62
pegunungan, lembah, dan hutan yang sangat luas. Munson dan Lyman tinggal di Bengkulu selama 4 hari. Lalu mereka melanjutkan perjalanan dan pada tanggal 26 April
1834, sudah menginjakkan kaki di Padang.
30
Dalam perjalanan selanjutnya dari Padang, mereka berangkat menuju tanah Batak dan pada 17 Juni 1834, Munson dan Lyman menginjakkan kaki untuk pertama kali di
Tanah Batak, dan mereka tinggal di Sibolga.
31
Di sana Tuan Bonnet, seorang pejabat Belanda, menyambut mereka dengan hangat. Dalam perencanaan selanjunya memasuki
pedalaman tanah Batak, Bonnet turut mempersiapkan mereka dan memberikan perlengkapan secukupnya untuk melanjutkan perjalanan ke arah Silindung. Pada 23 Juni
1834, mereka berangkat menuju pegunungan Silindung. Dalam missi perjalanan akhir ini, malang menimpa mereka, ketika tiba di pinggir lembah Silindung, pada malam hari 28
Juni 1834, mereka dihadang, ditangkap, dan kemudian mereka berdua dibunuh di dekat
Lobu Pining.
32
5. 3. Penginjil utusan Rheinische Missionsgesellschaft.
Pada tahun 1840, seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Franz Wilhelm Junghuhn
33
melakukan perjalanan ke daerah Batak dengan tujuan melakukan penelitian alam flora
30
Ibid.
31
Van den End Weitjens, SJ. 2008, Ragi Carita 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, p. 182.
32
Ibid.
33
Situmorang, Sitor.2009. Toba Na Sae, Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX, Jakarta, Komunitas Bambu, p. 306.
63
dan fauna, adat istiadat dan kawasan Danau Toba. Hasil penelitiannya dikemudian hari ia terbitkan menjadi karangan tentang suku Batak. Dari situasi yang ia alami di tanah Batak,
Junghuhn memberi saran kepada pemerintah kolonial untuk mengirimkan zending Kristen guna membendung pengaruh Islam yang semakin kuat di bagian Utara Pulau
Sumatera. Keterangan tersebut kemudian sampai ke tangan tokoh-tokoh Lembaga Alkitab Nederlandsche Bijbelgenootschap di Belanda, akhirnya mereka berinisiatif untuk
mengirimkan seorang ahli bahasa bernama H. Neubronner van der Tuuk untuk meneliti lebih jauh mengenai bahasa Batak dan merencanakan penerjemahan Alkitab ke dalam
bahasa Batak Toba.
34
Kemudian Van der Tuuk menerima tugas itu dan merencanakan melakukan penelitian ilmiah tentang bahasa Batak. Kalau utusan zending yang lain belum pernah
berhasil sampai ke Danau Toba, maka Van der Tuuklah orang Eropa pertama yang
menginjakkan kaki di Danau Toba 1850 dan bertemu dengan Si Singamangaraja. Dari hasil pertemuan Van der Tuuk dengan orang Batak, ia mendapat gambaran dan kemudian
memberi saran kepada lembaga zending untuk mengutus para penginjil ke tanah Batak, langsung ke daerah pedalaman.
35
Kemudian pada tahun 1857, pekabar Injil G. Van Asselt, diuts oleh jemaat kecil di Ermelo, Belanda ke wilayah Tapanuli Selatan. Di sana ia berhasil mendekati beberapa
pemuda dan sekaligus diberi pengajaran Kristiani. Pada 2 April 1861 Van Asselt
34
Ibid.p. 308.
35
B. Napitupulu, B. 2008. Almanak HKBP, Pematang Siantar: Unit Usaha Percetakan HKBP. p. 442-443.