“...sekolah mengikuti sosialisasi tentang green school, terus juga dulu itu sama Universitas Gadjah Mada tentang tes
karbondioksida. SO.2415.
Selain itu guru-guru yang mengikuti pelatihan juga ditunjuk menjadi salah satu fasilitator lingkungan hidup nasional, sebagaimana
diungkapkan oleh Y, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan: “.....guru ditunjuk sebagai fasilitator lingkungan hidup
nasional.” Y.2415
Selain adanya pelatihan yang sekolah ikuti, siswa juga mengikuti lomba pelestarian satwa dan lingkungan baik tingkat DIY
hingga tingkat nasional. Berikut penuturan RB, guru biologi: “siswa juga menjuarai lomba tentang penelitian lingkungan,
penelitian siswa mengenai efek dari renovasi gedung-gedung tinggi diteliti dampak ke lingkungannya seperti apa, itu sudah
dua kali menjadi juara.” RB.1415.
Kegiatan yang sekolah ikuti lainnya yaitu lomba sekolah sehat. Hal ini diungkapkan oleh SA, selaku kepala sekolah:
“...sekolah juga mengikuti lomba sekolah sehat, sekarang ini sekolah juga mau mengikuti lomba sekolah sehat lagi...”
SA.30315. Penunjukan sekolah untuk mengikuti lomba sekolah sehat sudah
yang ke dua kalinya, penunjukkan tersebut berdasarkan potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah sehingga sekolah pantas untuk
mewakili lomba sekolah sehat. Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka kegiatan sekolah dengan pihak luar sekolah
meliputi pelatihan dan penyuluhan tentang lingkungan hidup, serta
100
perlombaan lingkungan hidup yaitu lomba sekolah sehat dan lomba pelestarian satwa dan lingkungan tingkat DIY dan tingkat nasional.
3 Upaya Sekolah dalam Pelaksanaan Kegiatan Program Sekolah
Ramah Lingkungan
Agar kegiatan-kegiatan tersebut berjalan lancar maka sekolah memiliki upaya-upaya yang dilakukan untuk memaksimalkan jalannya
kegiatan tersebut. Upaya yang sekolah lakukan meliputi pembinaan, sosialisasi program dan peningkatan sarana prasarana yang sekolah
miliki. Berikut penuturan SA, selaku kepala sekolah: “Ya kita programkan kegiatan apa kegiatan bersih-bersih,
melakukan pembinaan ya seperti pembinaan UKS, Kantin, kesehatan remaja, melakukan sosialisasi kepada warga sekolah,
dan menjalin kerjasama dengan pihak luar itu. SA.30315.
Sekolah melakukan pemberdayaan dari program tersebut, siswa didampingi oleh guru, serta diajarkan untuk mencintai dan melindungi
lingkungan sekitar melalui kegiatan-kegiatan yang sekolah
selenggarakan. Selain mengadakan pembinaan, pihak sekolah melakukan sosialisasi program, sebagaimana diungkapkan oleh RB,
guru biologi: “...Terus ya kita tetap memberikan sosialisasi ya kepada siswa,
mendidik, membina dan mengarahkan siswa untuk mencintai lingkungan. RB.1415.
Selain itu penyediaan dan peningkatan sarana prasarana sekolah
juga dilakukan seperti menyediakan taman sekolah, tempat sampah terpisah, washtafel, komposter serta fasilitas penunjang lainnya. hal ini
disampaikan oleh SI, guru biologi dan wali kelas XII: 101
“Sekolah menyediakan sarana prasarana seperti bak sampah yang terdiri dari beberapa jenis, terdapat wastafel di setiap
depan kelas, terus penghematan listrik, air dan lainnya ya SI.6415.
Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka upaya yang sekolah lakukan dalam pelaksanaan program sekolah ramah
lingkungan meliputi pembinaan, sosialisasi program serta peningkatan sarana prasarana dan fasilitas sekolah.
f. Pengembangan
dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pendukung Ramah Lingkungan
Pengelolaan dan pengembangan sarana dan prasarana pendukung sekolah ramah lingkungan terdiri dari dua standar yaitu, ketersediaan
sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan dan peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ramah
lingkungan.
1 Ketersediaan Sarana Prasarana Pendukung yang Ramah
Lingkungan a
Penyediakan sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah
Penyediakan sarana prasarana untuk mengatasi
permasalahan lingkungan hidup di sekolah meliputi tersedianya sarana prasarana yang mengatasi permasalahan lingkungan
hidup di sekolah seperti air bersih, penyediaan tempat sampah terpisah, komposter, serta ruang terbuka hijau.
102
1 Air Bersih
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki tempat penampungan air bersih yang dialirkan ke kamar mandi, kolam
ikan, wastafel, kran, mushola, laboratorium, kantin, serta ruangan lain yang membutuhkan air bersih. Hal ini
disampaiakan oleh E, petugas kebersihan sekolah: “Iya, disana dekat ruang guru itu ada tempat untuk air
bersih ya, nanti terus air bersih itu kan dialirkan ke ruangan yang butuh air seperti kantin, laboratorium,
kamar mandi dan yang diluar itu seperti taman, kolam, wastafel dan lainnya.” E.5515
Penampungan air bersih dirawat oleh petugas kebersihan sekolah. Adanya penampungan air bersih tersebut
dapat mempermudah dalam pemenuhan air bersih di seluruh sudut-sudut sekolah yang memerlukan air bersih.
