Perhitungan probabilitas deteksi oleh cellular

SCR -68 – 20 log [Rxkm] + σ nilai 2D dan 3D GDOP akan menjadi bagus Target terbang tinggi Kondisi ini mirip pada konvensional radar, dimana Rts ~ Rsr ~ R. Untuk menentukan target, maka sinyal dibandingkan kekuatannya dari area yang luas. Ukuran luas area akan sebanding dengan kuadrat dari ketinggian target. Dari kondisi tersebut, maka nilai SCR dapat dihitung sebagai berikut : SCR -68 -20log[RxR 2 km] + σ Dengan menambahkan power dari beberapa receiver ∆SCR=20logRRxkm maka nilai SCR sistem menjadi: SCRsystem -68-20log{RtrRxRkm] + σ Jarak , elevasi maupun azimuth target dapat dihitung pada kondisi ini, namun transverse posisinya akan lebih susah ditetukan. Dari rumusan di atas, dapat disimpulkan secara teoritis teknologi seluler dapat dimanfaatkan untuk passive radar. Dengan kondisi semakin jauh target dari transmitterreceiver maka performasi cellular radar untuk mendeteksi target akan semakin turun.

4. CELLULAR RADAR DENGAN

TEKNOLOGI WCDMA 4.1 Perhitungan probabilitas deteksi oleh Radar Deteksi pada konsep radar berdasar pada besarnya sinyal echo yang ditangkap oleh radar dibatasi level threshold V t . Jika sinyal tersebut masuk level threshold berarti radar berhasil melakukan deteksi detection. Sedangkan jika sinyal tersebut besarnya di bawah level threshold, berarti false alarm . Besarnya probabilitas detectin P d maupun False alarm P fa dapat dicari dengan cara yang sama, berdasarkan pada level threshold. Perbedaannya, pada saat terjadi false alarm hanya terdapat sinyal noise. Gambar 3 : Threshold level pada sistem Radar Pada umumnya, besarnya nilai SNR minimum dapat dicari dengan menghitung P d dan P fa . Dari hal tersebut dapat ditentukan jarak maksimum jangkauan radar. Dari tumus 1, dengan kondisi R max dapat dicari probabilitas sebuah radar mendeteksi sasarannya. Perbedaannya, pada saat terjadi false alarm hanya terdapat sinyal noise. 2 2 min fa d 4 3 max . . . Pe P , P .4 Pt G R λ σ π = ..….10 Rumus di atas menggambarkan, bagaimana pengaruh Pe min SNR berpengaruh terhadap R max. Sedangkan pada rumus selanjutnya 13, menggambarkan hubungan antara Pfaa dengan proportioning noise envelopoT fa terhadap waktu. 1 fa 1 1 P . N k k k av N k av fa k k t t T T T = = = = = ∑ ∑ B ..….11 d 2 2 2 d P P . . . . t t s V R A V P R dR R R e I ω ω ω ∞ + ∞ − = = ∫ ∫ A dR ..….12 Rumus 12 menggambarkan hubungan antara probabilitas deteksi dengan besarnya sinyal yang memenuhi level threshold. Berdasarkan rumus empiris yang diusulkan oleh albersheim, hubungan antara P d ,P fa dan SNR adalah sebagai berikut : SNR = A + 0.12 AB + 1.7B Ket : A = ln 0.62P fa B = ln [P d 1-P d ]

4.2 Perhitungan probabilitas deteksi oleh cellular

Dengan skema sinkronisasi parallel, maka cara ini akan mencari nilai terbesar dari autokorelasi antara urutan PN PN sequence dengan nomor path. Receiver akan men-generate sinyal PN untuk setiap path, dan menghasilkan intentional time-delay sesuai dengan pathnya. Sebuah sinyal PN yang diterima, meliputi time-delay yang dihasilkan oleh channel dan sinyal yang dikorelasikan dengan PN –codes yang di-generate di setiap path oleh receiver. Penggabungan PN dilakukan dengan menyeleksi path 4 yang menunjukkan nilai autokorelasi terbesar diantara path-path tersebut. Oleh karena itu, berikut kejadian yang dimungkinkan selama penggabungan PN : - Deteksi : sukses deklarasikan path yang mempunyai nilai korelasi terbesar. - False alarm : sukses deklarasikan path, tetapi path tersebut bukan merupakan nilai yang terbesar. -Miss : gagal deklarasikan path, walaupun path tersebut mempunyai nilai korelasi terbesar. 2 2 d 2 1, 2 2 2 P 1 . . . 2 x . . . . k t u L j j j k R A V u e du R RA e I dR μ σ ω μ σ σ π ω ω − − ∞ = ≠ −∞ + ∞ − ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ − = Φ ∏ ∫ ∫ Probabilitas deteksi dalam penggabungan PN dapat dirumuskan sebagai berikut : d k th d j k th d th d j k th 1, P u is the largest|k path is aligned P u U , | k path is aligned P u|k path is aligned P u U , | k path is aligned. 1 . . 2 k u L j j j k P P j k P du P j k u e μ μ σ σ π ∞ −∞ − − ∞ = ≠ −∞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ = = ≠ = ≠ − = Φ ∫ ∏ ∫ 2 2 2 .du σ ..….13 Probabilitas ditentukan oleh autokorelasi urutan PN. Keseluruhan autokorelasi dipengaruhi oleh jarak yang dilalui sinyal. Dengan kata lain, jarak antara Base Station BS , target, dan receiver merupakan faktor paling signifikan dalam menentukan besarnya probabilitas deteksi oleh seluler. Besarnya sinya yang diterima dari sistem komunikasi berbeda antara daerah perkotaan dengan daerah luar kota. Tentunya variasi dari sinyal penerimaan ini mempengaruhi besarnya proabilitas deteksi seluruh sistem cellular radar. 4.3 Perhitungan probabilitas deteksi oleh cellular radar-WCDMA Definisi deteksi pada sistem Radar maupun sistem komunikasi seluler telah ditetapkan. Kedua pendfinisian tersebut penting untuk mendefinisikan deteksi cellular radar-WCDMA. Pada sistem cellular radar, sistem seluler harus sinkron secara sempurna dengan prosedur penggabungan PN, sebelum menentukan apakah sinyal masuk dalam threshold level atau tidak. Untuk itu, definisi dari deteksi cellular radar berdasar teknologi WCDMA ditetapkan sebagai berikut : sebuah sinyal terdeteksi apabila sinkronisasi sempurna pada penggabungan PN dan kuat sinyal berada dalam threshold level. Secara matematis, merupakan perkalian dari deteksi radar dengan deteksi cellular : ..….14

4.4 Pekerjaan mendatang