Depresi Dampak yang dirasakan setelah melakukan perilaku seksual pranikah

commit to user ke Rumah Sakit. Berdasarkan keadaan yang darurat pihak Rumah Sakit terpaksa menggugurkan janin karena sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Saat di Rumah Sakit, pasangan subjek sempat kalut hingga naik ke atas atap Rumah Sakit untuk bunuh diri karena melihat keadaan subjek yang sangat kesakitan. Subjek opname 3 hari di rumah sakit. Yang bikin mahal tu karena aborsinya gagal. W.S.VI.01.37-38 Jadi air ketubannya tu emang udah pecah, tapi janinnya bertahan. W.S.VI.01.40-41 Nah pas empat bulan udah mau lima bulan gitu, aku mulai sering ngerasain sakit di perut. Akhirnya sama R dan temannya, aku dibawa ke Semarang, kebetulan temennya itu punya rumah di Semarang. Terus ya dibawa ke rumah sakit, kata dokternya udah nggak bisa dipertahankan lagi. Ya udah akhirnya ngeluarinnya di rumah sakit itu. W.S.VI.01.45-51 Nah, pas datang ke rumah sakit itu aku juga udah kesakitan banget kan. Udah kayak mau mati lah rasanya. R juga udah kalut waktu itu. W.S.VI.01.64-66 Waktu itu R malah sempet naik ke atap rumah sakit lho mau bunuh diri. Untungnya pihak rumah sakit nggak curiga. Biaya rumah sakit itulah yang bikin mahal. Waktu itu kenanya tujuh jutaan. Aku opnam 3 hari di RS. W.S.VI.01.68-72

