Penguatan Sistem Pemerintahan Presidensial

Kegiatan Pembelajaran 6 96 RI Tahun 1945 serta DPR tidak dapat dibubarkan oleh Presiden Pasal 7C UUD Negara RI Tahun 1945. Dan keempat, presiden dan wakil presiden tidak bisa dijatuhkan oleh parlemen secara politik. Hal ini tertulis dalam Pasal 7A UUD Negara RI Tahun 1945 “Presiden dan atau Wakil Presiden hanya dapat diberhentikan dalam masa jabatannya apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden.”

3. Perubahan Format Kelembagaan Negara

UUD Negara RI Tahun 1945 yang telah diamandemen berdampak pada skema dan format kelembagaan negara kita mulai dari tingkat yang paling tinggi sampai ke tingkat yang paling rendah. Mulai dari MPR sebagai lembaga tertinggi negara sampai ke bentuk pemerintahan desa diharuskan mengalami perubahan mendasar menurut amanat UUD Negara RI Tahun 1945. Ada lembaga negara yang dikurangi kewenangannya dan menurun kedudukannya seperti MPR, ada yang diperkuat kewenangannya seperti DPR, adapula pembentukan lembaga negara baru seperti MK. Selain itu, ada pula lembaga negara yang dihapus dari sistem ketatanegaaraan kita , yaitu DPA, yang peran dan tugasnya kurang lebihnya digantikan oleh Dewan Pertimbangan Presiden. a. Reposisi MPR MPR dalam sidang tahunan 2002 melakukan langkah bijaksanan dengan mengubah posisinya, yang semula sebagai lembaga tertinggi negara dan pemegang sepenuhnya kedaulatan rakyat, berubah menjadi lembaga tinggi biasa. Anggota MPR terdiri dari anggota DPR dan anggota Dewan Perwakilan Daerah DPD yang dipilih melalui pemilu. Anggota DPD dapat dipandang sebagai pengganti anggota “Utusan Daerah” yang terdapat dalam naskah asli UUDNRI tahun 1945, selain “Utusan Golongan” dan anggota DPR. Kewenangan MPR mencakup: 1 mengubah dan menetapkan undang-undang dasar 2 melantik presiden dan wakil presiden 3 memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya menurut undang-undang dasar PPKn SMP KK J 97 Berdasarkan keterangan diatas, kewenangan MPR sekilas nampak tidak ada perbedaan dengan kewenangan yang dimilikinya menurut naskah asli UUDNRI tahun 1945. Namun jika dilihat dari sisi perbandingan antara rumusan pasal 1 ayat 2 naskah asli dan naskah baru perubahan ketiga, maka akan jelas ditemukan bahwa telah terjadi pengurangan kekuasaan MPR yang sebelumnya sebagai pelaksana pemegang kedaulatan rakyat sepenuhnya berubah tidak lagi sebagai pelaksana pemegang kedaulatan rakyat. Di samping itu, memberhentikan presiden dan wakilnya dari jabatannya, MPR tidak bisa lagi bertindak sendiri seperti kasus pemberhentian Presiden Sukarno tahun 1967 dan Presiden Abdurrahman Wahid tahun 2001, tetapi harus melibatkan lembaga baru yaitu Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi inilah yang akan menentukan, apakah presiden atau wakil presiden melanggar hukum atau tidak. Dengan demikian, posisi presiden kuat karena interpretasi atau penentuan apakah presiden atau wakil presiden telah melanggar hukum, akan tergantung keputusan Mahkamah Konstitusi. Dengan meninjau posisi dan kewenangan MPR seperti dirumuskan di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuasaan MPR telah banyak berkurang. b. Kekuasaan Membentuk Undang-Undang Sementara itu, menurut naskah asli UUDNRI tahun 1945 kekuasaan membuat undang-undang adalah kewenangan dipegang oleh presiden dengan persetujuan DPR namun dengan adanya amandemen UUDNRI tahun 1945, khususnya dalam perubahan pertama terjadi perubahan bahwa kekuasaan membentuk undang-undang berada ditangan DPR. Dengan demikian telah terjadi pergeseran kewenangan legislasi dari presiden dengan persetujuan DPR menjadi kewenangan DPR. Selain memiliki fungsi legislasi,DPR juga memiliki fungsi anggaran dan pengawasan. Sementara presiden diberi kewenangan mengajukan rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama. Rancangan undang-undang yang telah disetujuiDPR dan presiden untuk menjadi undang-undang tidak lagi bersifat final, tetapi dapat diuji material yudicial review oleh Mahkamah Konstitusi atas permohonan pihak tertentu. Dalam pasal 24C ayat 1 UUD 1945 perubahan ketiga antara lain