133
Antena Dipole dengan Pembebanan Resistif dan Layer Dielektrik untuk Ground Penetrating Radar GPR
Y.Wahyu
1
, A.Kurniawan
2
, Sugihartono
2
, A.S Ahmad
2
, A A Lestari
3
1 Puslit Elektronika dan Telekomunikasi-LIPI 2 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika-ITB
3 IRCTR-TU DELFT The Netherland Email : yuyuppet.lipi.go.id
ABSTRAK
Pantulan dari bidang batas medium merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan pada antena GPR.yang menyebabkan energi yang berhasil ditransmisikan ke dalam medium menjadi lebih kecil. Hal ini ditunjukkan
dengan menurunnya amplituda gelombang yang ditransmisikan. Untuk meminimalisasi pantulan ini digunakanlah layer dielektrik sebagai media transisi dari antena ke medium yang diharapkan amplituda dari
sinyal yang sampai ke medium akan semakin tinggi. Selain dari amplitud perlu juga diperhatikan level ringing. Antena yang baik mempunyai level ringing yang kecil. Oleh karena itu digunakan pembebanan resistif yang
diharapkan gelombang pantulan dari ujung antena dapat diperkecil. Jadi adanya pembebanan resistif dan layer dielektrik diharapkan sinyal yang ditransmisikan ke dalam medium mempunyai level ringing yang rendah dan
juga mempunyai amplituda yang tinggi. Kata kunci : antena GPR, ringing, layer dielektrik.
1. PENDAHULUAN
GPR merupakan device yang berguna untuk proses pendeteksian objek yang terkubur di bawah
permukaan tanah hingga kedalaman tertentu tanpa perlu dilakukan penggalian tanah. GPR dapat
memberikan berbagai kegiatan atau penelitian untuk mengetahui informasi tentang keadaan di
bawah permukaan tanah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
Dalam sistem GPR antena memainkan peran yang sangat penting karena performansi umum dari GPR
yang menggunakan impuls radar sangat ditentukan oleh kemampuan antena untuk meradiasikan impuls
ke tanah dengan tingkat loss dan distorsi yang seminimal mungkin. Ini berarti bahwa impuls
antena GPR harus mampu meminimalkan late-time ringing
. Pembebanan resistif digunakan untuk mengatasi refleksi internal tersebut [1].
Salah satu kemungkinan untuk adaptasi didepan antenna adalah melekatkan lempengan dilektrik
yang berlapis diantara antena dan tanah yang diilustrasikan pada gambar 2.
Tujuan pendekatan ini meciptakan transisi yang optimal penjalaran gelombang elektromagnetik dari
antena kedalam tanah sehingga antena tidak sensitif dengan kehadiran tanah. Dengan demikian
pendekatan ini akan memaksimalkan energi yang dipancarkan oleh antena ke dalam tanah
sebagaimana transisi yang optimal yang akan meminimalkan refleksi dari permukaan tanah.
Masalah yang utama pada pendekatan ini adalah mendaptkan profil optimal dari lapisan dielektrik
untuk pulsa tertentu Untuk menganalisa bentuk amplituda yang sampai
ke dalam medium digunakan pemodelan numerik dengan metode finite-difference time-domain
FDTD dengan menggunakan software FDTD3D. Pemilihan metode ini dengan pertimbangan bahwa
hasil yang ingin didapatkan adalah bentuk gelombang dalam domain waktu. Keuntungan lain
penggunaan FDTD diantaranya : FDTD bekerja efektif pada sistem yang menggunakan pulsa
monocycle sebagai sumber eksitasi, kemudian FDTD memungkinkan pengguna untuk
mendefenisikan sifat material pada semua titik dalam domain komputasi sehingga antena yang
didesain lebih realistis [2].
2. DESAIN SISTEM ANTENA
Antena GPR yang diusulkan yaitu antena dipole dengan pembebanan resistif dan layer dielektrik.
Penggunaan antena dipole tak lain adalah karena antena dipole merupakan antena yang sering
digunakan untuk aplikasi GPR terutama karena kesederhanaannya [3]. Permasalah utama antena
dipole untuk aplikasi GPR adalah sifatnya yang narrowband
, padahal untuk aplikasi GPR dibutuhkan antena dengan karakteristik ultra
wideband . Untuk mengatasi hal ini pada lengan
antena dilakukan pembebanan resistif sebut saja lengan ini lengan beban dengan profil Wu-King
untuk mengurangi late-time ringing akibat multiple reflection
antara ujung antena dan feedpoint.
Geometri antena dapat dilihat pada gambar 1. Garis putus-putus menggambarkan lengan beban
sedangkan celah yang memisahkan garis merupakan tempat pembebanan resistif dengan
menyisipkan elemen lumped resistor sesuai dengan profil Wu-King. Jumlah resistor yang digunakan 65
buah dengan resistansi awal 200 ohm. Dari [5] diketahui bahwa jarak antara feedpoint dengan
resistor pertama dipilih sejauh
dimana c merupakan kecepatan cahaya, f merupakan
frekuensi tengah pulsa dan merupakan permitifitas relatif substrat
ε
r
= 4.34 agar radiasi dari resistor pertama saling menguatkan dengan
radiasi dari feedpoint pada arah broadside antena.
134
4 cm Resistor
132 cm Substrat FR-4
Feedpoint
Main section 6 cm Loaded section 57.9 cm
Gambar 1: Geometri antena dipole dengan pembebanan resistif
Selanjutnya pada antena dipasang 6 layer dielektrik sebagai transisi dari antena ke medium seperti
terlihat pada gambar 2. Profil layer dielektrik yang digunakan adalah linear dimana selisih
ε
r
antar layer dielektrik yang berurutan sama besar. Alasan
pemilihan profil linear ini adalah karena kesederhanaannya. Nilai
ε
r
dari masing – masing layer dielektrik dan tebalnya dapat dilihat pada
tabel 1. Untuk simulasi ini digunakan 6 titik pengamatan seperti terlihat pada gambar 3. Titik 1
dan 2 digunakan untuk menghasilkan grafik impedansi input dan VSWR karena program
FDTD3D tidak menghasilkan langsung impedansi input dan VSWR. Data yang dihasilkan dari titik 1
dan 2 harus diolah lebih lanjut dengan menggunakan Matlab agar dapat menghasilkan
grafik impedansi input dan VSWR. Titik 3, 4, 5 dan 6 digunakan untuk melihat amplituda peak to peak
sinyal dan ringing yang dihasilkan. Medium yang digunakan memiliki
ε
r
= 10 dan σ = 0.05
Feed Line
Layer dielektrik
Medium Antena
Gambar 2 : Antena dengan layer dielektrik Tabel 1: Profil layer dielektrik yang digunakan
Layer Tebal
1 2.28 1.67
cm 2 3.57
1.67 cm
3 4.85 1.67
cm 4 6.14
1.67 cm
5 7.42 1.67
cm 6 8.71
1.67 cm
X Z
1 2
Antenna Under Test AUT
3 5
4 6
10 cm 12 cm
15 cm Layer dielektrik
Medium 7 cm
Gambar 3: Titik-titik pengamatan simulasi
Gambar 4: Model Antena dengan FDTD
3. HASIL SIMULASI