commit to user
a. Risiko fisik, yaitu pendarahan dan komplikasi lain bahkan kematian. b. Risiko sosial, yaitu ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi
lebih besar karena perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami KTD dan aborsi. Selanjutnya, remaja perempuan lebih
sukar menolak ajakan seksual pasangannya. Risiko lain adalah pendidikan terputus atau masa depan terganggu.
c. Risiko ekonomi, yaitu biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya semakin tinggi.
5. Merasakan refreshing relaksasi
Bercinta sangat efektif untuk mengurangi stres. Hubungan seks bisa menjadi rekreasi murah meriah dan cara luar biasa untuk melepas
ketegangan fisik dan emosional, membentuk kedekatan, dan melepaskan endorphins hormon yang mampu mengurangi rasa sakit dan gangguan
emosional. Bahkan bercinta di malam hari dapat meningkatkan jumlah oksigen di dalam sel, membantu menjaga fungsi organ sehingga
metabolisme tubuh dapat berjalan secara lancar Asmara, 2009. Hal ini dirasakan oleh subjek I yang mengatakan bahwa hubungan seksual,
terutama jika mencapai orgasme bisa menjadi sarana refreshing baginya yang membuat tenang, mengantuk di saat susah tidur san membuat
semangat di saat sedang malas W.S.I.02.575-586.
b. Dampak Psikologis
Dampak psikologis merupakan dampak yang paling banyak dialami oleh para pelaku seksual pranikah.
commit to user
1. Menyesal Perempuan cenderung lebih mempunyai perasaan menyesal
daripada pria dalam perbuatan hubungan seks di luar nikah Knight, 2004. Penyesalan biasanya muncul di awal, yakni saat pertama kali melakukan
intercourse, dimana pada perempuan saat itulah keperawanannya hilang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh subjek IV yang mengaku menangis
seteleh melakukan intercourse untuk pertama kalinya dan pasangannya pun mengungkapkan penyesalan dengan membenturkan kepala ke tembok.
Laki-laki merasa menyesal karena telah merenggut keperawanan pasangannya karena pada akhirnya mereka tidak tahu apakah mereka
berjodoh atau tidak W.S.III.02.788-792. Namun kemudian, subjek tetap melakukan intercourse. Subjek III mengaku menyesal tapi senang karena
menikmati hubungan seksual yang dilakukan W.S.III.02.783. Seiring berjalannya waktu, rasa penyesalan tenggelam oleh rasa adiktif yang
dirasakan sehingga subjek tetap melanjutkan perbuatannya. Subjek VI bahkan tetap melakukan intercourse pasca aborsi meskipun subjek
mengaku sangat menyesal ketika perbuatannya sampai menyebabkan kehamilan. Torsina 2010 mengatakan bahwa pada akhirnya remaja
khususnya perempuan akan tetap melakukan hubungan seksual kembali karena sudah terlanjur. Seperti yang diungkapkan oleh subjek I bahwa
semua sudah terlanjur dan sesal selalu datang belakangan W.S.I.01.394- 396. Pada akhirnya mereka mengatakan bahwa menyesal tidak akan ada
gunanya W.S.II.01.289, W.S.IV.01.257.
commit to user
2. Merasa bersalah dan berdosa Rasa bersalah dan berdosa terutama dirasakan pada Tuhan dan
orang tua, dimana para subjek sebenarnya menyadari bahwa perilaku seksual pranikah dilarang oleh agama mereka dan mereka juga telah
menghianati kepercayaan orang tua untuk tetap menjaga diri dalam bergaul. Subjek II pernah mengalami saat-saat dimana ia merasakan sesak
di dada setiap kali mendengar azan W.S.II.01.438-439 dan subjek VI sampai sekarang masih dihantui rasa takut jika Tuhan akan memberikan
karma atas perbuatannya W.S.VI.520-523. 3. Cemas akan terjadinya kehamilan
Salah satu akibat seks pranikah adalah kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan Sugiharta, 2004. Cemas akan terjadinya
kehamilan dirasakan oleh semua subjek baik laki-laki maupun perempuan W.S.I.02.593, W.S.III.02.800-802, W.S.IV.01.311-312. Subjek pun
menyadari bahwa meskipun melakukan senggama terputus atau menggunakan pengaman, kemungkinan hamil itu akan tetap ada
W.S.I.02.594-595. Besarnya kemungkinan terjadi kehamilan pada akhirnya akan menimbulkan rangkaian kecemasan lainnya seperti cemas
akan kelanjutan pendidikan, takut gagal meraih cita-cita akibat beban melahirkan dan memiliki anak, kecemasan beban ekonomi dan sanksi
sosial yang dihadapinya kelak, serta perubahan peran yang tidak dipersiapkan Knight, 2004. Oleh sebab itu semua subjek khawatir jika
perilaku mereka sampai menyebabkan kehamilan sehingga berhati-hati
commit to user
dengan melakukan pencegahan sebagaimana yang telah dijelaskan pada dampak fisik “hamil dan aborsi”.
