20
5 Pembelajaran kooperatif merupakan suatu energi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain,
mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
6 Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik.
Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
7 Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi
nyata. 8 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki
keterbatasan, diantaranya Wina Sanjaya, 2011:247-249: 1 Untuk memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif
memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan
memahami filsafat pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya, mereka akan merasa
terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat menganggu iklim kerja
sama dalam kelompok.
2 Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan.
3 Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kelompok. Namun demikian, guru perlu
menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
4 Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran dalam berkelompok memerlukan
periode waktu yang cukup panjang, dalam hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan
strategi ini.
5 Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam
21
kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya dalam pembelajran kooperatif
selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua
hal itu dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament TGT
Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mudah untuk diterapkan, di dalam pembelajaran
metode ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya, serta mengandung unsur permainan
didalamnya. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota- anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
Dalam aktivitas pembelajaran yang ada, siswa dilatih untuk berani mengungkapkan pendapatnya, menerima pendapat orang lain, bekerja sama
dalam kelompok, serta berkompetisi Slavin, 1995:84. Menurut Winastwan Gora 2010:61, TGT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda. Sedangkan menurut Trianto 2009:83, model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-
Tournament TGT atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara
asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin
untuk skor tim mereka. Menurut Slavin 2008:163 mengatakan bahwa:
22
TGT secara umum sama dengan STAD yang membedakan keduanya adalah di dalam TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis
dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara
dengan mereka.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, menurut Winastwan Gora 2010:63-64, ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh,
yaitu: 1. Mengajar teach,
mempresentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa,
dan memberikan motivasi. 2. Belajar kelompok team study, siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri
atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akdemik, jenis kelamin, dan rasasuku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan
tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi unuk memecahkan masalah bersama,
saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.
3. Permainan game tournament, permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan permainan ini untuk
mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi
yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.
4. Penghargaan kelompok team recognition, pemberian penghargaan rewards berdasarkan pada rerata point yang diperoleh kelompok dari
permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rerata
poin sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok
Sumber Slavin 1995
kriteriarerata kelompok Predikat
30 sampai 39 Tim kurang baik
40 sampai 44 Tim baik
45 sampai 49 Tim baik sekali
50 keatas Tim istimewa