3. RESULTS
In this section we present the first results of INDERA field test carried out in the year 2008 at port
Bojonegara, Cilegon fig. 9. At that time the weather was clear and the sea state around the port was
registered in the scale 2.
Fig. 9: Satellite image of the test site. Although this satellite image provided by GoogleEarth was outdated, it can still be
used as a good reference in recognizing objects in the surrounding area.
Using the above mentioned processing steps we can reconstruct the scanning result on the radar monitor.
An example of such reconstruction in the range scale of 0.8 NM is shown in the following fig. 10.
Fig. 10: Reconstructed PPI display of INDERA showing the scanning result in the range scale of 0.8 NM.
From the above PPI display we can recognize many objects e.g. object A, B and C in the surrounding
area of the port. Besides, coastal line and the small island in front of the port can also be detected
successfully. However, as found in the figure, a problem of the ringing phenomena still exists in the
reconstruction result. This unwanted phenomenon will appear if an object of strong RCS detected in the near
field of radar. This kind of problem should be eliminated in the next newer method of the signal
processing.
4. CONCLUSION
In this paper a method used for processing radar signal of INDERA is presented. This method consists of
three main stages, namely pre-conditioning, FFT and post-FFT stage. Pre-conditioning stage is applied to
make the raw data as close as possible to an ideal beat signal. The FFT is used to transform raw data into a
frequency-domain data that is linear proportional to the range data of targets. Post-FFT stage is performed
to differentiate real targets from clutter. It has been shown that the developed method for processing radar
signal of INDERA delivers quite reliable results.
REFERENCE [1] M. I. Skolnik: Introduction to Radar Systems,
McGraw-Hill, Auckland, 1980.
[2] F. E. Nathanson, J. P. Reilly, M. N. Cohen:
Radar Design Principles: Signal Processing and the Environment
2e, McGraw-Hill, Mendham, 1991.
[3] W. Sediono, A. A. Lestari: A Method to Determine Radial Speed of Target from the
FMCW Radar Signal , Proc. Seminar Radar
Nasional 2008, pp. 25-28, 2008.
[4] S, de Waele, P.M.T. Broersen: Modeling Radar
Data with Time Series Models , Eusipco 2000,
Proc. 10th European Signal Processing Conf., Tampere, Finland, p 1-4, 2000.
[5] W. J. Tompkins ed.: Biomedical Digital Signal
Processing: C-Language Examples and Laboratory Experiments for the IBM Pc
, Prentice Hall, 1993.
29
Teknik Pengukuran Pola Radiasi Transduser Dwi-Fungsi Akustik Bawah Air
Syamsu Ismail
Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, Jl. Cisitu 21154D Bandung 40135 E-mail: ismailppet.lipi.go.id
ABSTRAK
Transduser akustik bawah air, atau TABA, dwi-fungsi ialah transduser yang dapat berfungsi sebagai hidrofon dan juga projector, transduser ini terletak di ujung depan dari system komunikasi bawah air, disingkat SKoBA.
Istilah unit transduser mempunyai arti dua atau lebih keping transduser yang disusun sedemikian rupa untuk mendapatkan pola radiasi tertentu. Pola radiasi, atau kadang-kadang disebut pola berkas, dari unit transduser
mempunyai peran penting dalam SKoBA, sepert untuk aplikasi SONAR, karena faktor ini berkaitan langsung dengan faktor penguatan dari unit itu sendiri. Pengukuran pola radiasi TABA mirip dengan pengukuran pola
radiasi pada suatu antena radio. Di dalam tulisan ini akan didiskusikan teknik pengukuran pola radiasi akustik bawah air. Pengukuran ini harus dalam kondisi tertentu, seperti luas area dan kedalaman memadai, syarat
medan jauh untuk jenis dan frekuensi operasi transduser terpenuhi, bebas obstakel di sekitar area pengukuran dan bebas dari arus bawah, dan lain-lain. Pengukuran pola radiasi untuk projektor dan hidrofon dilakukan
sama, yaitu memperlakukan transduser sebagai hidrofon atau projektor. Untuk transduser dwi-fungsi, maka teknik pengukuran dapat dilakukan lebih sederhana yaitu dengan memperlakukan transduser yang
dikarakterisasi sebagai hidrofon. Sebagai sumber akustik digunakan transduser, sebagai projektor, dengan posisi, arah radiasi, dan level daya sinyal dibuat tetap. Sedangkan, untuk transduser yang sedang
dikarakterisasi ditempatkan pada posisi dengan jarak lebih jauh dari daerah medan jauh. Secara fisik, transduser harus dapat diputar bertahap hingga satu putaran penuh, atau 360
°, dan transduser berada di pusat lingkaran. Setiap pergeseran arah dengan sudut yang telah ditetapkan, sebuah penerima yang dihubungkan
dengan hidrofon, akan menerima kuat sinyal pada arah tersebut. Pencatatan kuat sinyal pada setiap arah dilakukan berulang kali, karena sering terjadi fluktuasi level akustik karena pergerakan air. Dengan mencatat
setiap kuat sinyal pada masing-masing arah, kemudian mengkalkulasi, tabulasi, dan mengintegrasikan, maka pola radiasi dari transduser tersebut dapat digambarkan.
Kata kunci : Pengukuran, Pola Radiasi, Transduser, Projektor, hidrofon, Medan Jauh. 1.
PENDAHULUAN
Transduser untuk bawah air piezoelektrik atau magnetostriktif yang beredar di pasaran elektronik,
sering tidak dilengkapi dengan lembar data teknis. Hal tersebut menyulitkan untuk mengoptimalkan
kinerja transduser. Oleh karena itu, karakterisasi dari sebuah elemen transduser merupakan keharusan
[2]
yang tidak dapat ditawar-tawar. Data tentang radiation pattern penting untuk aplikasi yang
sifatnya terarah, seperti SONAR, underwater guiding system, dan sebagainya. Pengukuran pola
radiasi diperlukan pada pengembangan atau pembuatan transduser susun fasa untuk mendapatkan
direktifitas besar.
Pengukuran pola radiasi transduser untuk bawah air membutuhkan tempat yang cukup luas, karena
pola radiasi diukur pada tempat berjarak beberapa kali lebih panjang dari ukuran dimensi terpanjang
dari transduser yang diukur. Pada jarak yang relatif lebih dekat kepada transduser, kurang lebih daerah
pada mana lebar dari berkas nominal yang ditentukan dari sudut berkas medan jauh lebih kecil
dari pada panjang transduser akan diperoleh hasil yang lebih komplex
[5]
. walau syarat batas medan jauh sudah terpenuhi, akan tetapi benda-benda diluar
batas yang berpotensi sebagai reflektor harus tetap diperhitungkan, karena dapat mempengaruhi hasil
pengukuran. Untuk memperoleh luas area memadai, pengukuran dapat dilakukan di kolam luas, atau
danau. Pengukuran akan dimulai dengan pemilihan lokasi memadai, kemudian memeriksa ombak dan
arus bawah, kedalaman, dan situasi sekitarnya. Obstakel diusahakan sekecil mungkin, pemeriksaan,
dapat dilakukan dengan sonar.
2. LANDASAN TEORI