4. Cemas akan terkena aids dan penyakitinfeksi menular seksual lainnya Kecemasan akan penyakit menular seksual dan aids ini dirasakan
oleh subjek V yang memang pernah mekukan intercourse dengan pasangan yang berbeda-beda tanpa adanya suatu komitmen. Subjek V pun
menyadari hal ini, oleh karena itu ia mengaku selalu “main aman” untuk mengatasinya, dengan menggunakan kondom, senggama terputus dan jika
tidak pun ia hanya melakukan dengan perempuan yang sudah ia ketahui latar belakang kehidupannya W.S.V.02-665-670. Duarsa 2004
mengemukakan bahwa kenyataan menunjukkan di seluruh dunia remaja merupakan kelompok umur yang jumlahnya terbanyak menderita IMS
dibandingkan kelompok umur lain dan data menunjukkan bahwa dari semua penyakit yang dijumpai pada kelompok umur muda, IMS adalah
golongan penyakit yang terbesar jumlahnya. Hal ini disebabkan dorongan aktivitas seksual yang tinggi di kalangan remaja yang menyebabkan
seringnya mereka bertukar pasangan dengan akibat berisiko tertular IMS. 5. Cemas ditinggalkan pasangan
Ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena perempuan merasa sudah tidak perawan Sugiharta, 2004. Inilah
yang dirasakan oleh subjek perempuan dimana mereka cemas ditinggalkan pasangan mereka sehingga sulit untuk mencari pasangan baru terutama
untuk dijadikan suami dengan keadaan yang sudah tidak perawan lagi
commit to user
W.S.I.01.487-495, W.S.II.02.434-435. Dacey Kenny 1997 mengatakan bahwa beberapa remaja melakukan seks bukan karena mereka
ingin, tetapi karena mereka takut pasangannya akan meninggalkan mereka jika mereka tidak mematuhi keinginan pasangan untuk melakukan
hubungan seksual. 6. Cemas akan jodoh
Jodoh merupakan kuasa Tuhan dan manusia hanya akan mengikuti suratan tersebut. Bagi para pelaku seksual pranikah, pasangan mereka
sekarang belum tentu akan menjadi pendamping hidup mereka dalam berumah tangga kelak, padahal hubungan yang mereka jalin sudah sangat
jauh layaknya pasangan suami istri. Perihal jodoh terutama dirasakan oleh subjek IV yang menjalin hubungan dengan pasangan berbeda agama,
dimana pada akhirnya hubungan mereka akan terbentur pada hal tersebut W.S.IV.291-302.
7. Cemas akan penghargaan buruk dari suami kelak jika menikah Keperawanan merupakan simbol kehormatan seorang perempuan
yang lazimnya dijaga untuk dipersembahkan pada laki-laki yang kelak menjadi suaminya. Oleh sebab itulah perempuan pelaku seksual pranikah
seringkali mencemaskan penghargaan buruk suaminya kelak jika ia menikah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh subjek VI yang
mencemaskan apakah suaminya kelak bisa menerima keadaan dirinya W.S.VI.02.356-357. Subjek II juga mengatakan bahwa ia takut disia-
siakan oleh suaminya kelak atas keadaan diri yang sudah tidak perawan,
commit to user
oleh sebab itu ia lebih memilih untuk jujur mengakui ketidakperawannannya pada calon suaminya kelak W.S.II.02.401-409.
