kegiatan yang terhenti membuat pelaksanaan dari program sekolah ramah lingkungan dirasa kurang maksimal.
2 Faktor Eksternal
a Karakter dan Latar Belakang warga sekolah yang Berbeda
Karakter dan latar belakang warga sekolah yang berbeda menjadi faktor eksternal dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan. Beberapa siswa memiliki karakter yang berbeda, hal ini terlihat dari perilaku yang siswa lakukan di sekolah, terutama dalam
menjaga lingkungan. Berikut penuturan LAP, siswa kelas XII dan anggota OSIS:
“...dari teman-temannya begitu mbak, ya masih suka membuang sampah tidak pada tempatnya...”LAP.20415.
Karakter dan latar belakang siswa yang berbeda menyebabkan sulitnya membiasakan siswa untuk hidup bersih dan menjaga
lingkungan. Hal ini disampaikan oleh PP, siswa kelas X, dan ketua kelas:
“Kesulitannya...dalam mengkoordinir teman-teman itu ada yang susah, misalkan dalam piket, terus mengurus kelas gitu,
tapi hanya beberapa saja.” PP.11515.
Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa karakter siswa yang berbeda terlihat dari perilaku
siswa saat berada di sekolah, belum semua siswa menjaga kebersihan sekolah, masih ada beberapa siswa yang membuang sampah tidak pada
tempatnya serta belum semua siswa menjalankan tugas piketnya.
131
Tabel 6. Ringkasan Faktor Penghambat Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan
No Faktor
Faktor Penghambat
1. Internal
a. Kurangnya kesadaran beberapa warga sekolah
b. Belum adanya peraturan dan sanksi yang tertulis
c. Beberapa kegiatan sekolah terhenti
2. Eksternal
a. Karakter dan latar belakang siswa yang berbeda
c. Solusi dalam Menghadapi Faktor Penghambat Program
Solusi diperlukan untuk mengatasi faktor penghambat dalam implementasi program sekolah ramah lingkungan. SMA Negeri 1 Kasihan
Bantul memiliki beberapa solusi dalam mengatasi faktor penghambat tersebut, yaitu sekolah mengadakan pertemuan dan rapat. Pertemuan dan
rapat diadakan secara rutin untuk membahas kendala-kendala apa saja dalam mennjalankan program tetrsebut. Hal ini disampaikan oleh RB,
guru biologi: “Sekolah mengadakan pertemuan setiap hari senin setelah upacara
untuk membahas program mana saja yang belum maksimal, kemudian dicari solusinya.” RB.1415.
Pertemuan da rapat tersebut melibatkan kepala sekolah, guru serta dewan sekolah. Selain diadakannya pertemuan dan rapat rutin, solusi lain
adalah menanamkan kebersamaan dan kepedulian terhadap program sekolah ramah lingkungan. Berikut penuturan P, wakil kepala sekolah
bagian hubungan masyarakat:
132
“Solusinya yang pertama yaitu menanamkan kebersamaan, keharmonisan, kepedulian, kegotongroyongan juga perlu,
mengingat hal-hal itu sangat penting untuk diterapkan. Jika hal tersebut tidak diterapkan maka program tidak akan pernah jalan...”
P.2415.
Solusi dalam mengatasi faktor penghambat lainnya yaitu melalui sosialisasi agar warga sekolah mampu hidup bersih dan menjaga
lingkungan hidup. Hal ini disampaikan oleh Y, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan:
“Diingatkan, siapa saja yang melihat harus mengingatkan, mengadakan sosialisasi tentang hidup bersih dan menjaga
lingkungan, melalui poster-poster, slogan, tugas-tugas sekolah, dan tindakan nyata berupa kegiatan-kegiatan tadi itu.” Y.2415.
Setiap warga sekolah memiliki tugas untuk mengingatkan warga sekolah yang lain untuk menjaga lingkungan sekolah. Sosialisasi
dilakukan melalui poster, slogan, papan himbauan, tugas serta kegiatan yang memiliki unsur lingkungan. selain itu menjalin dan mempertahankan
kerjasama dalam bidang lingkungan merupakan salah satu cara sekolah dalam mengatasi faktor penghambat program. Berikut penuturan P, wakil
kepala sekolah bagian hubungan masyarakat: “...menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta.
P.2415.
Solusi-solusi yang sekolah lakukan bertujuan agar faktor penghambat program tersebut dapat teratasi serta program sekolah ramah
lingkungan dapat berjalan dengan baik agar tujuan dari program tersebut dapat tercapai. Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh maka
solusi dalam meghadapi faktor penghambat yaitu melalui rapat rutin,
133
menanamkan kebersamaa dan kepedulian, sosialisasi, serta menjalain dan mempertahankan kerjasama dalam bidang lingkungan hidup.
B. Pembahasan
1. Implementasi Program Sekolah Ramah Lingkungan di SMA Negeri 1
Kasihan Bantul a.
Implementasi Program Menurut Edward
Keberhasilan implementasi kebijakan atau program akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel
tersebut saling berhubungan satu sama lain. Menurut teori George C. Edwards III 1980 terdapat empat variabel yang mempengaruhi proses
implementasi kebijakan atau program yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi, struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut saling berhubungan
Subarsono 2008: 90. Komunikasi dalam implementasi program sekolah ramah
lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul dilakukan melalui sosialisasi program, rapat rutin, serta evaluasi program. Sosialisasi program sekolah
ramah lingkungan dilakukan agar warga sekolah mengetahui isi serta tujuan dari program sekolah ramah lingkungan.
Sosialisasi program tersebut dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui pemasangan papan visi dan misi serta saat upacara dan kegiatan-
kegiatan sekolah. Melalui kegiatan tersebut sosialisasi program sekolah ramah lingkungan dinilai cukup efektif karena siswa berperan secara
langsung dalam kegiatan-kegiatan tersebut. 134
Sumberdaya merupakan salah satu variabel penting dalam implementasi program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1
Kasihan. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, sumberdaya dana maupun sarana prasarana. Pelatihan tentang lingkungan
hidup yang guru ikuti mampu meningkatkan kompetensi dan keahlian para guru.
Selain itu adanya kerjasama sekolah dengan pihak luar tentang lingkungan hidup mampu meningkatkan kompetensi dan keahlian warga
sekolah. Dana merupakan salah satu sumberdaya yang sekolah miliki. Dana tersebut berasal dari sekolah dan dari luar sekolah. Dana digunakan
untuk pengembangan program, pengembangan kegiatan program, serta pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana ramah lingkungan.
Adanya kemauan, keinginan, dan kecenderungan para warga sekolah untuk melaksanakan program sekolah ramah lingkungan terlihat
dari kemauan warga sekolah dalam menjalankan program sekolah ramah lingkungan. Warga sekolah memiliki kemauan dan keinginan untuk
melindungi serta mengelola lingkungan hidup, hal tersebut dituangkan dalam visi dan misi sekolah.
Visi dan misi sekolah dirubah dengan tujuan agar seluruh warga sekolah senantiasa menjaga dan melindungi alam dan lingkungannya.
Selain itu warga sekolah memberikan dukungan sepenuhnya agar tujuan dari program sekolah ramah lingkungan dapat tercapai. Adanya dukungan
yang diberikan oleh seluruh warga sekolah dalam menjalankan program
135
sekolah ramah lingkungan menjadi cerminan bahwa warga sekolah memiliki kemauan dan keinginan untuk melindungi lingkungan hidup.
Struktur birokrasi dalam implementasi program sekolah ramah lingkungan mencakup struktur organisasi, pembagian kewenangan, tugas,
peran dan lain sebagainya. Warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru, karyawan hingga siswa turut berperan dalam pengimplementasian program
sekolah ramah lingkungan. Warga sekolah menjalankan tugas dan peranannya masing-masing agar tujuan dari program sekolah ramah
lingkungan dapat terwujud.
b. Kebijakan Pendidikan dan Program Sekolah Ramah Lingkungan
Program sekolah ramah lingkungan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul merupakan wujud dukungan sekolah terhadap kebijakan
pendidikan tentang sekolah berwawasan lingkungan. Dalam implementasi program sekolah ramah lingkungan terdapat tiga tataran yang berkaitan
dengan kebijakan pendidikan, yaitu pada tataran makro, meso dan mikro. Pada tataran makro sekolah bekerjasama dalam program ramah
lingkungan dengan beberapa instansi seperti Dinas pendidikan, Badan Lingkungan Hidup BLH, Puskesmas, Dokter, Rumah Sakit serta instansi
lain yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Kerjasama tersebut terdiri dari kerjasama dalam bidang kesehatan, kerjasama dalam
pelestarian satwa, kerjasama dalam bidang lingkungan yang berupa penyuluhan dan pelatihan lingkungan hidup, serta pemberian bantuan
sarana dan prasarana penunjang program sekolah ramah lingkungan.
136