Dampak Fisik Dampak perilaku seksual pranikah

commit to user marah Prihatin akan keadaaan pasangan W.S.III.02.785-792 Senang karena bisa memberikan kepuasan pada pasangan W.S.I.01.406-408, W.S.III.02.739, W.S.IV.01.160-162, W.S.VI.01.119-121. Sosial Mempererat hubungan W.S.I.02.518-526, W.S.I.02.568-569, W.S.II.02.386-387, W.S.III.01.683-684, W.S.III.01.719-720, W.S.III.02.769-770, W.S.III.02.792-796, W.S.IV.01.156-158, W.S.VI.01.120-122. Muncul keyakinan pada pasangan W.S.VI.01.123-124 Dimintai pertanggung jawaban atas suatu kehamilan W.S.V.02.682-701 Dijauhi teman W.S.V.01.458-467, W.S.V.01.508-509, W.S.V.01.410, W.S.V.02.803-804. Keterangan: W = data yang berasal dari wawancara, S = subjek, dibedakan dengan kode I – VI sesuai jumlah subjek 01 – 03 = penandaan waktu pengumpulan data Angka di akhir= penandaan letak baris di dalam verbatim

a. Dampak Fisik

1. Kehilangan kesucian virgin Hilangnya kegadisan bisa berakibat depresi pada wanita yang bersangkutan walaupun tidak membawa akibat-akibat lain seperti kehamilan atau penyakit kelamin Sarwono, 2008. Kehilangan kesucian memang terutama dirasakan oleh perempuan dikarenakan bentuk vagina yang berubah setelah melakukan intercourse, yakni dengan sobeknya selaput hymen selaput dara dan berkurangnya elastisitas liang vagina. Berbeda dengan laki-laki yang secara kasat mata tidak mengalami perubahan apapun. Namun bukan berarti semua laki-laki tidak merasa commit to user kehilangan akan keperjakaan mereka. Sebagaimana yang dikatakan oleh subjek V, yakni : keperjakaan saya hilangan di tangan orang yang sudah tidak perawan lagi W.S.V.01.285-286. Pada kasus subjek V, rasa penyesalan akan kehilangan keperjakaan dirasakan karena pasangan yang sudah tidak virgin saat melakukan intercourse padahal subjek sendiri baru pertama kali melakukan hal tersebut. Sedangkan subjek III malah merasakan prihatin pada pasangan yang telah ia renggut kesuciannya W.S.III.02.785-792. 2. Mempunyai lebih banyak pengalaman dan pengetahuan tentang seksualitas Setelah melakukan perilaku seksual pranikah, subjek mengalami banyak hal, baik positif maupun negatif. Demikian pula dengan pengetahuan dan pengalaman mereka mengenai seksualitas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh subjek I dan subjek II dimana mereka memiliki lebih banyak pengetahuan mengenai seksualitas, terlebih lagi mengenai pengalaman hidup W.S.I.02.569-574, W.S.II.02.382.384. Keempat subjek perempuan memang mengatakan bahwa pengetahuan seksual lebih banyak mereka dapatkan dari pacar dan hal itu juga diperoleh melalui praktek langsung berupa tindakan seksual bersama pasangan W.S.I.01.287, W.S.II.01.158-161, W.S.IV.01.19-20, W.S.VI.01.115-117. 3. Adiktif akan seks dan gelisah jika libido tak terpenuhi Semua subjek mengaku ketagihan dan susah menghentikan perilaku seksualnya W.S.I.02.529-532, W.S.III.01.719, W.S.IV.02.519, commit to user W.S.V.01.407, W.S.VI.02.473-474. Asmara 2009 menjelaskan bahwa hubungan seks dapat meningkatkan produksi hormon reproduksi, terutama jika dilakukan secara teratur, sehingga tubuh menjadi terpacu untuk lebih sering melakukan intercourse. Sentuhan kasih sayang yang intim mampu meningkatkan keluarnya zat kimia tubuh, oxytocin atau hormon kedekatan. Oxytocin adalah zat yang mengembangkan hasrat seksual yang dikeluarkan di bawah kelenjar otak. Pelepasan oxytocin secara teratur dapat membantu memperbesar frekuensi bercinta. Subjek I bahkan merasa gelisah jika libidonya tidak tersalurkan W.S.I.02.534-536. Dilihat dari sifat pemenuhannya, pemenuhan seksual dalam arti, ketika misalnya naluri seksual bangkitbergejolak, maka akan mendorong seseorang untuk memenuhinya. Jika ia belum berhasil memenuhinya, selama naluri tersebut masih terbangkitkanbergejolak- maka yang timbul adalah kegelisahan. Baru setelah gejolak naluri tersebut reda, akan hilanglah rasa gelisah itu. Naluri yang tidak terpenuhi tidak akan sampai mengantarkan manusia pada kematian, tidak juga mengakibatkan gangguan fisik, jiwa, maupun akal Rosyidah, 2009.

4. Hamil hingga aborsi