8. Cemas dilaporkan pada orang tua Rasa sayang dan hormat anak terhadap orang tua sebenarnya
menuntun mereka untuk tidak menyakiti perasaan orang tuanya. Semua subjek dalam penelitian ini melakukan perbuatannya secara diam-diam
dan hati-hati agar tidak diketahui oleh orang tua. Subjek V mengatakan bahwa ia takut jika salah seorang perempuan yang pernah berhubungan
dengannya mengadu pada orang tuanya W.S.V.02.746-751. 9. Depresi
Indikasi mengalami depresi terjadi pada subjek perempuan, yakni ketika hubungan bersama laki-laki yang telah merenggut keperawanannya
berakhir. Hilangnya kegadisan bisa berakibat depresi pada wanita yang bersangkutan Sarwono, 2008. Menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa III PPDGJ III, 2002 depresi adalah gangguan yang memiliki karakteristik :
a. Gejala Utama 1. Afek depresif.
2. Kehilangan minat dan kegembiraan. 3. Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan
mudah lelah rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja dan menurunnya aktifitas.
commit to user
b. Gejala lainnya 1. Konsentrasi dan perhatian berkurang.
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang. 3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.
4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis. 5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri.
6. Tidur terganggu. 7. Nafsu makan berkurang.
Subjek II mengatakan bahwa ketika hubungannya berakhir malas kuliah, tidak mau kembali ke Solo, selalu sedih dan menangis, berpikir
akan mati, pesimis, sulit tidur dan sesak di dada ketika mendengar azan. W.S.II.02.429-440. Subjek juga merasa bersalah karena telah
mengecewakan orang tua W.S.II.02.414-419. Saat menceritakan hal tersebut subjek menunjukkan ekspresi dan nada suara sedih. Pada
observasi pra penelitian, subjek II juga terlihat murung, sering menyendiri dan sering menangis. Saat itu hubungan subjek bersama pasangan belum
lama berakhir. Dilihat dari gejala yang dialami, subjek II kemungkinan sempat mengalami depresi ketika pertunangannya berakhir dan mereka
batal menikah. Beberapa waktu setelah penelitian selesai, subjek II bercerita bahwa ia dan keluarga akan melaporkan perbuatan tunangannya
pada instansi dimana tunangannya bernaung agar tunangannya mendapatkan sanksi. Hal tersebut subjek lakukan karena sakit hati dan
commit to user
merasa disia-siakan. Namun karena beberapa pertimbangan dari keluarga, pada akhirnya pelaporan tersebut batal dilakukan.
Subjek VI juga diperkirakan sempat mengalami depresi ketika hubungannya bersama pasangan yang telah merenggut keperawanannya
berakhir. Subjek VI mengaku pada waktu itu ia sangat menyesal hingga mengalami sedih berlarut-larut W.S.VI.02.346-349. Miron Miron
2006 mengatakan bahwa hubungan romantis seorang remaja bisa menjadi sangat intens. Perasaan dekat disertai ketertarikan fisik yang kuat
dan dengan mudah menjadi fokus dari pikiran. Jika perasaan yang kuat mulai meredup bahkan lenyap, remaja bisa patah hati. Saat sebuah
hubungan berakhir, remaja akan meratapi rasa kehilangan dan kenangan indahnya dulu. Rasa sedih bisa menjelma menjadi depresi.
Subjek IV juga mengalami depresi akibat kehamilan dan aborsi yang menyebabkan keadaan penuh stres dan trauma mental. Peristiwa
aborsi terjadi pada bulan Maret 2010 lalu dan hingga penelitian berlangsung subjek masih selalu teringat akan peristiwa tersebut dan
masih sangat merasa bersalah pada Tuhan, orang tua, terutama pada janinnya. Subjek mengaku lelah baik fisik maupun pikiran, merasa sangat
tertekan dan sempat berpikir akan trauma hamil. Bagi subjek aborsi adalah keputusan yang sangat berat pengalaman itu tidak akan mungkin bisa ia
lupakan seumur hidupnya. Subjek mengaku sering menangis dan mimpi buruk. Subjek merasa hidupnya tidak tenang dan tidak tahu sampai kapan
ia akan merasa tenang kembali W.S.VI.02.401-439, W.S.VI.02.441-463.
