Kritik Teks Kajian Filologi

7-3-1 parani purani 7-17-4 nasa nusa 8-16-3 ka kang 9-11-3 ngo ngong 9-15-2 dya dyah 11-12-4 ityas ing tyas 12-1-3 janmaku janmèku 12-17-4 wrini wrin ing 15-7-4 ngêpang ngêpung 15-10-3 sadèrènya sadèrèngnya 18-6-4 tyasiwang tyasingwang 19-1-2 wipala wipula 20-3-2 agupu agupuh 21-9-2 Badad Bahdad 21-17-2 kerinira keringira 22-7-3 wowèhan wowohan 23-9-1 kwèhni kwèhning 23-15-4 tangginas trêngginas 26-6-4 ata kata 26-7-1 makana mangkana 27-5-3 gêgisi gêgisik 27-11-2 alis lalis 38-16-2 natè natèng 40-15-4 yan dyan 43-1-4 pinagyèng pinanggyèng 43-5-2 ingki ingkang 45-17-3 wanudyèkang wanudyèngkang 51-17-3 ngarsè ngarsèng 52-8-4 pamêtaki pamêtaking 54-12-4 wru wruh 55-8-4 Balsora Balsorah 62-16-1 praje prajèng 63-6-1 ulu ulun 70-2-3 danira dènira 70-16-3 at awit 72-8-2 arsyè arsyèng 72-11-3 samyarsè samyarsèng 73-16-2 atar êtar 78-1-2 ipèn impèn 2. Hiperkorek, yaitu perubahan ejaan karena pergeseran lafal. Tabel 4. Daftar kesalahan penulisan kata yang tergolong hiperkorek. Pupuh-Bait-Baris Transliterasi Suntingan 1-3-2 mintara mentara 1-13-2 parankaranya paranparanya 2- - Sêkarini Sikarini 2-4-1 wustaningsun wastaningsun 3-3-1 duskaryanira duskartanira 4-14-1 babud babut 6-17-3 puyika punika 10-11-3 anlingnya anglingnya 10-16-4 pacêhning pacuhing 11-2-4 niyai ni nyai 19-4-1 anturira aturira 19-6-4 kawurywan kawuryan 20-6-3 anturnya aturnya 21-14-4 jêladri jaladri 22-18-1 rasaksa rasêksa 24-14-2 sakuwasèngwong sakuwasèngwang 25-14-2 têksaka taksaka 26-11-2 pulwèku palwèku 27-11-4 mirudha miruda 31-11-4 anlingira anglingira 31-12-4 jaladdha jalada 32-3-4 sawanguman sawangunan 36-3-4 sanajan sanadyan 36-16-4 kayêktin kayêktèn 37-10-2 one ane 38-5-1 kaupamèkna kaupamakna 41-13-2 nêbih têbih 46-2-3 duskarya duskarta 54-5-4 turpaksi tupiksa 54-18-1 wuwang uwang 57-12-2 wustani wastani 61-4-2 sêntanggèn sêtagèn 65-11-1 carikanira caritanira 68-15-4 sadê-sadêan sade-sadean 70-15-3 wirusnira wrêsninira 72-14-4 itar êtar 73-2-1 baud baut 74-12-4 parankaranira paranparanira 76-12-4 pinacêhan pinacuhan 78-11-2 gêsangi gêsange 3. Adisi, yaitu bagian yang kelebihan terjadi penambahan, baik suku kata, kata dan kelompok kata. Tabel 5. Daftar kesalahan penulisan kata yang tergolong adisi Pupuh-Bait-Baris Transliterasi Suntingan 2-1-2 deng de 17-15-4 jangnma janma 22-5-3 sintruk sintru 32-18-3 dongnkiwa don kiwa 36-12-3 mangdêg madêg 41-6-2 turpiksa tupiksa 43-13-3 singtangsu sitangsu 45-15-4 mungdha mudha 57-13-4 malapang malapa 62-16-3 angne ane 69-12-3 karsaningrèku karsanirèku b. Kesalahan pemenuhan metrum tembang. 1. Adisi penambahan kelebihan yang mendapat pengaruh ataupun tergolong dittografi, yaitu penulisan ganda padahal seharusnya hanya ditulis satu kali. a Pupuh 2 bait 11 baris 4, tembang Sikarini. Metrum tembang : lampah 17 pêdhotan 6-6-5 Teks : awarni awarni srênggala, wanita kêkalih, kang nunggil wisma, Suntingan : awarni srênggala , wanita kêkalih, kang nunggil wisma, b Pupuh 15 bait 6 baris 3, tembang Wêgang Sulanjani. Metrum tembang : lampah 23 pêdhotan 5-6-6-6 Teks : rikakala dèn jak, tumamèng jro panti, wingwrinirèng driya, wit sampun kawijil, Suntingan : rikala dèn jak, tumamèng jro panti, wingwrinirèng driya, wit sampun kawijil, c Pupuh 54 bait 18 baris 3, tembang Nagabanda. Metrum tembang : lampah 18 pêdhotan 5-6-7 Teks : aataling sira, sigra umijilkên, kuji gêng sing kandhutan, Suntingan : ataling sira, sigra umijilkên, kuji gêng sing kandhutan, 2. Adisi, yaitu bagian yang kelebihan terjadi penambahan, baik suku kata, kata dan kelompok kata. a Pupuh 21 bait 6, tembang Nagabanda. Metrum tembang : lampah 18 pêdhotan 5-6-7, dan setiap bait terdiri dari 4 baris, namun pada bait ini terdiri dari 5 baris. Teks : dhêkok sing ngandhap, tumêka ing tungtung, dhorèng pingul ciri wong, ingsun sakanca, anon warak siki, panca bakah lan liman, gajah kasrudug, ring cula wêtêngnya, watgata dyan jinunjung, ananging dupi, rudira lan lamak, ari kanang matênggya, marawayani, netranirèng warak, têmah wuta dyan ambruk,

