47
Sistem Trigger Pada Radar Maritim INDERA
Oktanto Dedi Winarko
1
, A. Andaya Lestari
2,3
1
Radar Communication Systems RCS Segitiga Emas Business Park, Unit No. 4 5 Jalan Prof. Dr. Satrio, Kav. 6 Jakarta 12940, Indonesia
Phone: +62-21-57951132 Fax: +62-21-57951128, Email :
HU
oktanto.dedisolusi247.com
U
2
International Research Centre for Telecommunications and Radar – Indonesian Branch STEI – ITB, Jalan Ganesha 10 Bandung, Indonesia, Email : a.lestariirctr.tudelft.nl
3
International Research Centre for Telecommunications and Radar – TU Delft
U
Mekelweg 4 2628 CD Delft, The Netherlands
ABSTRAK
Dalam suatu radar FMCW, sistem trigger merupakan komponen yang berfungsi sebagai penginisialisasian sweep sinyal dan indikator kapan proses pengambilan sampel sinyal yang diterima radar dimulai pada Analog
to Digital Converter ADC. Oleh karena itu, Direct Digital Synthesizer DDS maupun ADC harus ditrigger secara bersamaan atau diberi masukan trigger yang sama. ADC Handyscope-4 yang dipergunakan pada
INDERA tidak memiliki masukkan trigger dari luar sehingga proses sinkronisasi antara sinyal yang dikirimkan dengan sinyal yang diterima oleh radar harus menggunakan pemrosesan tambahan. Pemrosesan tambahan
tersebut adalah menggunakan salah satu dari kanal masukan sebagai masukan trigger dan kemudian melakukan pemrosesan penentuan trigger. Dengan demikian, terjadi sinkronisasi antara sinyal yang dikirimkan DDS
dengan proses pengambilan data pada ADC. Kata Kunci
: Radar, ADC, INDERA, triggering, HS4
1. PENDAHULUAN
INDERA atau Indonesia Radar adalah radar pertama buatan Indonesia yang memanfaatkan
teknologi Frequency Modulated Continuous Wave FMCW. Radar maritim INDERA dibangun dengan
kemampuan mendeteksi dan mengukur jarak suatu kapal dilautan dengan menggunakan daya pancar
yang sangat rendah. Karena daya pancar yang sangat rendah INDERA dapat dioperasikan dimana saja dan
tidak akan mengganggu perangkat – perangkat lain disekitarnya. Pada tanggal 24 Oktober 2008, untuk
pertama kalinya INDERA diujicobakan di pantai Cilegon, Banten. Ujicoba ini disaksikan juga oleh
dinas Litbang TNI-AL. Dalam penampilan perdananya, INDERA mengukuhkan eksistensinya
sebagai radar maritim. Hal ini dibuktikan dengan kemampuannya mendeteksi dan mengukur jarak
sebuah kapal yang berlayar di laut dengan akurat. Prinsip kerja radar adalah dengan memancarkan
gelombang elektromagnetik melaui suatu transmiter, yang kemudian akan dihamburkan oleh objek-objek
yang dikenainya seperti daratan, laut, pesawat atau kapal. Sebagian kecil energi yang dihamburkan
tersebut akan diterima kembali oleh receiver radar, yang biasanya, tapi tidak selalu, terletak berdekatan
dengan transmitter. Setelah dikuatkan di receiver, sinyal diproses untuk mereduksi clutter yang
merupakan echo yang tidak diinginkan dengan mengombinasikan pemrosesan sinyal secara
elektronik dan software computer data processing [1].
Pemrosesan sinyal secara komputer dilakukan setelah sinyal yang diterima didigitalisasi.
Pemrosesan tersebut meliputi sinkronisasi data, pemrosesan trigger, pengkorvesian data dan yang
paling penting adalah pemrosesan sinyal untuk menentukan target. Pemrosesan tersebut dilakukan
pada suatu personal computer PC tersendiri dengan kemampuan yang cukup tinggi.
2. DASAR TEORI
Ketika menyampel sinyal masukkan, penyampelan selalu dilakukan dengan interval yang
tetap. Pada setiap interval sampel, dilakukan kuantisasi dari sinyal masukkan yang kemudian
diubah menjadi suatu nomor. Tingkat akurasi dari penomeran tersebut tergantung dari resolusi
perangkat, semakin tinggi resolusi, semakin kecil pembagian level tegangan yang diberikan oleh
perangkat kepada sinyal masukan.
Jumlah sampling yang diambil setiap detik disebut sebagai frekuensi sampling. Semakin tinggi
frekuensi sampling, maka semakin rendah jarak sampling yang satu dengan sampling yang lainnya.
Dengan frekuensi sampling yang lebih tinggi, maka sinyal masukan dapat direkonstruksi lebih bagus.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sesuai dengan gambar 1. Frekuensi sampling harus lebih besar dua
kali dari frekuensi input maksimum, ketentuan ini disebut sebagai laju nyquist. Secara teoritis,
rekonstruksi dapat dilakukan apabila setiap perioda sinyal memiliki dua lebih sampel. Pada
kenyataannya, jumlah sampling yang lebih tinggi pada kisaran sepuluh kali lebih pada setiap perioda
akan menghasilkan sinyal yang jauh lebih bagus. Record Length
adalah jumlah sampling yang diambil pada durasi pengukuran dan frekuensi sampling yang
48
telah ditentukan. Dengan meningkatkan jumlah record length,
maka waktu pengukuran juga akan meningkat. Pada gambar 2 dan 3, dapat dilihat dua
hasil pengukuran satu dengan panjang pengukuran 12 sampel dan satunya dengan 24 sampel. Total durasi
pengukuran dapat ditentukan sesuai dengan persamaan 1.
Gambar 2: Record Length 12
Gambar 3: Record Length 24
Dimana : Td = Total durasi pengukuran detik Rl = Panjang pengukuran Sampel
Fs = Frekuensi Sampel
3. BLOK DIAGRAM SISTEM TRIGGER