Tanah Kondisi Fisik .1 Letak dan Luas
tidak berlaku untuk kawasan Semenanjung Kampar wilayah administrasi Kabupaten Siak karena infrastruktur jalan relatif cukup memadai TBI 2010a.
Perekonomian regional di wilayah Semenanjung Kampar tertumpu pada sektor kehutanan, khususnya adalah hutan tanaman industri HTI. Wilayah
Semenanjung Kampar didominasi oleh 2 dua perusahaan besar berskala internasional yaitu PT Asia Pulp and Paper APP di wilayah Kabupaten Siak dan
PT Riau Andalan Pulp and Paper RAPP di wilayah Kabupaten Pelalawan. Kedua perusahaan besar tersebut merupakan industri terpadu yang menggerakkan
roda perekonomian wilayah dan mampu memberikan kontribusi kurang lebih 27 dari total PDRB tanpa migas bagi kabupaten. Kegiatan utama perekonomian di
Semenanjung Kampar yang mampu menciptakan multiplyer effect adalah: industri pulp paper, HTI, pelabuhan, pertambangan, perkebunan sawit, pengolahan
kelapa sawit, perkebunan sagu, perkebunan karet dan perikanan tangkap. Perusahaan-perusahaan lain yang beroperasi di Semenanjung Kampar adalah
pertambangan yang dikelola oleh PT Petro Nusa Bumi BaktiPetro Selat dan industri saw mill PT Triomas yang terletak di Desa Penyengat TBI 2010a.
Struktur sosial budaya masyarakat di wilayah Semenanjung Kampar dipengaruhi oleh 2 dua kerajaan besar di Riau yaitu Kerajaan Siak dan Kerajaan
Pelalawan. Rakyat Kerajaan Pelalawan waktu itu konon adalah orang-orang Melayu yang terbagi dalam dua wilayah adat, yaitu masyarakat adat Melayu
pesisir dan masyarakat adat Melayu Petalangan. Masyarakat adat Melayu Petalangan yang saat ini mayoritas menjadi penduduk Kabupaten Pelalawan.
Namun dalam perkembangannya, penduduk di Siak dan Pelalawan saat ini sudah sangat beragam. Ada yang berasal dari Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh,
Bugis, Jawa dan lain-lain. Penduduk di wilayah Semenanjung Kampar, terutama di bagian Ring
Kampar Kecamatan Sungai Apit, Kuala Kampar dan Teluk Meranti yang sebagian besar berasal dari Suku Petalangan menganut agama Islam. Namun
sebetulnya mereka juga memiliki sistem kepercayaan sendiri, yang menganggap kehadiran makhluk halus pada binatang dan tumbuh-tumbuhan. Ini terlihat dari
kepercayaan mereka melakukan kegiatan “SEMAH” atau membuka lahan sebagai bentuk “perijinan” buat para penghuni hutan baik yang kasat mata maupun tidak
kasat mata. Menurut mereka kepercayaan ini dianggap tidak bertentangan dengan Islam. Mereka juga mengatakan bahwa budaya ini diaplikasikan juga untuk
membuka hutan TBI 2010a.