i. Depresi

Sejak hamil hingga selesai aborsi, banyak dampak negatif yang dirasakan oleh subjek. Mulai dari biaya yang harus ditanggung untuk membayar dukun dan Rumah Sakit hingga permasalahan psikologis lainnya seperti rasa bersalah dan berdosa. Subjek merasa bersalah dan kasihan pada janinnya yang tidak bersalah, subjek juga sadar bahwa Tuhan marah padanya, namun subjek mengaku tidak berani memberitahukan kabar kehamilannya pada orang tua karena takut akan kemarahan orang tua. Perubahan fisik yang dialami subjek juga membuatnya lelah, pikirannya yang juga lelah memikirkan semua masalah yang terkait. Subjek mengaku tertekan dan sempat berpikir akan trauma hamil setelah semua yang ia commit to user alami, namun pikiran itu hilang ketika ia membayangkan segala hal menyenangkan yang mungkin terjadi jika ia hamil di waktu dan kondisi yang tepat. Kasihan pastinya ya mbak ya, dia kan nggak salah apa-apa. Aku juga menyayangkan kenapa dia harus hadir saat itu. kenapa nggak nanti? Kalo aku udah bener-bener udah nikah, suami yang jelas. Aku tahu Tuhan pasti marah, marah sama aku, tapi aku juga nggak sanggup buat mbongkar hal itu terutama pada orang tua aku kan. Mereka bisa marah besar kalo tau. Kalo rasa sayang aku, kalo rasa sayang aku sebenernya aku juga nggak tau ya sebetulnya, bingung, ya memang ada rasa senang dan reflek aku juga jadi sering ngelus perut aku waktu itu. Tapi mungkin karena waktu itu dia belum bergerak-gerak ya janinnya, jadi aku belum begitu merasakan kehadiran dia. Yang aku rasakan ya baru perubahan fisik yang memang membuat aku lelah, pikiran aku juga lelah. Cuma ya nggak bisa aku pungkiri di dalam hati aku ada perasaan senang yang sebenarnya aku nggak tau darimana. Yang jelas waktu itu janin aku memang belum bergerak dan aku nggak bisa ngerasain gerakan dia di dalam perut aku waktu itu, belum. Ya gitu.. W.S.VI.02.401-419 Ya masih.. dan itu nggak kan pernah mungkin aku lupain seumur hidup aku. Ya itu pengalaman yang nggak akan pernah mungkin aku lupakan sampai kapan pun. Aku sempat mikir bakal trauma hamil. Pengalaman aku hamil tu udah kek gini gitu ngerasainnya. Aku ngeras.. ya mungkin ke depannya mungkin aku bisa aja trauma hamil gitu. Tapi kayaknya nggak mungkin juga ya.. Setelah aku pikirin baik-baik ya mungkin ya jika waktunya tepat, kehamilan itu mungkin akan jadi sesuatu hal yang paling membahagiakan buat seorang perempuan. Ya karena aku ngalaminnya di saat yang nggak tepat, makanya aku ngerasain hal yang nggak menyenangkan seperti ini. Ya aku berharap suatu saat jika aku hamil lagi, mudah-mudahan aku nggak ngerasain hal kek gitu lagi. Aku pengen saat aku hamil aku bisa ngerasain sesuatu yang bahagia, disayang, aku bisa.. bisa kasi tau orang tua aku kalau mereka bakal punya cucu, aku bisa kasi tau ke orang-orang di sekitar aku kalau aku akan punya anak dan nggak harus diakhiri dengan cara aborsi. W.S.VI.02.421-439 Nggak papa kok mbak. Tanpa diingatkan aku juga selalu ingat kok. Ya aku juga mau bercerita hal ini juga, aku mau semua orang tau gitu perasaan seorang wanita kalo aborsi itu nggak mudah. Mungkin selama ini banyak orang yang luput gitu dengan.. perempuan kalo ngelakuin aborsi tega sama anaknya atau gimana, sebenernya nggak. Keadaan yang membuat kita tertekan, tertekan commit to user sampe akhirnya harus ngelakuin hal itu. Ya mungkin kalo ditanya sama semua perempuan yang pernah aborsi, ya aku yakin mereka juga pasti akan jawab hal yang sama kayak aku. Aborsi itu sakit mbak. siapa sih yang mau ngalami hal kek gitu, sakit kek gitu. Mungkin kalo orang bilang melahirkan sakit, tapi proses selama kehamilan kan nggak harus dengan tertekan juga. Dan ini saat tau hamil aja harus tertekan kek gitu sampe akhirnya aborsi, dan aborsi itu sakit. Dan setelah kita merasakan rasa sakit itu, baby yang lucu itu udah nggak ada lagi. Kalo misalnya orang hamil trus dia ngerasain sakit, setelah rasa sakitnya selesai, baby nya itu ada dan itu bisa ngalihin rasa sakitnya. Aku yakin itu. dan itu nggak dirasain sama perempuan-perempuan kek kita. Ya mungkin ini suatu kesalahan besar yang, ya gitulah.. aku juga susah mo bilangnya. W.S.VI.02.441-463 Atas semua permasalahan yang ia alami, bisa dilihat bahwa subjek juga mengalami depresi. Kehamilan dan aborsi menyebabkan keadaan penuh stres dan trauma mental bagi subjek. Peristiwa aborsi terjadi pada bulan Maret 2010 lalu dan hingga penelitian berlangsung subjek masih selalu teringat akan peristiwa tersebut. Bagi subjek aborsi adalah keputusan yang sangat berat pengalaman itu tidak akan mungkin bisa ia lupakan seumur hidupnya. Subjek mengaku sering menangis dan mimpi buruk. Subjek merasa hidupnya tidak tenang dan tidak tahu sampai kapan ia akan merasa tenang kembali. Hingga sekarang permasalahan pasca aborsi masih belum selesai. Selain masih selalu teringat akan pengalamannya, subjek masih harus melunasi hutang-hutangnya akibat hamil dan aborsi, selain itu subjek juga harus meneruskan kuliahnya yang tertunda. Subjek juga diperkirakan sempat mengalami depresi ketika hubungannya bersama pasangan yang telah merenggut keperawanannya commit to user berakhir. Subjek mengaku pada waktu itu ia sangat menyesal hingga mengalami sedih berlarut-larut. Begitu ada masalah, hal itu malah jadi penyesalan yang luar biasa di aku gitu, apalagi waktu ternyata sampai putus. Ya waktu itu aku udah sedih banget, sedih berlarut-larut, untungnya orang tua ku nggak tau kan W.S.VI.02.346-349.

4. Kecemasan yang dialami