Pengaruh pembebanan resistif Pengaruh penambahan layer dielektrik

Geometri antena dapat dilihat pada gambar 1. Garis putus-putus menggambarkan lengan beban sedangkan celah yang memisahkan garis merupakan tempat pembebanan resistif dengan menyisipkan elemen lumped resistor sesuai dengan profil Wu-King. Jumlah resistor yang digunakan 65 buah dengan resistansi awal 200 ohm. Dari [5] diketahui bahwa jarak antara feedpoint dengan resistor pertama dipilih sejauh dimana c merupakan kecepatan cahaya, f merupakan frekuensi tengah pulsa dan merupakan permitifitas relatif substrat ε r = 4.34 agar radiasi dari resistor pertama saling menguatkan dengan radiasi dari feedpoint pada arah broadside antena. 134 4 cm Resistor 132 cm Substrat FR-4 Feedpoint Main section 6 cm Loaded section 57.9 cm Gambar 1: Geometri antena dipole dengan pembebanan resistif Selanjutnya pada antena dipasang 6 layer dielektrik sebagai transisi dari antena ke medium seperti terlihat pada gambar 2. Profil layer dielektrik yang digunakan adalah linear dimana selisih ε r antar layer dielektrik yang berurutan sama besar. Alasan pemilihan profil linear ini adalah karena kesederhanaannya. Nilai ε r dari masing – masing layer dielektrik dan tebalnya dapat dilihat pada tabel 1. Untuk simulasi ini digunakan 6 titik pengamatan seperti terlihat pada gambar 3. Titik 1 dan 2 digunakan untuk menghasilkan grafik impedansi input dan VSWR karena program FDTD3D tidak menghasilkan langsung impedansi input dan VSWR. Data yang dihasilkan dari titik 1 dan 2 harus diolah lebih lanjut dengan menggunakan Matlab agar dapat menghasilkan grafik impedansi input dan VSWR. Titik 3, 4, 5 dan 6 digunakan untuk melihat amplituda peak to peak sinyal dan ringing yang dihasilkan. Medium yang digunakan memiliki ε r = 10 dan σ = 0.05 Feed Line Layer dielektrik Medium Antena Gambar 2 : Antena dengan layer dielektrik Tabel 1: Profil layer dielektrik yang digunakan Layer Tebal 1 2.28 1.67 cm 2 3.57 1.67 cm 3 4.85 1.67 cm 4 6.14 1.67 cm 5 7.42 1.67 cm 6 8.71 1.67 cm X Z 1 2 Antenna Under Test AUT 3 5 4 6 10 cm 12 cm 15 cm Layer dielektrik Medium 7 cm Gambar 3: Titik-titik pengamatan simulasi Gambar 4: Model Antena dengan FDTD

3. HASIL SIMULASI

a. Pengaruh pembebanan resistif

Tabel 2: Level ringing tanpa pembebanan dan dengan pembebanan resistif Titik Level ringing tanpa pembebanan resistif Level ringing dengan pembebanan resistif Titik 3 160.54 1.14 Titik 4 108.33 1.06 Titik 5 168.67 1.11 Titik 6 110.23 1.09 Gambar 4: Impedansi input tanpa pembebanan resistif Gambar 5: VSWR tanpa pembebanan resistif Z =200 ohm Gambar 6: Impedansi input dengan pembebanan resistif resistansi awal 200 ohm Gambar 7: VSWR dengan pembebanan resistif resistansi awal 200 oh m Gambar 8: Impedansi input dengan pembebanan resistif resistansi awal 40 ohm Gambar 9: Impedansi input dengan pembebanan resistif resistansi awal 40 ohm

