SISTEM TRIGGER INDERA PADA ADC

49 software multi channel dengan software prossesing telah dikembangkan. Writter.dll berisikan rutin – rutin yang bertugas untuk menyimpan data hasil sampling ukuran besarnya data yang akan disimpan oleh dll ini sesuai dengan settingan ukuran data collector pada multi channel menuju ke media file yang dikehendaki. Karena proses penyimpanan ini berjalan dengan sangat cepat, maka data disimpan ke dalam RAM disc dan dalam format binary file. Gambar 4: Blok Diagram System Trigger INDERA Gambar 5: Blok Diagram Pengembangan Program Multichannel Proses penggunaan ADC HS4 untuk aplikasi INDERA dengan menggunakan MC kurang memenuhi kriteria real time pada INDERA. Waktu yang dibutuhkan ADC pada host yang memiliki usb controller 2.0 untuk tiap pengambilan sample selama satu sweep radar membutuhkan waktu 15 ms. Gambar 6 :Beat Signal Proses pengembangan kedua menggunakan aplikasi yang terlepas dari program MC. Pengembangan aplikasi tersebut menggunakan library yang telah disediakan oleh TiePie untuk mengakses driver HS4. Mode pengumpulan data sampling menggunakan mode blok. Berikut merupakan hasil uji performansi HandyScope-4 dengan parameter blok buffer sebesar 1024 sampling, dan frekuensi sampling 2.5 MSPS : a Host dengan USB controller 1.0 Sample 1 = 92.27 milli secs Sample 2 = 46.04 milli secs Sample 3 = 47.29 milli secs Sample 4 = 42.30 milli secs Sample 5 = 42.56 milli secs Sample 6 = 45.30 milli secs b Host dengan USB controller 2.0 Sample 1 = 41.98 milli secs Sample 2 = 6.80 milli secs Sample 3 = 7.29 milli secs Sample 4 = 7.29 milli secs Sample 5 = 6.27 milli secs Sample 6 = 7.35 milli secs

5. SISTEM TRIGGER INDERA PADA ADC

Pada sub bab ini akan dibahas lebih dalam mengenai sistem trigger pada INDERA. Sinyal masukan trigger memiliki frekuensi 1.567 KHz, sinyal masukan tersebut dipergunakan sebagai input trigger pada DDS. Dengan demikian, frekuensi sweep sinyal yang dipancarkan oleh radar INDERA I memiliki frekuensi sebesar 1.567 Khz. Periode sweep sinyal yang dipancarkan dapat dihitung sesuai dengan persamaan 2. 2 dimana : T = Periode sweep sinyal S f = Frekuensi sweep sinyal Hz dengan menggunakan persamaan 2, dapat ditentukan 1 T f = 50 nilai dari perioda sweep sinyal adalah sebesar 0.638 mS. INDERA menggunakan frekuensi sampling sebesar 2.5 MSPS. Besar frekuensi sampling diambil sesuai dengan persamaan laju nyquist yaitu besar frekuensi sampling harus lebih besar sama dengan dua kali dari frekuensi maksimum input sinyal. Maksimum frekuensi dari beat sinyal adalah 1 MHz. Dengan menggunakan persamaan 1, maka diperoleh jumlah sampling setiap sweep kurang lebih 1595 sampling. Trigger processing adalah suatu metode untuk mengatasi kekurangan ADC HS4 yang tidak dapat ditrigger dari luar. Metode yang dipergunakan untuk mendeteksi trigger pada INDERA ada dua macam yaitu dengan metode pendeteksian frekuensi dan dengan metode pendeteksian rising edge. Metode pendeteksian frekuensi menggunakan masukan yang berasal dari keluaran DDS yang telah diturunkan frekuensinya menjadi dibawah 1 MHz. Dengan demikian hasil sampling yang diterima dari kanal dua frekuensi sweep sampling diolah dalam tiap – tiap blok untuk kemudian dideteksi frekuensi dari sinyal input. Apabila dideteksi frekuensi yang dikehendaki maka, kolom array dari data tersebut dikirimkan pada header data kanal beat frekuensi. Besarnya kebutuhan pengambilan tiap – tiap blok tergantung dari besarnya panjang gelombang dari sinyal yang dideteksi. Gambar 7: Upper and Lower Cycle Metode pendeteksian frekuensi dibagi menjadi dua macam yaitu : i. Upper cycle Kita asumsikan bahwa Zero crossing awal adalah Z dan Zero Crossing kedua adalah Z 1 . Z terjadi ketika S n+1 S n dan Z 1 terjadi ketika S n S n+1 . Hal tersebut menjadi kriteria untuk mendeteksi zero crossing awal dan zero crossing kedua. Untuk menghitung besarnya nilai Z dan Z 1 dapat dilakukan sesuai dengan persamaan 3 dan 4. 3 4 ii. Lower cycle Pada lower cycle, Z terjadi ketika S n S n+1 dan Z 1 terjadi ketika S n+1 S n . Untuk menghitung besarnya nilai Z dan Z 1 dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 5 dan 6. 5 6 Perbedaan kedua metode tersebut diatas terdapat pada proses penentuan zero crossing dan perhitungan besarnya nilai Z dan Z 1. Untuk menentukan besarnya frekuensi dari sinyal masukkan dapat menggunakan persamaan 7. 7 Dimana : Iterasi = Jumlah iterasi Zo – Z 1 Metode pendeteksian rising edge dipergunakan untuk input trigger yang memiliki bentuk sinyal pulsa. Metode ini lebih bersifat adaptif, dan lebih cepat karena hanya terdapat dua proses perhitungan saja yaitu proses perhitungan rata – rata amplitudo sinyal input dan pencarian titik crossing rising edge pada hasil sampel. Proses perhitungan rata – rata amplitudo sinyal input hanya sebagai inisialisasi, hal ini bertujuan untuk selalu menyesuaikan perubahan nilai rata – rata tegangan ketika radar dinyalakan. Gambar 8: Blok Diagram Deteksi Trigger dengan Rising Edge 1 n n n +1 Z = S S - S 1 1 o n n n Z S S S + + = + 1 1 n n n Z S S S + = − 1 1 n n n Z S S S + + = − 1 2 s F F Z Iterasi Z = + + 51

6. KESIMPULAN