Institusi PendidikanLembaga Penelitian Pemangku Kepentingan Pendukung Stakeholders Sekunder

Dalam konteks modal sosial pengelolaan Semenanjung Kampar, hubungan antar pemangku kepentingan yang dikaji lebih pada hubungan multilateral. Hubungan multilateral pemangku kepentingan dapat ditunjukkan oleh tiga pola yang berbeda yang diberi label sebagai modal sosial. Ketiganya adalah modal sosial karena merupakan infrastruktur komunikasi untuk pertukaran informasi, pengaruh dan solidaritas dalam jaringan. Tiga pola yang dimaksud adalah modal sosial terikat bonding social capital, modal sosial menjembatani dan modal sosial menghubungkan linking social capital. Berdasarkan observasi terbatas dan wawancara terhadap stakeholder pengelolaan Semenanjung Kampar, gambaran ketiga pola modal sosial masih sangat dangkal. Perlu ditegaskan disini bahwa jabaran ketiga pola tersebut baru didasarkan pada hasil wawancara dan belum dilakukan pembuktian melalui observasi yang mendalam. Dengan demikian sifatnya masih indikatif dan relatif terhadap yang lain sehingga belum dapat dinyatakan sebagai realitas karena diperlukan pengamatan yang lebih lama.

A. Modal Sosial Terikat Bonding Social Capital

Pengertian yang paling mendasar dari modal sosial yang dipahami oleh banyak orang dikenal sebagai modal sosial „terikat’. Pada tingkat bilateral, modal sosial „terikat’ diindikasikan oleh kekuatan ikatan antara dua aktor sosial. Hal ini dapat diukur dengan cara yang berbeda, tapi yang paling mendasar adalah frekuensi komunikasi mereka satu sama lain. Walaupun satu aktor bisa saja berinteraksi setiap hari dengan aktor yang tidak ada ikatan, dan oleh sebab itulah dalam mengukur modal sosial kita tidak mengandalkan hanya pada satu dimensi hubungan. Pada tingkat multilateral, jaringan aktor sosial yang telah sepenuhnya berikat bonding memiliki hubungan antara semua aktor. Namun, kita bisa berbicara tentang derajat ikatan. Keuntungan dari ikatan adalah menciptakan kemampuan untuk bekerja sama secara efisien. Kelemahannya adalah kecenderungan untuk mencegah orang menjajaki di luar kelompok mereka sendiri. Secara ekstrim, hal seperti ini berakhir di pemikiran kelompok, kecenderungan untuk fokus pada pengambilan keputusan dengan pilihan-pilihan yang terlalu sedikit dan mengabaikan pertimbangan ketidaksepakatan. Dalam suatu jaringan sangat umum untuk memiliki lebih dari satu kelompok berikat bonding. Ada banyak kriteria teknis yang berbeda yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasi sub-grup berbeda, sub-grup terikat, dan sub jaringan. Ikatan terbaik dapat dianggap sebagai sebuah kontinum. Dalam konteks isu pengelolaan Semenanjung Kampar, bonding social capital masih sulit untuk diidentifikasi dan diilustrasikan secara jelas. Namun demikian, pola modal sosial ini terindikasi dalam hubungan LSM yang tergabung dalam TP2SK Tim Pendukung Penyelamatan Semenanjung Kampar. TP2SK merupakan suatu tim adhoc yang terdiri dari Walhi-Riau, Jikalahari sekretariat, Greenpeace, Scale Up, YASA, Yayasan Mitra Insani, Yayasan Kabut Riau, Yayasan Bahtera Alam, LBH Pekanbaru, KBH Riau, dan Kaliptra Sumatera serta Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau FKPMR. Kesebelas LSM dan FKPMR ini bergabung dalam sebuah tim mengusung satu isu yang sama yaitu penyelamatan Semenanjung Kampar. Meskipun ada diantara anggota TP2SK yang menyatakan bahwa TP2SK ini bukan pengejawantahan organisasinya, karena kesamaan isu komunikasi yang terjalin diantara anggota tim relatif intensif. Hasil wawancara menunjukkan dimensi modal sosial yang teridentifikasi baru sebatas dimensi struktural karena hanya diperoleh informasi intensitas komunikasi antar satu sama lain. Hubungan yang terjadi mengarah pada terbentuknya ikatan diantara mereka bonding. Satu isu yang sama menyebabkan mereka berikat dan memiliki hubungan antar semua anggota TP2SK. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa T P2SK memiliki modal sosial „terikat’, hanya saja derajat ikatannya masih rendah karena baru sampai ditataran komunikasi struktural, belum sampai pada berbagi aturan dan kewajiban dan kepercayaan timbal balik relasional, apalagi dimensi kognitif dimana mereka berbagi paradigma, panduan nilai-nilai, tujuan dan visi kedepan. Gambaran yang sama mengenai modal sosial „terikat’ juga diidentifikasi pada sub-grup CWG Community Working Group dalam Jikalahari. Sub-grup CWG ini terdiri dari empat LSM yang fokus kegiatannya adalah pemberdayaan masyarakat. Keempat LSM ini adalah Yayasan Mitra Insani sebagai ketua, Perkumpulan Elang, Yayasan Kaliptra Sumatra, dan Khazanah Alam dan Budaya Tropis Kabut. Sebagai ilustrasi, bonding social capital dalam TP2SK dan CWG dapat divisualisasikan secara grafis seperti terlihat pada Gambar 17. Jikalahari Walhi Greenpeace Scale Up YASA Mitra Insani Kabut Bahtera Alam LBH Pekanbaru Kaliptra Sumatra KBH Riau FKKM Mitra Insani Elang Kaliptra Kabut Gambar 7. Model bonding social capital dalam TP2SK dan CWG

