“...sekolah kami juga memperoleh bantuan dana dari pemerintah untuk pengembangan sekolah ya, apalagi sekolah
kita kan akan mewakili lomba sekolah sehat, jadi sekolah kami mendapatkan dukungan salah satunya adanya bantuan dana
tersebut.” Y.2415
Selain dana yang sekolah peroleh dari pihak luar, sekolah juga mendapatkan bantuan berupa sarana dan prasarana. Tidak semua
sarana dan prasarana yang ada di sekolah berasal dari sekolah sendiri, melainkan terdapat sarana dan prasarana dari pihak luar sekolah.
Hal senada diungkapkan oleh Y, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan:
“...Badan Lingkungan Hidup kabupaten Bantul dan provinsi juga seperti memberikan pelatihan maupun pemberian
beberapa tempat sampah...”Y.2415
Pemberian bantuan sarana dan prasarana oleh Badan Lingkungan Hidup BLH berupa tempat sampah tersebut bertujuan
agar kebersihan sekolah tetap terjaga, selain itu dengan adanya tempat sampah terpisah warga sekolah diajarkan bagaimana cara
mengklasifikasikan sampah sesuai jenisnya, sehingga dengan pembiasaan warga sekolah membuang sampah sesuai tempatnya maka
kebiasaan tersebut akan terbawa dan menjadi suatu budaya yang baik.
c Kerjasama Program Ramah Lingkungan dengan Pihak Luar
Sekolah
Sementara faktor pendukung lainnya adalah adanya kerjasama yang sekolah lakukan dengan pihak luar. Sebagaimana diungkapkan
oleh SO, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana:
125
“...jadi kerjasamanya dengan pihak luar sekolah itu ada dan kerjasama tersebut masih berjalan hingga
sekarang...”SO.2415. Kerjasama yang sekolah lakukan dengan pihak luar terdiri dari
berbagai bidang kerjasama yaitu dalam bidang kesehatan, hal ini
disampaikan oleh SA, selaku kepala sekolah:
“Setiap hari senin dan rabu itu ada dokter dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
terus dari rumah sakit, puskesmas juga...”SA.30315. Dokter dari Universsitas Gadjah Mada dan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta bertugas untuk memantau kesehatan para warga sekolah. Warga sekolah yang ingin memeriksakan kesehatannya
ataupun hanya berkonsultasi dapat datang ke UKS sekolah. Selain bekerjasama dalam hal kesehatan sekolah juga melakukan kerjasama
dalam pelestarian satwa. Hal ini diungkapkan oleh RB, guru biologi: “Wah banyak, pernah dengan dokter hewan, siswa diajarkan
bagaimana cara beternak hewan, waktu itu pas acara ulang tahun sekolah...” RB.1415
Tidak hanya kerjasama dalam bidang kesehatan dan pelestarian satwa saja, melainkan sekolah juga bekerjasama dalam bidang
lingkungan, hal ini disampaikan oleh RB, guru biologi: “...Terus juga penggilingan daun untuk dijadikan kompos yang
hasilnya itu diberikan kepada warga di lingkungan sekolah...” RB.1415.
Kompos yang sekolah hasilkan dibagikan ke warga sekitar sekolah. Selain membagikan kompos ke masyarakat, kerjasama dalam
bidang lingkungan lainnya yaitu datang dari para alumni SMA Negeri
126
1 Kasihan Bantul, bentuk kerjasama tersebut yaitu berupa penanaman pohon baik di dalam maupun di luar sekolah.
Tabel 5. Ringkasan Faktor Pendukung Program Sekolah Ramah Lingkungan
No Faktor
Faktor Pendukung
1. Internal a.
Sarana dan prasarana sekolah yang lengkap b.
Partisipasi warga sekolah dalam tingkah laku sehari-hari
2. Eksternal a.
Pelatihan tentang lingkungan hidup dari pihak luar sekolah
b. Dana dan bantuan sarana prasarana sekolah
c. Kerjasama program ramah lingkungan dengan
pihak luar sekolah
b. Faktor Penghambat Implementasi Program Sekolah Ramah
Lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
Dalam menjalankan suatu program tidak selamanya program tersebut berjalan dengan lancar, terdapat beberapa faktor penghambat
dalam pelaksanaan program. Terdapat dua faktor yang menjadi penghambat dari pengimplementasian program sekolah ramah lingkungan
di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul, kedua faktor tersebut yakni faktor internal dan faktor eksternal.
127
1 Faktor Internal
a Kurangnya Kesadaran Beberapa Warga Sekolah
Suatu program sekolah ramah lingkungan tidak akan berjalan lancar tanpa adanya kesadaran dari warga sekolah untuk menjaga dan
melindungi lingkungan hidup. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Sebagaimana disampaikan oleh P, wakil kepala sekolah bagian hubungan
masyarakat: “Kalau faktor penghambatnya yang pertama itu kesadaran
warga sekolahnya ya, maksudnya peranannya, kadang sadar tapi kadang kembali melakukan hal seperti itu lagi...”
P.2415.
