commit to user
d. Adiktif akan seks
Subjek mengaku hubungan seksual akan membuat adiktif karena sudah pernah melakukannya.
Karena walaubagaimanapun, udah pernah ngerasain, adiktifnya masih ada W.S.VI.02.473-474
e. Cemas akan penghargaan buruk dari suami kelak jika menikah
Subjek cemas apakah laki-laki yang menjadi suaminya kelak bisa menerima dirinya dalam keadaan sudah tidak perawan, karena menurut subjek
tidak ada yang tahu siapa yang akan menjadi suaminya kelak. Aku nggak tau siapa yang bakal jadi suami aku nanti, apakah dia
bisa terima atau nggak. W.S.VI.02.355-357 f.
Mempererat hubungan
Subjek dan pasangannya merasa senang dan menjadi lebih sayang satu sama lain.
Dan waktu itu dia bilang kalo dia jadi tambah sayang sama aku. Akunya juga, waktu itu aku memang senang dan jadi tambah
sayang sama dia. W.S.VI.01.120-122
g. Muncul keyakinan akan keseriusan pasangan
Saat awal melakukan hubungan intercourse, yakni saat bersama pasangan pertama, subjek merasa ada suatu keyakinan yang muncul dari dalam hatinya
bahwa pasangannya tersebut akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Muncul keyakinan dalam hatiku kalo memang cowok ini yang akan
jadi pendampingku nanti. W.S.VI.01.123-124 h.
Hamil hingga aborsi
Dampak paling fatal yang dirasakan subjek adalah hamil. Saat pertama kali mengetahui dirinya positif hamil, subjek merasa galau. Rasa tak percaya,
commit to user
berdosa, bingung, takut dimarahi orang tua dan malu pada orang sekitar bercampur menjadi satu. Pasangan subjek juga merasakan hal yang sama dan
akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan aborsi. Subjek mengaku takut melakukan aborsi karena banyaknya dampak negatif yang diakibatkan aborsi,
misalnya kematian. Belum lagi jauh di dalam hatinya subjek sebenarnya merasa senang dengan hadirnya janin dalam rahimnya. Namun karena kondisi yang tidak
siap dan keadaan yang menekan, subjek tidak tahu harus berbuat apa dan harus minta tolong pada siapa, akhirnya subjek melakukan aborsi saat kandungan
berusia tiga bulan dengan bantuan dukun aborsi. Aborsi yang dilakukan waktu itu gagal.
Jadi aku tu pernah hamil terus aborsi. W.S.VI.01.12 Aku uda ama R waktu itu. Tapi kita belum tinggal bareng, masih ngekos
masing-masing. Jadi ceritanya aku tu telat datang bulan. Biasanya kan jadwalku teratur, nah pas waktu itu udah telat 2 minggu. Trus
ya udah, aku beli test pack dan ternyata hasilnya positif. Ya aku bilang ke R. Dia kaget kan. “Kok bisa?” Padahal kan selama ini
kita selalu main aman, pake pengaman atau nggak keluarin di luar. Trus buat memastikan, dia nyuruh aku ke dokter kandungan,
dan hasilnya sama, aku hamil. Terus kita diskusiin barenglah gimana jalan keluarnya. Ya aku tu sebenarnya takut buat aborsi.
Tau sendiri lah aborsi tu mengerikan dan nggak sedikit perempuan yang meninggal karena aborsi. Banyak dampak negatifnya. Tapi
ya kondisi nggak memungkinkan. Aku tau R tu juga nggak siap. Aku juga nggak mungkin jalan sendiri tanpa dia. Ya udah akhirnya
kita memutuskan untuk aborsi. W.S.VI.01.14-29 Aborsinya gimana waktu itu? Ke dukun aborsi, di Ciamis. W.S.VI.01.30-31
Waktu tau hamil itu ya gimana ya.. campur aduk lah gitu rasanya. Takut, bingung, ya takut sakit, takut dosa, takut macem-macem
lah. Takut dimarahin orang tua juga, takut.. malu juga sama orang-orang di sekitar, sama temen sama semuanya.
W.S.VI.02.378-382 Namun karena kondisi ketuban yang sudah bocor, akhirnya saat
kandungan berusia empat bulan, subjek merasakan kontraksi hingga harus dibawa
commit to user
ke Rumah Sakit. Berdasarkan keadaan yang darurat pihak Rumah Sakit terpaksa menggugurkan janin karena sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Saat di Rumah
Sakit, pasangan subjek sempat kalut hingga naik ke atas atap Rumah Sakit untuk bunuh diri karena melihat keadaan subjek yang sangat kesakitan. Subjek opname
3 hari di rumah sakit. Yang bikin mahal tu karena aborsinya gagal. W.S.VI.01.37-38
Jadi air ketubannya tu emang udah pecah, tapi janinnya bertahan. W.S.VI.01.40-41
Nah pas empat bulan udah mau lima bulan gitu, aku mulai sering ngerasain sakit di perut. Akhirnya sama R dan temannya, aku
dibawa ke Semarang, kebetulan temennya itu punya rumah di Semarang. Terus ya dibawa ke rumah sakit, kata dokternya udah
nggak bisa dipertahankan lagi. Ya udah akhirnya ngeluarinnya di rumah sakit itu. W.S.VI.01.45-51
Nah, pas datang ke rumah sakit itu aku juga udah kesakitan banget kan. Udah kayak mau mati lah rasanya. R juga udah kalut waktu
itu. W.S.VI.01.64-66 Waktu itu R malah sempet naik ke atap rumah sakit lho mau bunuh
diri. Untungnya pihak rumah sakit nggak curiga. Biaya rumah sakit itulah yang bikin mahal. Waktu itu kenanya tujuh jutaan. Aku
opnam 3 hari di RS. W.S.VI.01.68-72
i. Depresi