Faktor eksternal Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah

commit to user dirasakan dan kemudian diperkuat dengan pengaruh dari lingkungan sehingga pelaku berani berprinsip seperti itu. 6. Sebagian orang menggunakan seksual pranikah sebagai alat skrining atau drive test untuk memilih pasangan hidup Teachman, 2003. Beberapa situs perbincangan di dunia maya menampilkan diskusi mengenai hal ini, dimana test drive dilakukan pada pasangan untuk mengetahui ke-normal-an seks atau baik tidaknya urusan seks pasangan. “Bagi gw virgin itu ga penting, mala hrs dicoba sebelon merid, ntar kl dy not good on the bed ato tnyt gw not good in bed menurut dy, apa mo selingkuh2an?” “Mending kalo udah serius, ML dulu aja deh sebelom merid... maxud gw, kalo merid berarti udah yakin 100. jangan sampe ntar gara2 masalah sex tar rumah tangga bubar. kalo udah ketauan sebelom merid pan pas setelah itu berarti bisa mutusin mau terus merid ato mau bubar, kalo mau terus merid berarti udah siap dgn segala resiko nya termasuk mungkin kekurangan di sex” 7. Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta, kegagahan atau kemolekan dan kemampuan fisik pada pasangan Pangkahila, 2004. Keinginan ini merupakan salah satu bentuk untuk menunjukkan bahwa “I’m the best for you”, baik dari segi fisik maupun perasaan.

b. Faktor eksternal

1. Keberadaan dan peran orang tua. Kadarwati, Lestari dan Asyanti 2008 mengatakan bahwa sumber informasi paling bertanggung jawab adalah dari orang tua. commit to user Untuk itu, diperlukan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, khususnya komunikasi dalam masalah seksualitas. Melalui komunikasi yang efektif, orang tua dapat memberikan tuntunan dan arahan kepada anak agar dapat menyalurkan dorongan-dorongan yang dimilikinya secara positif sehingga tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak diinginkan seperti perilaku seksual pranikah. Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik akan membuat anak terjerumus dalam perilaku seksual pranikah Pangkahila, 2004. 2. Pengaruh teman sebaya. Teman sebaya sangat berpengaruh pada pergaulan remaja. Pengaruh dari teman sebaya bisa bersifat positif dan bisa juga negatif. Pengaruh positif misalnya adanya dorongan untuk berprestasi dan berkreasi karena bergaul dengan orang-orang yang cerdas dan kreatif. Pengaruh negatif misalnya tuntutan untuk berkencan dan berciuman, tuntutan untuk update dalam penampilan, dan lain-lain. Tuntutan dan tekanan dari teman sebaya membuat remaja harus melaksanakannya agar diakui sebagai anggota dalam kelompok Hurlock, 2006. Sumber informasi yang salah dan tidak bertanggung jawab pun seringkali diperoleh remaja dari teman sebayanya. Sebagai orang yang pengetahuannya lebih kurang sama, pergaulan sebaya membuat remaja mencari tahu pengetahuan tanpa adanya arahan yang benar dan tidak jarang malah mencoba-coba guna membuktikan, misalnya mencoba commit to user narkoba untuk membuktikan bahwa narkoba memang bisa membuat “fly” atau mencoba seks untuk membuktikan bahwa seks itu memang indah, dan sebagainya. Pergaulan yang negatif seperti inilah yang membuat remaja terjerumus dalam lembah kehidupan Pangkahila, 2004. 3. Hubungan bersama pasangan. Frekuensi bertemu pasangan. Adanya komitmen bersama pasangan membuat seseorang memiliki keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya yang salah satunya ditunjukkan dengan menerima aktivitas seksual dari pacarnya Pangkahila, 2004. Sebagian dari partisipan dalam penelitian Prasetya 2007 menyebutkan bahwa meskipun mereka sudah berpendapat bahwa seks pranikah tidak boleh dilakukan, tetapi bila sudah berhadapan dengan pasangannya, pikiran berubah bersedia melakukan hubungan seks pranikah. Christopher dan Sprecher 2000 mengatakan bahwa hal ini biasanya terjadi pada perempuan karena perempuan tidak ingin mengecewakan pasangan atau beresiko merusak hubungan. Santrock 2003 juga mengatakan bahwa perempuan sering didorong oleh kekasihnya untuk mau melakukan hubungan seksual. 4. Media massa, penyebaran gambar dan video porno dan kurangnya informasi tentang seks yang benar Prasetya, 2007. 5. Lingkungan sosial yang tidak mendukung perkembangan remaja ke arah yang positif, tidak adanya kontrol social Santrock, 2003. commit to user 6. Adanya larangan berhubungan seks sebelum menikah dan panjangnya tahapan perkawinan yang harus dilalui oleh pasangan upacara keagamaan, pengesahan secara hukum, pesta, dan lain-lain Hartono, 2004. 7. Perilaku seksual pranikah terjadi juga terjadi akibat meningkatnya usia perkawinan Hartono, 2004; Christopher dan Sprecher, 2000. Penundaaan perkawinan di Indonesia dipengaruhi oleh kesulitan untuk mencari kerja untuk menopang kehidupan rumah tangga yang cukup layak Hartono, 2004. 8. Status ekonomi keluarga Pangkahila, 2004. 9. Adanya fasilitas-fasilitas seperti tempat-tempat sepi untuk berkencan Pangkahila, 2004.

4. Dampak Perilaku Seksual Pranikah