2 Sampah Penyediaan Tempat Sampah Terpisah,
Komposter
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memiliki banyak tempat sampah terpisah yang tersebar di seluruh kawasan sekolah.
Tempat sampah terdiri dari 3 jenis yaitu untuk sampah organik, sampah plastik dan kaca, serta sampah kertas. Masing-masing
tempat sampah tersebar di beberapa tempat seperti halaman depan sekolah, taman sekolah, serta area kelas. Penempatan
tempat sampah di banyak tempat secara langsung mengajarkan kepada siswa bagaimana membuang sampah sesuai dengan
103
jenis sampahnya. Hal ini disampaikan oleh P, wakil kepala sekolah bagian hubungan masyarakat:
“Sekolah kami memiliki tiga jenis tempat sampah ya, yang warna hijau itu untuk sampah organik, terus yang
warna merah untuk sampah plastik dan kaca, terus yang warna kuning itu untuk sampah kertas. Kami tempatkan
tempat sampah itu dibeberapa tempat, tapi ada juga yang kita pisah, jadi enggak jadi satu gitu, kita pisah
misalnya dekat kolam ada tempat sampah untuk kertas terus yang dekat tangga ada tempat sampah organik,
begitu.” P.2415 Dalam pengolahannya, sampah organik akan diolah
menjadi pupuk dengan menggunakan alat komposter dan alat penggilingan sampah, sampah yang masih memiliki nilai
ekonomis akan dijual, dan sampah yang tidak bisa diolah dan tidak memiliki nilai ekonomis maka sampah tersebut akan
dibuang di tempat pembuangan akhir sampah yang berada di Piyungan Bantul.
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul tidak hanya memiliki fasilitas berupa tempat sampah yang lengkap tetapi juga
memiliki alat untuk pengelolaan sampah yaitu berupa alat komposter dan alat penggilingan sampah. Komposter
ditempatkan di taman sekolah sementara alat penggilingan sampah ditempatkan di dekat tempat pembuangan akhir
sampah sekolah. Hal ini diungkapkan oleh SA, selaku kepala sekolah:
104
“...kemudian untuk menanggulangi sampah kita gunakan komposter dan alat penggilingan sampah...”
SA.30315. Selain adanya tempat sampah terpisah dan alat
penggilingan sampah, sekolah juga memiliki mobil pengangkut sampah, hal ini disampaikan oleh E, petugas kebersihan
sekolah: “...Disini kan ada mobil pengangkut sampah milik
sendiri, nah sampah yang tidak bisa kami olah itu dibuang ke tempat pembuangan akhir di daerah
Piyungan Bantul. Dari sekolah langsung ke tempat pembuangan akhir sampah, biasanya tiga hari sekali,
tidak harus nunggu penuh, pokoknya tiga hari sekali harus dibuang, itu rutin dilakukan, tapi jika dua hari
saja bak sampah sudah penuh ya harus dibuang, kan dipandang tidak enak itu jika dipandang kok banyak
sampah numpuk.” E.5515
Sampah-sampah yang dihasilkan dari sekolah selanjutnya akan dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah
di daerah Piyungan Bantul. Dengan adanya mobil pengangkut sampah yang sekolah miliki maka sekolah tidak perlu harus
menunggu mobil dinas kebersihan untuk mengangkut sampah sekolah.
b Penyediakan sarana prasarana untuk mengatasi
permasalahan lingkungan hidup di sekolah
Penyediakan sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah hal tersebut terlihat
dengan tersedianya sarana prasarana pendukung pembelajaran lingkungan hidup yang meliputi pengomposan, pemanfaatan dan
105
pengelolaan air, hutantamankebun sekolah, green house, toga, kolam ikan, dan biopori.
1 Pengomposan
SMA Negeri 1 Kasihan Bantul memanfaatkan sampah yang berada di sekolah untuk diolah menjadi kompos. Proses
pengomposan tersebut dengan cara memilah sampah apa saja yang cocok untuk diolah. Sampah organik yang berupa daun-
daunanlah yang nantinya akan diolah menjadi pupuk, proses pengolahan tersebut menggunakan dua alat yaitu komposter
dan alat penggilingan sampah. Berikut penuturan E, petugas kebersihan sekolah:
“...kemudian sampah organik itu dimasukkan ke komposter yang nantinya jadi pupuk. Terus yang untuk
daun-daun, ranting, langsung ditampung disana itu ya paling enggak sekitar dua hari baru digiling.”
E.5515.
Hasil dari pengomposan tersebut selanjutnya digunakan untuk pupuk tanaman dan pohon yang berada di wilayah
sekolah. Sebagaimana disampaikan oleh SO, wakil kepala seoklah bagian sarana dan prasarana:
“Melalui bak sampah itu, sampah kan sudah disendirikan ya sesuai dengan jenis sampahnya, lalu
sampah tersebut dipilih dan diolah menjadi kompos yang nantinya kompos tersebut digunakan untuk
memupuk tanaman-tanaman yang ada di taman atau lingkungan yang lainnya itu...” SO.2415.
Dengan adanya alat pengolahan sampah yang berupa komposter dan alat penggilingan sampah, maka sekolah
106