Belum semua warga sekolah menjaga dan melindungi lingkungan sekolah, beberapa warga masih melakukan pelanggaran
seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, serta tidak merawat tanaman. Sulitnya beberapa warga sekolah untuk menjalankan budaya
bersih menjadi salah satu cerminan akan kurangnya kesadaran dari sebagian warga sekolah. Hal ini diungkapkan oleh Y, wakil kepala
sekolah bagian kesiswaan: “Faktor penghambat yaaaa budaya bersih masih sulit untuk
dilakukan, beberapa siswa juga belum sadar akan pentingnya kebersihan...”Y.2415.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh SO, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana:
128
“...kalau faktor penghambatnya juga ada, sumber daya manusianya ya, seperti budaya hidup bersih itu masih agak sulit
ya...”SO.2415
Terciptanya budaya bersih di sekolah merupakan salah satu gambaran dari adanya kesadaran warga sekolah untuk menjaga
lingkungan hidup, jika hal tersebut belum tercipta maka tujuan dari program sekolah ramah lingkungan belum maksimal.
b Belum Adanya Peraturan dan Sanksi Secara Tertulis
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul belum memiliki peraturan tertulis dalam bidang lingkungan hidup secara umum. Peraturan
sekolah dalam bidang lingkungan hidup hanya berupa peraturan lisan. Belum adanya peraturan secara tertulis membuat beberapa siswa
melakukan perbuatan yang kurang baik terhadap lingkungan. Adanya siswa yang melanggar peraturan lisan tersebut hanya
akan diberikan teguran saja oleh para guru. Belum ada sanksi tegas dalam pelanggaran yang siswa lakukan. Hal ini sebagaimana
disampaikan oleh ZA, siswa kelas XI: “Sanksi apa ya, paling cuma ditegur saja sih soalnya kan siswa-
siswanya juga tidak pernah melakukan pelanggaran yang fatal ya, jadi cuma ditegur aja sih mbak.” ZA.20515.
Selain dari siswa penuturan yang sama juga diungkapkan oleh Y, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan:
“Biasanya sih langsung kita tegur, agar siswa sadar akan kesalahannya...” Y.2415.
Belum adanya peraturan dan sanksi yang tegas membuat beberapa siswa masih melakukan pelanggaran. Teguran yang diberikan
129
oleh guru maupun sesama siswa masih dirasa kurang tegas karena beberapa siswa masih melakukan pelanggaran. Belum adanya
peraturan dan sanksi tertulis inilah yang menjadi tujuan dari program sekolah ramah lingkungan belum dapat tercapai dengan maksimal.
c Beberapa Kegiatan Sekolah Terhenti
Suatu program sekolah ramah lingkungan tidak akan berjalan lancar tanpa adanya kegiatan-kegiatan yang dijalankan di sekolah. Hal
inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat dalam implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.
Berbagai macam kegiatan dalam implementasi program sekolah ramah lingkungan merupakan hal penting untuk mewujudkan tujuan dari
program tersebut, akan tetapi beberapa kegiatan di SMA Negeri 1 Kasihan sudah tidak berjalan lagi. Hal ini disampaikan oleh SA, selaku
kepala sekolah:
“...Sejauh ini ada beberapa kegiatan yang terhenti, namun masih banyak kegiatan yang rutin dilaksanakan.” SA.30315.
Terhentinya beberapa kegiatan tersebut mengakibatkan program sekolah ramah lingkungan kurang berjalan dengan maksimal.
Berikut penuturan RB, guru biologi: “...ada beberapa kegiatan yang sudah tidak dilaksanakan lagi,
tetapi kagiatan yang lainnya masih tetap berjalan seperti biasanya, jadi kurang maksimal saja.” RB.1415.
Beberapa kegiatan yang sudah tidak berjalan meliputi jumat
bersih, pengkaplingan taman, serta lomba kebersihan kelas. Walaupun tidak semua kegiatan di sekolah terhenti, namun adanya beberapa
130
kegiatan yang terhenti membuat pelaksanaan dari program sekolah ramah lingkungan dirasa kurang maksimal.
2 Faktor Eksternal
a Karakter dan Latar Belakang warga sekolah yang Berbeda
Karakter dan latar belakang warga sekolah yang berbeda menjadi faktor eksternal dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan. Beberapa siswa memiliki karakter yang berbeda, hal ini terlihat dari perilaku yang siswa lakukan di sekolah, terutama dalam
menjaga lingkungan. Berikut penuturan LAP, siswa kelas XII dan anggota OSIS:
“...dari teman-temannya begitu mbak, ya masih suka membuang sampah tidak pada tempatnya...”LAP.20415.
Karakter dan latar belakang siswa yang berbeda menyebabkan sulitnya membiasakan siswa untuk hidup bersih dan menjaga
lingkungan. Hal ini disampaikan oleh PP, siswa kelas X, dan ketua kelas:
“Kesulitannya...dalam mengkoordinir teman-teman itu ada yang susah, misalkan dalam piket, terus mengurus kelas gitu,
tapi hanya beberapa saja.” PP.11515.
Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa karakter siswa yang berbeda terlihat dari perilaku
siswa saat berada di sekolah, belum semua siswa menjaga kebersihan sekolah, masih ada beberapa siswa yang membuang sampah tidak pada
tempatnya serta belum semua siswa menjalankan tugas piketnya.
131