b. Pengaruh penambahan layer dielektrik

dan pembebanan resistif Tabel 3: Level ringing dan kanaikan peak to peak pulsa utama dengan penambahan layer dielektrik dan pembebanan resistif Titik Level ringing Kenaikan peak to peak pulsa utama Titik 3 5.23 304.62 Titik 4 4.56 278.66 Titik 5 5.22 270.46 Titik 6 4.60 250.93 135 Gambar 10: Impedansi input dengan layer dielektrik dan pembebanan resistif resistansi awal 200 ohm Gambar 11: VSWR dengan layer dielektrik dan pembebanan resistif resistansi awal 200 ohm Gambar 12: Impedansi input dengan layer dielektrik dan pembebanan resistif resistansi awal 40 ohm Gambar 13: VSWR dengan layer dielektrik dan pembebanan resistif resistansi awal 40 ohm 4 . ANALISIS Pengaruh pembebanan resistif dapat dilihat dari tabel 2. Dari tabel didapat bahwa dengan penambahan pembebanan resistif maka level ringing dapat ditekan menjadi sekitar 1 -40dB. Pada aplikasi GPR resolusi tinggi diperlukan syarat level ringing maksimal 1 -40dB. Hasil simulasi menunjukkan pembebanan resistif mampu memenuhi persyaratan resolusi tinggi. Namun pembebanan resistif ini akan memberikan dimensi antena yang lebih besar. Dari segi impedansi input, ketika tidak ada pembebanan resistif maka impedansi input fluktuatif pada range 0 – 2.5 GHz. Hal ini menunjukkan sifat antena dipole yang narrowband . Sedangkan untuk aplikasi GPR dibutuhkan antena yang ultrawideband.Dengan penambahan pembebanan resistif grafik yang dihasilkan lebih flat. Dengan Z = 200 ohm dapat dilihat VSWR pada gambar 7. Frekuensi resonannya berada di sekitar 830 MHz. Range frekuensi VSWR = 2 adalah 666 – 1233MHz. Bandwidth yang didapat sekitar 567 MHz fractional bandwidth = 0.59. Syarat ultrawideband adalah fractional bandwidth lebih besar dari 0.25. Oleh karena itu antena yang diusulkan sudah memenuhi syarat ultrawideband. Pada gambar 6 dan 7 digunakan resistansi awal 200 MHz dan mengikuti profil Wu-King. Jika resistansi awal diubah menjadi 40 ohm dan tetap mengikuti profil Wu-King maka hasil yang didapat seperti terlihat pada gambar 8 dan 9. Impedansi input yang didapat lebih flat daripada menggunakan resistansi awal 200 ohm. Dengan resistansi awal 40 ohm didapat range frekuensi VSWR = 2 adalah 508 – 2910 MHz. Bandwidth antena sekitar 2.4 GHz fractional bandwidth 1.40 dan frekuensi resonan 800 MHz. Impedansi input yang dihasilkan oleh profil Wu-King dengan resistansi awal 40 ohm lebih flat daripada dengan resistansi awal 200 ohm karena dengan resitansi awal 40 ohm pantulan yang terjadi dari ujung antena semakin kecil. Namun dalam simulasi untuk melihat efek penambahan layer dielektrik penggunaan pembebanan resistif dengan resistansi awal 40 ohm hanya digunakan untuk menganalisa impedansi input dan VSWR saja. Hal ini karena ketika menggunakan FDTD untuk mensimulasikan resistansi yang kecil maka waktu yang diperlukan makin besar. Apalagi untuk menganalisa ringing maka data yang dihasilkan harus sampai lebih besar daripada 2 kali durasi pulsa yaitu 3.2 ns sejak awal pulsa dimulai. Titik observasi yang berada di dalam medium membuat selang waktu yang diperlukan agar sinyal merambat sampai ke medium juga bertambah sehingga menambah waktu simulasi. Jadi dengan pertimbangan di atas efek dari penambahan layer dielektrik tidak dilakukan untuk resistansi awal 40 ohm. 136 137 Kemudian setelah melihat pengaruh penambahan pembebanan resistif, dilihat juga pengaruh penambahan layer dielektrik dan pembebanan resistif sekaligus. Dari tabel 3 dapat dilihat kenaikan level ringing dan peak to peak pulsa utama jika dibandingkan dengan tanpa penambahan layer dielektrik. Level ringing rata-rata naik menjadi 4.56 - 5.23 sedangkan kenaikan pulsa utama bervariasi di setiap titik dari 304 pada titik 3 sampai 250 di titik 6. Kenaikan level pulsa utama ini menunjukkan energi yang berhasil ditransmisikan ke dalam medium semakin besar. Kenaikan level ringing terjadi akibat banyak pantulan pada bidang batas 2 medium berbeda. Oleh karena cepat rambat dalam setiap medium juga berbeda maka ada sebagian sinyal yang sampai mendahului pulsa lain. Sinyal yang sampai lebih daripada 3.2 ns sejak awal pulsa dimulai akan dianggap sebagai ringing. Impedansi input dan VSWR dengan resistansi awal 200 ohm dapat dilihat pada gambar 10 dan 11. Dari gambar jika dibandingkan dengan gambar 6 dan 7 dapat dilihat bentuk grafik masih mirip. Perbedaannya adalah dengan layer dielektrik terjadi pergeseran sebesar 130 MHz ke arah frekuensi yang lebih kecil. Range frekuensi VSWR = 2 adalah 584 – 1050 MHz. Bandwidth yang didapat sekitar 466 MHz fractional bandwidth 0.57. Kemudian jika digunakan pembebanan resistif dengan resistansi awal 40 ohm maka didapat pergeseran frekuensi resonan 110 MHz menjadi 690 MHz. Range frekuensi VSWR = 2 adalah 397 – 2637 MHz. Bandwidth yang didapat menjadi 2240 MHz fractional bandwidth 1.47.

5. KESIMPULAN