commit to user
1. Bentuk dan tahapan perilaku seksual pranikah
Tabel 5 Identifikasi Bentuk dan Tahapan Perilaku Seksual Pranikah
No. Bentuk dan tahapan Verbatim
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Pelukan Cium keningpipi
Cium bibir Light petting
Hard petting Intercourse
hubungan koital W.S.I.01.288-290
,
W.S.I.01.306-308
,
W.S.I.01.455-460
,
W.S.I.01.339
,
W.S.I.01.427- 428, W.S.I.01.331-334
,
W.S.I.01.505-508, W.S.II.01. 146-149
,
W.S.II.01. 209-212, W.S.II.01. 220-222
,
W.S.II.01. 239-240
,
W.S.II.01. 242-251, W.S.III.01.487-488
,
W.S.III.01.490-493
,
W.S.III.01.502-506
,
W.S.III.01.507-509, W.S.III.01.523-525
,
W.S.III.01.640-641, W.S.III.01.644-646, W.S.III.01.650-651, W.S.III.01.653-655,
W.S.III.01.657, W.S.III.01.660-662, W.S.III.01.542-546, W.S.IV.01. 117
,
W.S.IV.01. 97-104, W.S.IV.01. 126-128
,
W.S.IV.01. 211- 215
,
W.S.IV.01. 217-227
,
W.S.IV.01. 236-241
,
W.S.IV.01. 272-273, W.S.IV.01. 246-249
,
W.S.V.01.424-426
,
W.S.V.01.433-436
,
W.S.V.01.395-398
,
W.S.V.01.279-283
,
W.S.V.02.732-734
,
W.S.V.01.407
,
W.S.V.01.409-414
,
W.S.V.01.633-635
,
W.S.VI.01.301-305, W.S.VI.01.86-104
,
W.S.VI.01.139-140
,
W.S.VI.01.177-178
.
Bentuk perilaku seksual lainnya 1. Masturbasi
W.S.I.01.372-375, W.S.III.01.726-728.
2. Seks anal
W.S.I.01.533-535 3.
Phone sex W.S.IV.01. 128-131
Keterangan: W
= data yang berasal dari wawancara, S
= subjek, dibedakan dengan kode I – VI sesuai jumlah subjek 01 – 03
= penandaan waktu pengumpulan data Angka di akhir= penandaan letak baris di dalam verbatim
Perilaku seksual pranikah berawal dari munculnya ketertarikan terhadap lawan jenis sebagai dampak dari perkembangan seksual yang dialami.
Ketertarikan tersebut mengundang seseorang untuk menjalin suatu hubungan romantis, dimana dalam hubungan romantis kedua pasangan mulai
commit to user
mengembangkan bentuk-bentuk perilaku seksual sejalan dengan meningkatnya dorongan seksual. Knight 2004 mengatakan bahwa pada waktu hubungan
sederhana mulai bergulir, hubungan itu akan semakin rumit. Semakin banyak yang dimiliki seseorang, semakin banyak yang diinginkannya, termasuk
keintiman seksual. Demikian pula yang diungkapkan Andayani dan Setiawan 2005, semakin dalam makna dan intensitas hubungan seseorang dengan lawan
jenisnya, maka semakin tinggi pula afeksi fisik terlibat di dalamnya. Seseorang bisa menjalin hubungan romantis beberapa kali dengan
pasangan yang berbeda. Keintiman seksual yang terjadi juga berbeda-beda. Soetjiningsih 2008 mengatakan bahwa keintiman seksual yang dilakukan
memiliki pola yang bertahap. Setiap tahap dilalui seperti suatu proses belajar yang umumnya dilakukan pada waktu dan kesempatan yang berbeda, tapi bisa juga
pada serangkaian waktu dan kesempatan yang sama. Subjek I, III dan IV melalui proses belajar dalam waktu yang relatif cukup lama 1 tahun dan kesempatan
yang berbeda-beda hampir di setiap tahapnya W.S.I.01.310, W.S.III.01.644-646
,
W.S.IV.01. 272-273 . Berbeda dengan subjek II, V dan VI yang melakukan setiap
tahapan dalam waktu yang relatif singkat 1 tahun dan kesempatan yang hampir bersamaan di setiap tahapnya W.S.II.01. 242-251, W.S.V.02.732-734,
W.S.VI.01.86-104. Pada subjek IV dan V, setiap tahap pembelajaran bahkan dilakukan dengan pasangan yang berbeda W.S.IV.01. 97-104
,
W.S.IV.01. 217- 227, W.S.V.01.395-398, W.S.V.01.279-283.
