Sifat Fisik Tanah Gambut

Pembuatan drainase untuk pengusahaan hutan, perkebunan atau pertanian akan mengganggu regim hidrologi. Bahkan jika pembuatan kanal dilakukan di bagian lereng dome maka dampak negatifnya akan lebih buruk yaitu air akan dengan cepat keluar dari sistem gambut, dome akan mengalami keruntuhancollapse, dan hilangnya fungsi gambut sebagai pengatur tata air. Oleh karena itu pengeringan lahan gambut dengan pembuatan kanal maupun pembuatan sekat bakar dengan pembuatan parit-parit akan berisiko menimbulkan kebakaran hutan manakala pengaturan airnya tidak dilakukan dengan baik. Gambar 5. Pengaruh drainase terhadap lahan gambut Lee 2004 Mempertahankan ekosistem yang dipengaruhi oleh pembukaan lahan untuk berbagai kegiatan eksploitasi sumberdaya gambut seperti yang ada di Semenanjung Kampar tentunya akan berdampak terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya. Andriesse 1988, Hardjowigeno 1996 dan Radjaguguk 2004 dalam TBI 2010a menyebutkan dampak pada lingkungan disebabkan oleh rendahnya ฀ Air akan tertarik keluar dari sistem gambut ฀ Gambut akan mengalami subsidence ฀ Terganggunya regim hidrologi ฀ Air akan dengan cepat tertarik keluar dari sistem gambut ฀ Peat dome akan runtuh collapse ฀ Hilangnya fungsi alami dari lahan gambut sebagai pengatur tata air A B kualitas pengelolaan drainase sehingga air yang keluar dari lahan gambut terjadi secara berlebihan dan menyebabkan keringnya lahan sekitar lokasi kegiatan perusahaan atau unit manajemen. Khusus untuk pengusahaan lahan sebagai areal pertanian, pintu air dari bahan beton yang dibangun di beberapa lokasi gambut pada umumnya tidak berfungsi mengatur aliran air karena saat subsiden terbentuk sebuah celah besar antara gambut dan pintu air sehingga air mengalir keluar dari lahan pertanian. Seperti dijelaskan sebelumnya, hampir seluruh wilayah Semenanjung Kampar baik di kawasan lindung gambut core conservation dan ring Kampar telah dibebani ijin konsesi beberapa perusahaan HTI, HPH, dan perkebunan kelapa sawit seperti terlihat pada Gambar 16. Kondisi di kawasan lindung gambut bahkan telah degradasi fungsi lindung akibat ijin legal pemerintah untuk HPH pada masa lalu. Kegiatan pembalakan pada HPH menggunakan saluran terbuka tanpa bangunan kontrol mengakibatkan terjadinya drainase tak terkendali, penurunan muka airtanah, dan subsiden berlebihan. Kondisi ini harus segera direstorasi, karena jika terlambat maka subsiden yang terjadi akibat terbukanya sistim kanal tak terkendali dalam pembalakan kayu akan susah untuk mengembalikannya TBI 2010a. Gambar 6. Overlay kawasan lindung gambut dengan kawasan budidaya dan konsesi Sumber: TBI 2010a

5.1.6.2 Subsiden Gambut dan Pelepasan Karbon

Pada kondisi alami, permukaan lahan gambut mengalami penurunan pada musim kemarau dan mengalami peningkatan pada musim penghujan. Amplitudo fluktuasi penurunan dan peningkatan permukaan lahan gambut tersebut dipengaruhi oleh curah hujan, jenis vegetasi, dan pasang surut. Menurut Eggelsmann 1982, gejala fluktuasi tersebut sebagai akibat adanya evaporasi yang berlebihan pada musim kemarau dan di pihak lain terjadi genangan karena curah hujan yang berlebih di musim penghujan. Drainase dan pembukaan lahan gambut berarti mengintervensi kondisi alami yang ada. Apabila lahan gambut didrainase, maka laju subsiden permukaan gambut dipercepat, di pihak lain laju peningkatan permukaan gambut menjadi tidak ada. Kecepatan subsiden tergantung pada banyak faktor, antara lain tingkat kematangan gambut, tipe gambut, kecepatan dekomposisi, kepadatan dan ketebalan gambut, kedalaman drainase, iklim, serta penggunaan lahan Stewart 1991, Salmah et al. 1994, dan Wosten et al. 1997 dalam Mubekti 2010. Kedalaman muka air tanah merupakan faktor utama penentu kecepatan subsiden karena sangat mempengaruhi keempat proses di atas. Faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah penggunaan alat-alat berat dan pemupukan. Pengelolaan lahan gambut yang diawali dengan pembuatan saluran drainase akan menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah yang akan menciptakan kondisi oksidatif di beberapa lapisan atas lahan gambut. Perubahan kondisi menjadi oksidatif ini akan menyebabkan proses dekomposisi oksidasi gambut menjadi jauh lebih cepat dekomposisi aerob. Pada proses dekomposisi ini, CO 2 dihasilkan dan kemudian dilepas ke atmosfer. Lepasnya massa karbon ini akan menyebabkan turunnya permukaan gambut secara proporsional. Penurunan permukaan gambut subsiden akibat pengelolaan lahan dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, antara lain adalah 1 konsolidasi dan pemadatan pada saat pembukaan lahan karena hilangnya air; 2 oksidasi yang mengurai bahan gambut; dan 3 pencucian. Penurunan permukaan gambut akibat pencucian umumnya sangat kecil sehingga seringkali tidak diperhitungkan. Tidak semua proses subsiden tersebut diikuti oleh pelepasan karbon lihat Tabel 11.