• Operasi Tumpas. Merupakan penuntunan
pesawat C-130 Hercules dan AN-12 Antonov dalam rangka memulangkan seluruh personil dari
Pangkalan Udara Hasanuddin menuju Pangkalan Udara Husein Sastranegara.
• Operasi Garuda 15 Mei 1962. Merupakan
operasi penuntunan serta fighter recovery pesawat-pesawat Dakota, B-25 Mitchell, Albatros,
dan P–51 Mustang, misi operasi adalah penerjunan ke daerah Kaimana, Fakfak dan
Sorong.
• Operasi Pemulihan Timor Timur. Merupakan
operasi pengamatan udara yang dipusatkan di atas wilayah udara Timor Timur dalam rangka ikut
mengamankan proses disintegrasi.
• Operasi Serigala 17-19 Mei 1962.
Merupakan operasi penuntunan Pesawat Dacota yang menerjunkan sebanyak 39 personil PGT di
Sorong dan sekitarnya serta penuntunan C-130 Hercules yang menerjunkan 84 personil di
Sorong-Teminabuan
• Operasi Sepanjang Tahun. Merupakan operasi
pengamatan udara di seluruh wilayah udara nasional yang dilaksanakan oleh satuan–satuan
Radar dalam rangka mendeteksi setiap ancaman
melalui wahana udara yang memasuki wilayah Indonesia sepanjang tahun.
• Operasi Naga 26 Juni 1962. Merupakan
penuntunan 3 buah pesawat C-130 Hercules dari Halim Perdana Kusuma menuju Merauke yang
menerjunkan 210 personil dan 8400 kg logistik.
• Operasi Gabungan Terkoordinasi. Merupakan
operasi pengamatan pertahanan udara yang diawali deteksi, identifikasi dan penindakan
sasaran secara terkoordinasi dan terpadu dengan negara tetangga.
• Operasi Gurita 26-29 Juni 1962. Merupakan
operasi penuntunan pesawat pengintai dari serangan kekuatan udara Belanda dan sekaligus
sebagai perlindungan dalam operasi Badar Lumut.
• Operasi Siaga. Disiapkan untuk menghadapi
serangan belanda Pesawat yang akan diarahkan adalah TU-16, TU-16 KS, IL-28, Mig-17, P-51
Mustang, B-25 Mitchell, B-26, Dacota, C-130 Hercules, UF-1, PBY-5ª, MI-4 dan OTTER.
6. PENUTUP
• Operasi Kilat Januari 3 Februari 1965.
Penuntunan penyerangan, pemboman dan perlindungan daerah yang dikuasai oleh
pemberontak Kahar Muzakar dengan menggunakan pesawat pembom taktis B-25, IL-
28, MI-4H-202 dan 5 buah C-130 Hercules. Demikian naskah tentang Penggunaan Radar
Bagi Kepentingan Pertahanan Udara dibuat dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
peserta seminar sekalian.
94
Kerjasama Dephut dan Lembaga International dalam Penggunaan RADAR untuk Mendukung Pengelolaan Hutan Yang
Lestari
Iwan Setiawan, Priyambudi Santoso
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan, Departemen Kehutanan stwan06gmail.com
ABSTRACT
Indonesia is one of the countrys most rapid decreased in forested area. Forested area in Indonesia has decreased due to illegal logging, forest conversion into oil palm plantation, conversions into other activities.
One of the contribution of spatial applications is to utilize satellite imagery as tool for identification the location and measure the forested area. Department of Forestry as the government institutions that have competence to
provide and utilize remote sensing data especially in forestry applications has been using a variety of satellite imagery from optical imagery such as Landsat, SPOT and radar imagery such as ALOS MODIS and PALSAR
through cooperation with several international institutions such as EU, JICA, and other international institutions.
Key Words : Forestry, Satellite, imagery, international
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara paling cepat dalam mengalami penurunan luas hutan. Wilayah-
wilayah hutan di Indonesia mengalami penurunan luas akibat penebangan liar, konvensi hutan untuk
perkebunan, serta konvensi hutan untuk kegiatan lainnya. Salah satu sumbangsih aplikasi spatial
adalah dengan memanfaatkan citra satelit sebagai alat bantu identifikasi lokasi dan luasan penutupan
hutan. Secara teknis kegiatan ini sangat mudah, hanya dengan memproses citra satelit kemudian
mengklasifikasikan ke dalam hutan dan non hutan, maka akan dapat diindentifikasikan wilayah-
wilayah yang hutannya masih luas atau sudah tidak ada hutan sama sekali. Penggunaan citra ini juga
dapat dipakai untuk mengidentifikasi kegiatan penebangan liar di kawasan hutan. Dengan
menggunakan analisis sederhana overlay dengan peta-peta batas wilayah kerja HPH misalnya, maka
wilayah yang dicurigai sebagai lokasi penebangan liar dapat diindetifikasi apakah masuk wilayah kerja
atau diluar wilayah kerja yang sudah memiliki ijin. Departemen Kehutanan sebagai instansi pemerintah
yang mempunyai kompetensi untuk menyediakan data penginderaan jauh dan memanfaatkannya
khususnya dalam aplikasi di bidang kehutanan telah menggunakan berbagai citra satelit mulai dari citra
optik seperti LANDSAT, SPOT sampai citra radar seperti ALOS, MODIS dan PALSAR melalui
kerjasama dengan beberapa lembaga international seperti Uni Eropa, JICA, dan lembaga international
lainnya.
2. KERJASAMA PENGGUNAAN RADAR