingan penguasa Belanda.
5. 1. Penginjil Utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris
Masuknya Pekabaran Injil ke tanah Batak sangat mempengaruhi pola pikir, budaya, kepercayaan bagi orang Batak sendiri. Meskipun pada awalnya dianggap bahwa missi ini
kurang berhasil namun kemudian dianggap lebih berhasil dengan pendekatan yang persuasif yang dilakukan Pekabar Injil dari Jerman yang sangat terkenal di Tanah Batak,
24
M.C. Ricklefs, terj 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. p, 314.
60
oleh Ludwig Ingwer Nommensen, atau yang sering disebut orang Batak dengan panggilan: Ompu i Nommensen.
Missi pekabaran Injil dimulai oleh Inggris dari gereja Baptis pada tahun 1820 yaitu oleh tiga orang penginjil Nathan Ward, Evans dan Richard Burton yang dikirim ke
Bengkulu. Di sana Raffles menyarankan supaya mereka pergi ke Utara, ke daerah tempat tinggal suku Batak yang masih kafir. Untuk missi tersebut merekapun pergi ke utara, dan
awalnnya mereka bekerja di pesisir, teluk Tapanuli, Sibolga.
“In describing his 1824 journey with Burton, “at the expense of the British Government,” Ward reported that they had moved in a north-westerly direction from the Bay of
Tapanuli, to the region of the great lake, in the heart of the Toba country, near the seat of the principal Batak ruler, Si Singamangaraja. After crossing a triple chain of mountains,
where there were occasional villages, they came into the clear open Silindung valley”.
25
Kemudian tahun 1824 masuk ke daerah lebih dalam lagi, yakni Silindung wilayah suku Batak Toba. Pada awalnya mereka tiba di Silindung, mereka diterima dengan baik
oleh raja setempat, namun perjalanan penginjilan mereka terhenti ketika terjadi salah paham dengan penduduk. Sering penduduk salah menafsirkan khotbah penginjil tersebut
karena tidak sesuai dengan dasar ajaran kepercayaan masyarakat Batak yang menganut kepercayaan kepada roh Si Pele Begu. Penduduk menganggap bahwa ajaran Penginjil
ini akan melenyapkan ajaran leluhur mereka, karena itu para penginjil tersebut diusir dari lingkungan mereka.
26
Pandangan ini telah berakar di hati orang Batak dengan mengacu pada konsep pendirian dari Raja Sisingamangaraja tentang penjajah yang ditulis oleh
Idris Pasaribu dalam Harian Analisa Minggu, 24 Jul 2011, dengan judul: Parmalim dan
25
Aritonang, Jan Sihar and Steenbrink, Karel Ed. 2008. A History of Christianity in Indonesia, Leiden • Boston, Brill. p. 530.
26
Situmorang, Sitor. 2009. Toba Na Sae, Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX, Jakarta, Komunitas Bambu, p. 304.