B. Modal Sosial Menjembatani Bridging Social Capital

Modal sosial „menjembatani’ atau „menyambungkan’ dapat ditinjau dengan tiga cara yang berbeda. Modal sosial ini dapat dilihat dalam kaitan dengan simpul hubungan yang terjembatani, seorang aktor yang menjembatani atau gap yang dijembatani. Suatu jembatan penghubung sangat penting dalam suatu hubungan antara dua aktor yang memiliki koneksi dengan kelompok berbeda. Suatu hubungan antar dua pihak dikatakan mempunyai modal sosial „penyambung’ jika dengan itu dua kelompok terpisah dapat bertukar informasi, pengaruh, dan kesetiakawanan. Jika kita memusatkan pada para aktor sosial yang bukannya jembatan hubungan antara keduanya, aktor penghubung adalah siapa- siapa yang menengahi dua kelompok atau siapa-siapa yang mempunyai pijakanposisi di kedua kelompok. Kondisi seperti ini adalah pandangan „penyambung’ yang multilateral. Sebagai tambahan terhadap simpul hubungan dan aktor sosial, kita dapat berpikir tentang „penyambung’ dalam kaitan dengan apa yang disambungkan. Suatu jembatan jaringan melintasi suatu lubang struktural, yakni bagian-bagian dari jaringan yang tidak memiliki simpul seperti suatu gap komunikasi yang kronis. „Penyambung’ menempatkan individu di dalam lebih dari satu kelompokgrup pada waktu yang sama. Hal tersebut memaksa mereka untuk menemukan jalan untuk mengintegrasikan perspektif kelompok berbeda dalam aktivitas sehari-hari mereka. Salah satu cara teknis untuk menyatakan bahwa seseorang atau satu organisasi adalah „penyambung’ bridger adalah menjumlahkan semua alur komunikasi di dalam suatu jaringan dan melihat seberapa sering mereka melibatkan seseorang atau satu organisasi tersebut. Orang-orang yang persentase keterlibatannya paling tinggi dari semua alur komunikasi yang mungkin lewat jaringan sangat strategis sebagai muara aliran informasi. Lebih lanjut, seperti halnya dengan „pengikat’, modal sosial „penyambung’ dapat dilihat sebagai rangkaian dan ada banyak teknik berbeda untuk mengukur hal itu. Masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian, tergantung pada tujuannya. Dalam konteks pengelolaan Semenanjung Kampar terjadi gap komunikasi yang serius antara masyarakat dengan perusahaan dan antara LSM-LSM lingkungan dengan perusahaan terutama dengan PT RAPP setelah keluarnya izin baru perluasan konsesi. Sebelumnya, pada saat konsep pengelolaan kolaboratif digulirkan oleh Jikalahari, komunikasi dengan perusahaan masih terjalin. Secara personal, perwakilan PT RAPP mengkomunikasikan bahwa mereka mendukung perjuangan agar tidak ada lagi konversi hutan alam. Namun ketika keluar perizinan baru untuk PT RAPP, LSM menilai PT RAPP telah menyalahi komitmennya sendiri. Puncak kemarahan LSM terjadi pada saat perusahaan memaksakan untuk beroperasi, sementara konflik di tingkat masyarakat belum diselesaikan. Dari puluhan LSM yang ada di Riau, ada dua LSM yang memiliki cara pandang yang agak berbeda dengan mayoritas LSM lainnya yaitu WWF Riau dan Scale Up. Sementara mayoritas LSM berpendapat tidak perlu untuk melakukan pendekatan dengan perusahaan dan cukup dengan pemerintah saja, WWF berpandangan sebaliknya bahwa komunikasi dengan perusahaan harus tetap dilakukan karena diakui atau tidak perusahaan adalah pemangku kepentingan yang penting dalam pengelolaan Semenanjung Kampar.