Fungsi, peran lembaga Negara dan hubungan antara lembaga Eksekutif dan Legislatif
PPKn SMP KK J
93
Selain itu, ada anggapan di kalangan masyarakat bahwa UUDNRI tahun 1945 pada masa Orde Baru dianggap memberikan legitimasi terhadap kekuasaan yang
cenderung otoriter karena terdapat pasal-pasal yang multitafsir sehingga memberi celah bagi penguasa saat itu untuk menafsirkan ketentuan dalam UUDNRI tahun
1945 sesuai dengan kepentingan penguasa. Secara umum, dalam amandemen UUDNRI tahun 1945 terdapat beberapa hal
penting yaitu pertama semua fraksi di MPR sepakat untuk melakukan amandemen UUD 1945. Kedua, menyangkut ruang lingkup amandemen, bahwa Pembukaan
UUD 1945 tidak diubah, yang diubah adalah Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 1945. Ketiga, menyangkut prioritas perubahan UUD 1945 meripakan hal-hal yang
mendesak. Priorotas-prioritas tersebut adalah Suharizal dan Arifin, 2007:111: a. Pemberdayaan lembaga tinggi negara MPR
b. Pengaturan kekuasaan pemerintah negara dan pembatasan masa jabatan presiden
c. Peninjauan kembali lembaga tinggi negara dengan kekuasaan konsultatif yaitu DPA Dewan Pertimbangan Agung
d. Pemberdayaan lembaga legislatif DPR e. Pemberdayaan lembaga auditing finansial BPK
f. Pemberdayaan dan pertanggungjawaban Lembaga Kehakiman g. Pembahasan mengenai Bank Indonesia dan TNIPolri
Dalam Sidang Umum MPR tahun 1999, UUD 1945 mengalami perubahan sesuai dengan semangat reformasi di berbagai bidang termasuk dalam ketatanegaraan.
Dalam perubahan, terdapat kesepakatan dasar yang dibuat oleh MPR tentang arah perubahan UUD 1945, yaitu Jimly Asshiddiqqie, 2012:17:
a. sepakat untuk tidak mengubah Pembukaan UUD 1945 b. sepakat untuk mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
c. sepakat untuk mempertahankan sistem presidensial d. sepakat untuk memindahkan hal-hal normatif yang ada dalam Penjelasan UUD
1945 ke dalam pasal-pasal UUD 1945 e. sepakat untuk menempuh cara adentum dalam melakukan amandemen
terhadap UUD 1945.
Kegiatan Pembelajaran 6
94
Jika dilihat dari segi substansi materi dari hasil amandemen UUD 1945, dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaituSyahuri.2005:214:
a. Penghapusan atau pencabutan beberapa ketentuan, yaitu 1 Kekuasaan MPR sebagai lembaga tertinggi negara dengan kewenangan
meminta petanggungjawaban presiden dan penyusunan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Dengan pencabutan kekuasaan ini, posisi MPR bukan lagi
sebagai lembaga tertinggi negara, tetapi sebagai lembaga tinggi negara yang kedudukannya sejajar dengan lembaga tinggi negara lainnya seperti
Presiden, Mahkamah Agung dan Dewan Perwakilan Rakyat 2 Kekuasaan presiden yang menyangkut pembentukan undang-undang.
Kekuasaan pembentukan undang-undang berdasarkan pasal 20 perubahan pertama UUD 1945, tidak lagi dipegang presiden, melainkan
dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian juga kewenangan dalam hal pengankatan dan penerimaan duta negara lain serta pemberian
amnesti dan abolisi. Kewenangan tersebut tidak lagi merupakan hak prerogatif presiden, tetapi harus atas pertimbangan DPR.
b. Ketentuan dan Lembaga Baru Ketentuan atau lembaga baru yang baru diatur dalam Perubahan UUDNRI
tahun 1945 dapat disebutkan antara lain: 1 Dewan Perwakilan Daerah DPD diatur dalam pasal 22C dan 22D UUD
1945 perubahan ketiga 2 Mahkamah Konstitusi, diatur dalam pasal 24C perubahan ketiga
3 Komisi yudisial diatur dalam pasal 24B perubahan ketiga Pemilihan umum yang sebelumnya diatur oleh undang-undang, sekarang
diatur langsung dalam bab baru VIIB UUD 1945 pasal 22E. Sementara itu, Bank sentral yang sebelumnya hanya diatur dalam undang-undang, sekarang
diatur dalam pasal 23D perubahan keempat. c. Ketentuan dan Lembaga yang dimodifikasi
Ketentuan-ketentuan yang merupakan modifikasi atas ketentuan atau lembaga lama yang diatur dalam Perubahan UUDNRI tahun 1945 dapat
disebutkan antara lain: 1 Reposisi MPR yang merupakan modifikasi dari MPR lama, diatur dalam
pasal 2 ayat 1 UUD 1945 perubahan keempat
PPKn SMP KK J
95
2 Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat, yang sebelumnya dipilih oleh MPR, diatur dalam pasal 6A perubahan ketiga
3 Ketentuan hak asasi manusia sebagai penambahan dari ketentuan hak asasi lama , diatur dalam pasal 28A sampai dengan 28J perubahan kedua
4 Usul perubahan undang-undang dasar dan pembatasan perubahan atas negara kesatuan, merupakan penambahan tata cara perubahan undang-
undang dasar, diatur dalam ayat 1 dan 5 pasal 37 perubahan keempat. Dengan adanya ketentuan-ketentuan yang baru dalam ketatanegaraan di
Indonesia, maka bangsa Indonesia mengalami perubahan fundamental dalam sistem ketatanegaraannya menuju suatu sistem yang demokratis. Beberapa
perubahan itu dapat dibahas yaitu reposisi MPR, kekuasaan membentuk undang- undang yang merupakan representatif kekuasaan legislatif, kekuasaan Presiden
yang menjalankan kekuasaan eksekutif serta kekuasaan Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial yang menjalankan kekuasaan yudikatif.