3. Suntingan Teks dan Aparat Kritik

Selanjutnya, setelah melakukan transliterasi penulis melakukan kritik teks dalam upaya untuk menyusun suntingan teks Serat Cariyos Sewu Satunggal Dalu 2. Metode yang digunakan untuk menyunting Serat Cariyos Sewu Satunggal Dalu 2 ini adalah metode naskah tunggal edisi standar. Hal ini didasarkan atas keadaan naskah yang bersangkutan. Edisi standar adalah penyuntingan dengan disertai pembetulan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidak konsistenan serta ejaan yang digunakan adalah ejaan yang baku standar Bani Sudardi, 2003 : 60. Maka dari itu, dalam penyuntingan ini penulis memperhatikan pemenggalan kata, mengingat bahwa sifat huruf naskah Serat Cariyos Sewu Satunggal Dalu 2 yang tidak mengenal pemenggalan antar kata; ejaan yang berpedoman pada Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa; kebenaran konteksnya; dan juga kesesuaian metrum atau konvensi tembang sesuai dengan bentuk teks Serat Cariyos Sewu Satunggal Dalu 2 ini. Selanjutnya segala macam bentuk perubahan bacaan teks yang dilakukan penulis saat melakukan kritik teks dicatat dalam tempat khusus yang disebut aparat kritik. Jadi, kata atau kelompok kata yang dinilai salah berubah dalam suntingan teks akan dibiarkan sesuai teks aslinya, dan hanya akan diberi nomor kritik sebagai tanda bahwa kata atau kelompok kata tersebut telah dievaluasi. Kesalahan ataupun perubahan bacaan yang sama, hanya akan ditandai sekali untuk selanjutnya akan langsung disesuaikan. Berikutnya, hasil evaluasi dicantumkan dalam aparat kritik yang terletak di bagian bawah suntingan teks semacam catatan kaki footnote. Hal ini dilakukan untuk tetap mempertahankan teks aslinya dengan pertimbangan bahwa naskah Serat Cariyos Sewu Satunggal Dalu 2 ini adalah naskah tunggal, dan juga penulis ingin memberi kebebasan kepada pembaca untuk mengontrol langsung bacaan naskah yang asli atau bahkan memiliki penafsiran sendiri. Jadi dalam hal ini kritik teks, suntingan teks dan aparat kritik dilakukan secara bersamaan dan ketiganya merupakan suatu proses yang saling melengkapi. Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami suntingan teks Serat Cariyos Sewu Satunggal Dalu 2, di bawah ini adalah pedoman dan tanda-tanda yang digunakan oleh penulis dalam menyajikan suntingan teks Serat Cariyos Sewu Satunggal Dalu 2 : a. Dalam suntingan teks, huruf kapital digunakan untuk menulis ungkapan untuk Tuhan, unsur nama orang, nama tempat, dan nama tahun-bulan-hari. Maka dari itu, kata ataupun kelompok kata yang tidak memenuhi unsur-unsur yang telah disebutkan di atas, akan ditulis menggunakan huruf kecil atau biasa bukan kapital. Meskipun dalam teks SCSSD 2 ditemukan beberapa kasus penulisan kata yang tidak wajar, misalnya penggunaan aksara murda di tengah kata. Contoh : penggunaan aksara na murda di tengah kata. Teks Suntingan Gambar 21. Penulisan kata jêndhela jêndhela