Hamil hingga aborsi Analisis Data dan Pembahasan

commit to user W.S.V.01.407, W.S.VI.02.473-474. Asmara 2009 menjelaskan bahwa hubungan seks dapat meningkatkan produksi hormon reproduksi, terutama jika dilakukan secara teratur, sehingga tubuh menjadi terpacu untuk lebih sering melakukan intercourse. Sentuhan kasih sayang yang intim mampu meningkatkan keluarnya zat kimia tubuh, oxytocin atau hormon kedekatan. Oxytocin adalah zat yang mengembangkan hasrat seksual yang dikeluarkan di bawah kelenjar otak. Pelepasan oxytocin secara teratur dapat membantu memperbesar frekuensi bercinta. Subjek I bahkan merasa gelisah jika libidonya tidak tersalurkan W.S.I.02.534-536. Dilihat dari sifat pemenuhannya, pemenuhan seksual dalam arti, ketika misalnya naluri seksual bangkitbergejolak, maka akan mendorong seseorang untuk memenuhinya. Jika ia belum berhasil memenuhinya, selama naluri tersebut masih terbangkitkanbergejolak- maka yang timbul adalah kegelisahan. Baru setelah gejolak naluri tersebut reda, akan hilanglah rasa gelisah itu. Naluri yang tidak terpenuhi tidak akan sampai mengantarkan manusia pada kematian, tidak juga mengakibatkan gangguan fisik, jiwa, maupun akal Rosyidah, 2009.

4. Hamil hingga aborsi

Dari hasil konsultasi remaja, Sarwono menemukan bahwa hampir semua remaja yang pernah melakukan hubungan seks, melakukannya tanpa alat kontrasepsi sama sekali. Banyak remaja merasa malu membawa-bawa alat kontrasepsi karena hal itu seakan-akan ia sudah merencanakan sejak semula bahwa akan berhubungan seks. Sifat spontan commit to user dari dua orang yang berpacaran jadi hilang dan ini dinilai mengurangi arti pacaran itu sendiri Sarwono, 2008. Hal ini pula lah yang dilakukan oleh subjek dalam penelitian ini, dimana mereka terkadang tidak menggunakan kondom saat melakukan hubungan koital. Dari keempat subjek perempuan, hanya subjek IV yang mengaku selalu menggunakan pengaman kondom saat melakukan intercourse. Subjek IV juga mengatakan selalu melakukan senggama terputus meskipun sudah menggunakan kondom W.S.IV.01.304-308. Sedangkan subjek II mengaku tidak pernah menggunakan pengaman dan hanya mengandalkan senggama terputus W.S.II.01.304-306. Subjek I dan VI mengaku terkadang menggunakan kondom dan terkadang tidak W.S.I.01.304-308, W.S.VI.01.20-21. Untuk subjek laki-laki, mereka lebih memperhitungkan pertimbangan masa subur dari pasangan mereka dalam memutuskan penggunaan pengaman kondom saat berhubungan W.S.III.01.862-865, W.S.V.01.674-675. Knight 2004 mengatakan bahwa penetrasi yang sedikit saja pun bisa mengakibatkan kehamilan. Dengan berjuta sperma yang membanjiri daerah lubang vagina, hanya diperlukan satu sperma saja yang berjalan naik dan bersatu dengan telur wanita untuk menghasilkan kehamilan. Dan wanita jauh lebih responsif kepada percumbuan dan rangsangan fisik pada masa subur masa ovulasi. Dari keenam subjek, dua diantaranya pernah menghadapi masalah kehamilan. Subjek V pernah dimintai pertanggungjawaban atas suatu kehamilan, meskipun pada akhirnya subjek commit to user bisa bersikap santai dan bisa mengatasi hal tersebut dengan mengelak untuk bertanggung jawab W.S.V.02.682-700. Sedangkan subjek VI pernah hamil dan memutuskan untuk melakukan aborsi sebagai jalan keluar. Meskipun pada akhirnya aborsi malah menimbulkan dampak psikologis lainnya W.S.VI.01.12. Ada dua hal yang biasa dilakukan dalam menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan, yaitu dipertahankan atau digugurkan. Keduanya memiliki konsekuensi masing-masing. Aborsi di Indonesia diperkirakan 2,3 juta pertahun, sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja Sugiharta, 2004. Aborsi bisa menimbulkan dampak yang cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah. Akibat psikososial lainnya adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba- tiba berubah jika seorang gadis tiba-tiba hamil. Simkins dalam Sarwono, 2008. Akibat psikososial lainnya adalah terganggunya kesehatan dan risiko kehamilan serta kematian bayi yang tinggi. Selain itu, juga ada akibat-akibat putus sekolah dan akibat-akibat ekonomis karena diperlukan ongkos perawatan dan lain-lain Sanderowitz Paxman dalam Sarwono, 2008. Subjek VI pernah merasakan hal di atas, perasaan bersalah, depresi, marah, terpaksa cuti kuliah, dan harus menanggung biaya aborsi dan perawatan. Bahkan sampai sekarang permasalahan tersebut belum terselesaikan. Sugiharta 2004 lebih jelasnya mengemukakan dampak negatif aborsi : commit to user a. Risiko fisik, yaitu pendarahan dan komplikasi lain bahkan kematian. b. Risiko sosial, yaitu ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami KTD dan aborsi. Selanjutnya, remaja perempuan lebih sukar menolak ajakan seksual pasangannya. Risiko lain adalah pendidikan terputus atau masa depan terganggu. c. Risiko ekonomi, yaitu biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya semakin tinggi.

5. Merasakan refreshing relaksasi