Dampak Sosial Merasakan refreshing relaksasi

commit to user dengan pasangannya karena hal tersebut akan menimbulkan penyesalan yang lebih dalam lagi W.S.III.01.790-792. 13. Senang karena bisa memberikan kepuasan pada pasangan Setiap orang punya keinginan untuk membahagiakan orang yang disayanginya, termasuk pasangan. Subjek I, III, IV dan VI mengungkapkan bahwa ada rasa senang yang muncul ketika mereka bisa memberikan kepuasan dan kenikmatan pada pasangannya setelah melakukan perilaku seksual, terutama intercourse W.S.I.01.406-408, W.S.III.02.739, W.S.IV.01.160-162, W.S.VI.01.119-121.

c. Dampak Sosial

1. Mempererat hubungan Dampak mempererat hubungan dirasakan oleh pasangan yang memiliki komitmen dalam menjalin hubungan, dimana seks menjadi pembuktian akan komitmen mereka dalam menjalani hubungan. Buss Schmitt dalam Friedman dan Schustack, 2008 menyebutkan bahwa komitmen emosional antara partner seksual memiliki nilai adaptif karena hal itu mendorong monogami, membantu untuk memastikan bahwa wanita, cinta dan komitmen yang menyertainya, membantu adanya kepastian bahwa si pria tetap berada di sekitarnya. Erickson dalam Schustack, 2008 juga menyebutkan bahwa, hanya mereka yang telah menemukan identitasnyalah yang akan mengalami intimasi dan cinta yang sebenarnya, sementara mereka yang ciri identitasnya tidak lengkap akan tetap terisolasi atau terlibat dalam relasi yang keliru seperti melakukan commit to user aktivitas seksual bebas atau hubungan yang dangkal. Oleh sebab itulah perasaan lebih dekat dirasakan oleh subjek yang menjalani hubungan monogami seperti subjek I, II, III, IV, dan VI W.S.I.01.518-526, W.S.II.02.386-387, W.S.III.02.683-684, W.S.IV.01.156-158, W.S.VI.01. 120-122. Kedekatan yang tercipta juga dipengaruhi adanya hormon. Asmara 2009 mengatakan bahwa sentuhan kasih sayang yang intim mampu meningkatkan keluarnya zat kimia tubuh, oxytocin atau hormon kedekatan. Oxytocin adalah zat yang mengembangkan hasrat seksual yang dikeluarkan di bawah kelenjar otak. 2. Muncul keyakinan akan keseriusan pasangan Keyakinan yang muncul merupakan salah satu wujud dari komitmen, dimana dengan melakukan intercourse seseorang merasa yakin bahwa pasangannya benar-benar serius menjalani suatu komitmen dalam berhubungan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh subjek VI dimana ia menjadi lebih yakin akan keseriusan pasangan setelah mereka melakukan hubungan intercourse W.S.VI.01.123-124. Buss Schmitt dalam Friedman dan Schustack, 2008 menyebutkan bahwa komitmen emosional antara partner seksual membantu untuk memastikan cinta dan komitmen yang menyertainya, juga membantu adanya kepastian bahwa si pria tetap berada di sekitarnya. 3. Dimintai pertanggung jawaban atas suatu kehamilan Dampak ini dirasakan oleh subjek V yang memang melakukan intercourse dengan pasangan yang berbeda-beda tanpa adanya suatu commit to user komitmen, demikian pula dengan pasangannya. Sehingga bila terjadi suatu kehamilan, pelaku perempuan akan meminta pertanggungjawaban pada pasangan yang merasa punya peran atas kehamilan tersebut tanpa memperhatikan kebenaran siapa sebenarnya ayah janin yang dikandung W.S.V.02.682-701 4. Dijauhi teman Perbuatan seksual pranikah yang dilakukannya membuat subjek V dijauhi oleh teman dekatnya. Pada kasus subjek V, teman yang dimaksud adalah teman dekat perempuan yang ternyata memiliki ketertarikan terhadap subjek, sehingga merasa kecewa ketika mengetahui perbuatan subjek W.S.V.01.461-466. Namun tidak menutupi kemungkinan remaja mengalami hal serupa dengan teman-teman lainnya yang menganut prinsip berbeda.

4. Kecemasan yang dialami akibat perilaku seksual pranikah