commit to user
Hingga sekarang permasalahan pasca aborsi masih belum selesai. Selain masih selalu teringat akan pengalamannya, subjek masih harus melunasi
hutang-hutangnya akibat hamil dan aborsi, selain itu subjek juga harus meneruskan kuliahnya yang tertunda W.S.VI.02.511-514. Hal ini juga
terlihat dari ekspresi subjek saat wawancara ketika menceritakan pengalaman dan perasaannya. Subjek bahkan menangis karena tidak
sanggup menutupi kesedihannya. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa subjek cenderung menghindar dan menarik diri dari kehidupan
sosialnya bersama teman-teman dan orang sekitar, kecuali saat berada di lingkungan kerja.
Depresi umumnya dialami oleh perempuan, dimana perempuan lebih rentan terhadap suatu gejolak. Berbeda dengan laki-laki yang
memang lebih bisa mengontrol emosi untuk tetap bangkit. Secara kognitif, perempuan cenderung melihat hidup atau peristiwa atau apa yang
dialaminya secara detil. Orang yang melihat lebih detil, akan lebih mudah dirundung oleh kecemasan karena informasi yang dia miliki lebih banyak
dan itu akhirnya bisa benar-benar menekan perasaannya. Oleh sebab itulah perempuan cenderung lebih mempunyai perasaan menyesal dan bersalah
daripada pria dalam perbuatan hubungan seks di luar nikah. Perempuan lebih mudah merefleksikan ini dan mengakibatkan tekanan perasaan dan
stres. Ketegangan, stres, kecemasan, depresi adalah sebagian gejala-gejala umum yang bisa terjadi. Bahkan hal ini bisa berlangsung selama bertahun-
tahun dan menimbulkan masalah yang serius dalam hidup hal itu bisa
commit to user
berlanjut pada ketidakbahagiaan yang terus menerus dan ketidaktentraman pikiran Knight, 2004.
10. Mudah curiga pada pasangan Mudah curiga merupakan representasi dari rasa cemas ditinggalkan
oleh pasangan sehingga subjek seringkali mencurigai tindak tanduk pasangannya. Sebagaimana yang dialami oleh subjek I dan II yang curiga
akan hadirnya wanita idaman lain di hati pasangannya W.S.I.02.598-614, W.S.II.02.460. Subjek I bahkan sering memeriksa data-data privasi
pasangannya, baik dalam kotak masuk ponsel, surat elektronik, maupun di akun jejaring sosial untuk memastikan kecurigaannya W.S.I.02.714-717
11. Tidak bebas dalam mengungkapkan perasaan kesal dan marah Hal ini diungkapkan oleh subjek I yang mengaku membatasi diri
dalam mengungkapkan emosinya saat marah atau pun kesal sebagai salah satu cara untuk menjaga hubungannya dengan pasangan. Subjek I
mengaku takut jika hubungannya berakhir hanya karena emosi sesaat yang terlalu meledak-ledak W.S.I.02.729-732. Ini merupakan salah satu
pembentukan reaksi yang dilakukan untuk mengatasi rasa cemas akan ditinggalkan oleh pasangan yang telah merenggut kegadisannya.
12. Prihatin akan keadaaan pasangan Rasa prihatin akan keadaan pasangan dialami oleh subjek III
sebagai bentuk penyesalan karena telah merenggut kesucian pasangannya padahal mereka belum menikah. Subjek cemas jika tidak dijodohkan
commit to user
dengan pasangannya karena hal tersebut akan menimbulkan penyesalan yang lebih dalam lagi W.S.III.01.790-792.
13. Senang karena bisa memberikan kepuasan pada pasangan Setiap orang punya keinginan untuk membahagiakan orang yang
disayanginya, termasuk pasangan. Subjek I, III, IV dan VI mengungkapkan bahwa ada rasa senang yang muncul ketika mereka bisa
memberikan kepuasan dan kenikmatan pada pasangannya setelah melakukan perilaku seksual, terutama intercourse W.S.I.01.406-408,
W.S.III.02.739, W.S.IV.01.160-162, W.S.VI.01.119-121.
c. Dampak Sosial