tersebut untuk menjamin pengelolaan hutan gambut di Semenanjung Kampar dapat dilakukan secara efisien dan lestari sesuai dengan fungsinya.
Secara legal, wilayah KPHP Tasik Besar Serkap ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.509Menhut-VII2010 tentang Penetapan
Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap. Dalam SK Menhut tersebut ditetapkan KPHP Tasik Besar Serkap berada di wilayah dua kabupaten, yakni Pelalawan dan
Siak. Kawasan ini memiliki luas 513.276 ha. Rinciannya hutan produksi terbatas seluas 2.660 ha, hutan produksi tetap 491.768 ha dan hutan produksi yang dapat
dikonversi seluas 18.848 ha. Organisasi KPH sendiri bertanggung jawab langsung kepada gubernur.
KPH Model Tasik Besar Serkap berperan sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di lapangan atau di tingkat tapak. Dalam prakteknya,
penyelenggaraan pengelolaan hutan pada tingkat tapak oleh KPH bukan memberi ijin pemanfaatan hutan melainkan melakukan pengelolaan hutan sehari-hari,
termasuk mengawasi kinerja pengelolaan hutan yang dilakukan oleh pemegang ijin. KPH menjadi pusat informasi mengenai kekayaan sumberdaya hutan dan
menata kawasan hutan menjadi bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai ijin danatau dikelola sendiri pemanfaatannya, melalui kegiatan yang
direncanakan dan dijalankan sendiri. Apabila peran KPH dapat dilakukan dengan baik, maka KPH menjadi garis depan untuk mewujudkan harmonisasi
pemanfaatan hutan oleh berbagai pihak dalam kerangka pengelolaan hutan lestari. Sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di tingkat tapak yang
bertanggung jawab menjamin pengelolaan hutan gambut di Semenanjung Kampar dapat dilakukan secara efisien dan lestari menjadikan KPHP Tasik Besar Serkap
sebagai pemangku kepentingan utama dalam pengelolaan Semenanjung Kampar. Wilayahnya yang mencakup luasan 513.276 ha merupakan satu kesatuan wilayah
yang tidak terpisahkan dari keseluruhan luasan Semenanjung Kampar. Keberhasilan pengelolaan Semenanjung Kampar sangat berpengaruh terhadap
kepentingan KPHP Tasik Besar Serkap, demikian juga pengaruh KPHP Tasik Besar Serkap terhadap keberhasilan pengelolaan sangat besar. Dengan demikian,
KPHP Tasik Besar Serkap merupakan pemangku kepentingan utama dalam pengelolaan Semenanjung Kampar.
5.2.2 Pemangku Kepentingan Pendukung Stakeholders Sekunder
Pemangku kepentingan pendukung merupakan pemangku kepentingan yang tidak memiliki kepentingan langsung terhadap proyek tapi memiliki
kepedulian. Mereka dapat menjadi intermediaries atau fasilitator dalam proses dan cukup berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Kelompok yang masuk
dalam kategori pemangku kepentingan pendukung ini, yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat LSMorganisasi masyarakat ormas, asosiasi di bidang kehutanan
dan perkebunan, serta institusi pendidikan atau lembaga penelitian.
5.2.2.1 Lembaga Swadaya MasyarakatOrganisasi Masyarakat
Hasil penelusuran dokumen dan identifikasi langsung di lapangan menunjukkan bahwa cukup banyak LSM yang wilayah kerjanya di Riau. Dari
sekian banyak LSM, LSM-LSM yang terlibat aktif dalam isu Semenanjung Kampar adalah Scale up, Greenpeace, WWF-Riau dan LSM yang tergabung
dalam Jikalahari jaringan kerja penyelamat hutan Riau serta Walhi-Riau. Anggota Jikalahari yang aktif menyoroti aktivitas dan isu-isu di
Semenanjung Kampar adalah sekretariat Jikalahari sendiri, Yayasan Alam Sumatera YASA, Yayasan Mitra Insani YMI, Perkumpulan Elang,
Perkumpulan Khazanah Alam dan Budaya Tropis Kabut dan Yayasan Kaliptra Sumatera. Namun dari ketujuh LSM tersebut, hanya YASA dan YMI yang
memiliki kegiatan riil di lapangan. LSM lain di luar anggota Jikalahari yang juga memiliki kegiatan riil di Semenanjung Kampar adalah Yayasan Bahtera Alam,
Scale Up, dan Greenpeace. Di samping itu, terdapat juga beberapa LSM lingkungan di luar Riau seperti Lembaga Ekolabel Indonesia LEI, Telapak,
WWF Nasional, Walhi Nasional, Tropenbos International Indonesia Programme TBI, Wetland International, dan lain-lain yang memiliki perhatian khusus
terhadap isu-isu Semenanjung Kampar walaupun belum memiliki basis kegiatan di lapangan.
LSM-LSM tersebut di atas, secara umum melakukan advokasi penyelamatan hutan dan lingkungan, pemberdayaan ekonomi, penyadaran hak-
hak masyarakat dan penguatan kapasitas masyarakat sipil. Dengan demikian dalam penyusunan rencana maupun pelaksanaan pengelolaan Semenanjung
Kampar secara kolaboratif, LSM merupakan satu unsur pendukung yang sangat penting untuk dilibatkan.
Untuk organisasi masyarakatormas, beberapa organisasi yang terkait atau bahkan didirikan secara khusus dan terlibat aktif dalam isu Semenanjung Kampar
adalah Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau FKPMR, Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat FKKM Riau, Forum Masyarakat Peduli
Semenanjung Kampar FMPSK, dan Jaringan Masyarakat Gambut Riau JMGR. Ormas-ormas tersebut secara umum berperan dalam mendorong tata
kepemerintahan kehutanan good forestry governance termasuk tata-kelola ekosistem hutan rawa gambut Riau yang lestari dan berkeadilan, advokasi hak-
hak masyarakat dan penyelamatan Semenanjung Kampar, mediasi konflik, serta pertukaran informasi untuk isu kehutanan masyarakat dan kebijakan kehutanan.
5.2.2.2 Institusi PendidikanLembaga Penelitian
Di Provinsi Riau sudah berdiri beberapa perguruan tinggi, namun perguruan tinggi negeri di provinsi ini hanya ada dua, yaitu Universitas Riau
UNRI dan Universitas Islam Negeri Sutan Syarif Kasim UIN. Perguruan tinggi swasta yang besar setidaknya ada dua yaitu Universitas Islam Riau UIR dan
Universitas Lancang Kuning Unilak. Hanya Universitas Riau dan Unilak yang memiliki jurusanprogram studi Kehutanan, namun sumbangsihnya dalam
pembangunan kehutanan di Provinsi Riau belum signifikan dan masih harus ditingkatkan Wawan, komunikasi pribadi 2010.
Perguruan tinggi yang pernah terlibat dalam penelitian di Semenanjung Kampar adalah UNRI dan UIR. Tim peneliti dari UNRI melakukan penelitian
tentang regenerasi hutan rawa gambut menggunakan greenbelts di lingkungan hutan tanaman Pelalawan, sedangkan tim peneliti dari UIR terlibat dalam studi
kelayakan tanaman kehidupan di konsesi PT RAPP yang termasuk ke dalam Estate Teluk Meranti.
Di samping lembaga pendidikan seperti tersebut di atas, beberapa lembaga penelitian seperti CIFOR, Pusat Penelitan Gambut, dan LIPI juga memiliki peran
penting dalam mendukung pengelolaan Semenanjung Kampar. Lembaga-lembaga ini berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kehutanan
termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan gambut. Terdapat juga