Adapun tahapan perilaku seksual yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pelukan
commit to user
2. Cium pipi dan atau kening 3. Cium bibir
4. Ligth petting meraba payudara dan alat kelamin pasangan
5. Hard petting menggosok-gosokkan alat kelamin sendiri ke alat kelamin
pasangan 6.
Intercourse penetrasi alat kelamin pria ke alat kelamin wanita Selain melakukan tindakan seksual umum seperti di atas, subjek I, III dan
IV juga mengungkapkan bentuk-bentuk perilaku seksual lainnya, yakni: a. Masturbasi atau onani, yaitu perangsangan
seksual yang dilakukan oleh
seseorang terhadap alat kelaminnya sendiri untuk mendapatkan kenikmatan seksual, bisa untuk mencapai orgasme atau bisa juga hanya sekedar
merangsang tanpa terjadinya orgasme Kothari, 2001. Subjek III mengungkapkan bahwa ia biasa melakukan masturbasi untuk melepas
ketegangan ketika sedang tidak bersama pacarnya W.S.III.02.728. Subjek I
juga mengungkapkan bahwa masturbasi bisa membuat tubuh menjadi relaks, mengantuk di saat susah tidur, dan juga bisa membuat semangat ketika sedang
malas W.S.I.02.580-585. Kothari 2001 menyebutkan bahwa masturbasi
bisa menjadi cara yang normal dan sehat bagi remaja dan orang dewasa untuk mengekspresikan seksualitas mereka, mempelajari respon seksual
mereka sendiri dan melepaskan ketegangan seksual. b. Seks anal. Seks anal terjadi ketika penis dimasukkan ke dalam lubang anus.
Anal mengandung ujung-ujung saraf yang banyak sehingga dapat memberikan sensasi seksual yang nikmat bagi pria maupun wanita. Seks anal tidak
commit to user
mendatangkan risiko kehamilan, namun mendatangkan risiko besar sekali terhadap penularan penyakit, termasuk HIV. Torsina, 2010.
Kothari 2001 juga menjelaskan bahwa seks anal sangat beresiko terhadap kesehatan. Selain
risiko IMS, seks anal juga membuat pelaku terpajan infeksi yang disebabkan oleh transfer bakteri dari usus besar ke daerah vagian atau uretra. Melakukan
seks pada bagian tersebut dapat merobek bagian dalam rektum sehingga semakin rentan terkena IMS, belum lagi risiko akan terkena kanker anus.
Subjek I mengungkapkan bahwa ia merasakan ketidaknyamanan akan seks anal, dimana ia merasakan sakit ketika melakukan seks anal
W.S.I.01.374- 378
. Subjek mengaku melakukan seks anal atas permintaan pasangan, dimana pada waktu itu mereka belum pernah melakukan hubungan koital, agar organ
kewanitaan subjek tetap terjaga dan juga terhindar dari kehamilan W.S.I.01.377-378.
c. Phone sex, yaitu bercinta lewat telepon. Biasanya dengan menyuarakan
desahan dan menceritakan cerita-cerita porno. Saat melakukan phone sex, pelaku tidak hanya mendengarkan saja tapi juga memanjakan alat kelamin
sendiri hingga mencapai klimak orgasme
.
Desahan dan cerita porno tersebut mampu membuat fantasi nakal. Stevenio, 2009. Pada kasus subjek IV, phone
sex dilakukan karena membina hubungan jarak jauh long dintance. Cara yang biasa digunakan adalah dengan mengucapkan kata-kata sayang,
mengeluarkan desahan, bercerita dan berimajinasi. Subjek bertindak sebagai pelaku dan pasangannya yang melakukan masturbasi sambil berfantasi
W.S.IV.01.139-141 .
commit to user
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah