Subsiden Gambut dan Pelepasan Karbon

pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem yang menjadi tanggung jawabnya. Pengelolaan Semenanjung Kampar yang keseluruhan bentang lahannya merupakan lahan gambut memberikan dampak penting bagi ketiga kelompok pemangku kepentingan utama ini. Jika pengelolaannya dilakukan dengan baik, kepentingan seluruh pemangku kepentingan dapat dipenuhi dengan baik. Sebaliknya jika tidak dilakukan dengan baik sesuai kaidah-kaidah yang disyaratkan dalam pengelolaan lahan gambut, maka bukan tidak mungkin ancaman bencana yang akan didapatkan. Pembukaan daerah gambut yang disertai saluran drainase dapat menyebabkan terjadinya penurunan muka tanah atau subsidence atau konsolidasi. Penurunan muka tanah gambut biasanya terjadi segera setelah hutan dibuka dan air dikeluarkan dari massa gambut oleh sistem drainase dan evaporasi. Penurunan permukaan tanah ini dapat terjadi karena pemadatan compaction akibat berkurangnya massa air yang menopang beban tanah, mineralisasi dan kebakaran, atau diangkut oleh manusia, air atau angin.

5.2.1.1 Masyarakat

Mayarakat yang terkait dengan masalah Semenanjung Kampar adalah masyarakat yang pemukimannya berbatasan langsung dengan kawasan Semenanjung Kampar dan masyarakat di desa-desa yang walaupun secara fisik tidak berbatasan langsung dengan hutan Semenanjung Kampar tapi secara intensif melakukan kegiatan bercocok tanam atau mengambil hasil hutan dari Semenanjung Kampar. Termasuk kedalam kelompok tersebut adalah masyarakat di Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan, khususnya di Desa Teluk Meranti, Teluk Binjai dan Pulau Muda; serta masyarakat di daerah Tasik Belat Kabupaten Siak khususnya masyarakat Desa Teluk Lanus, Penyengat dan Serapung. Mata pencaharian penduduk di Semenanjung Kampar umumnya menyesuaikan dengan kondisi alamiahnya. Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian dan nelayan. Masyarakat yang bermukim di dalam kawasan Semenanjung Kampar, pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan, memanfaatkan hasil hutan non kayu dan mempunyai ketergantungan terhadap kawasan hutan yang cukup tinggi; sedangkan masyarakat yang bermukim di luar kawasan Semenanjung Kampar pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan sebagian berprofesi sebagai nelayan sehingga ketergantungan terhadap masyarakat terhadap hutan tergolong sedang TBI 2010a. Masyarakat di sekitar Semenanjung Kampar sangat erat dengan perairan dan banyak memanfaatkan sumberdaya perairan sebagai sumber penghidupannya. Tasik danau dan sungainya merupakan sumber mata pencaharian nelayan, sumber air minum, sumber air bersih, mandi, cuci dan kebutuhan sehari-hari. Ketergantungan masyarakat terhadap hutan di kawasan Semenanjung Kampar dibedakan berdasarkan tujuannya, yakni memanfaatkan kayu atau tegakan; memanfaatkan areal hutan sebagai areal pengembangan budidaya masyarakat; dan memanfaatkan fungsi ekologi hutan terkait dengan penyedia binatang buruan dan perikanan. Meskipun secara umum tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan sudah relatif menurun, masyarakat yang bermukim di kawasan Semenanjung Kampar sangat berkepentingan terhadap kestabilan ekosistem di Semenanjung Kampar. Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau Jikalahari 2009 menyebutkan bahwa kawasan Semenanjung Kampar merupakan sumber ekonomi untuk bertani seperti karet, sagu, padi, jagung, kelapa. Selain itu masyarakat yang berada di Kecamatan Meranti dan Kecamatan Kuala Kampar juga memanfaatkan hasil hutan non kayu damar, rotan dan madu sialang, obat- obat tradisional seperti palas, kibal, pulai, akar pitali, piandang dll; areal berburu bagi masyarakat suku akit; dan sebagai sumber bahan papanperumahan kayu, rumbianipah, rotan, kulit kayu, kulit pohon.

5.2.1.2 Sektor Swasta

Di Semenanjung Kampar terdapat banyak perusahaan yang berbasis sumber daya alam. Terdapat perusahaan pertambangan, belasan perkebunan dan pengusahaan hutan tanaman industri HTI, serta satu HPH yang masih aktif. Dari sekian banyak perusahaan di Semenanjung Kampar, terdapat dua perusahaan raksasa pulp and paper yaitu PT RAPP dan PT APPIKPP. Kedua perusahaan raksasa ini mengambil bahan bakukayu dari hutan alam dan hutan tanaman industri yang dibangunnya antara lain di kawasan Semenanjung Kampar. Untuk sektor pertambangan, perusahaan pertambangan besar yang beroperasi di wilayah Semenanjung Kampar adalah BOB CPP Badan Operasi Bersama Coastal Plain Pekanbaru Sumatera Basin. BOB CPP merupakan perusahaan konsorsium PT Bumi Siak Pusako dengan PT Pertamina Hulu. Wilayah operasi BOB berada di dalam kawasan konservasi yaitu Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar dan Danau Bawah karena perusahaan tersebut mengeksplorasi kandungan minyak yang terdapat di bawah permukaan air Danau Pulau Besar dan Danau Bawah tersebut. Operasional ketiga perusahaan ini termasuk perusahaan lain yang juga beroperasi di Semenanjung Kampar tentu saja akan menyumbangkan dampak pada kerusakan lingkungan. Ancaman utama di kawasan hutan rawa gambut adalah ancaman terhadap kestabilan hidrologi kawasan rawa gambut itu sendiri. Jika stabilitas hidrologi sudah terganggu di bawah water table berlanjut hingga gambut kering takbalik maka akan menstimulan ancaman-ancaman lain seperti kebakaran gambut, kehilangan keanekaragaman hayati, kehilangan sumber mata pencaharian bagi masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan dan petani. Lebih jauh, jika terjadi kebakaran maka akan terjadi pelepasan karbon ke udara sehingga mempengaruhi “pemanasan global”. Mengingat kepentingan perusahaan terhadap lahan hutan di Semenanjung Kampar sangat tinggi dengan potensi dampak operasional yang juga tinggi, maka ketiga perusahaan tersebut merupakan pemangku kepentingan utama dalam pengelolaan Semenanjung Kampar. Dengan kata lain, pengaruh kegiatan pengelolaan terhadap kepentingan mereka dan pengaruh mereka terhadap keberhasilan kegiatan pengelolaan Semenanjung Kampar sangat tinggi.

5.2.1.3 Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau BBKSDA Riau

Dalam hamparan Semenanjung Kampar terdapat empat kawasan konservasi yang memiliki keanekaragaman hayati yang penting BBKSDA Riau 2002. Keempat kawasan konservasi tersebut adalah: 1. Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar - Danau Bawah yang ditunjuk melalui SK Menteri Pertanian No. 846KptsUmII1980 dan ditetapkan pada tanggal 26 Agustus 1999 dengan SK Menhutbun No. 668Kpts-II1999 seluas 28.237,95 ha. Secara administrasi kawasan ini terletak di Kabupaten Siak dan secara geografis berada di 102°848,8 - 102°1851,8 BT dan 0°363,6 - 0°4655,6 LU. Kawasan ini sebagian besar merupakan dua danau yaitu Danau Pulau Besar dan Danau Bawah yang dihubungkan oleh Sungai Rasau. 2. Suaka Margasatwa Tasik Belat yang ditunjuk berdasarkan SK Menhut No. 173Kpts-II1986, dari hasil pengukuran luasnya adalah 2.529 ha. Areal ini secara adminstrasi berada di Kabupaten Siak dan secara geografis berada di antara 102°38 - 102°42 BT dan 0°38 - 0°42 LU. Kondisi ekosistemnya berupa hutan rawa gambut dengan topografi datar. 3. Suaka Margasatwa Tasik Besar - Tasik Metas ditunjuk berdasarkan SK Menhut No. 173Kpts-II1986 dengan luas penunjukan sekitar 3.200 ha dengan letak geografis diantara 102°37 - 102°41 BT dan 0°32 - 0°37 LU. Secara administrasi berada di Kabupaten Pelalawan dan mempunyai topografi datar serta merupakan kawasan hutan rawa gambut. 4. Suaka Margasatwa Tasik Serkap - Tasik Sarang Burung yang ditunjuk berdasarkan SK Menhut No. 173Kpts-II1986 dengan luas sekitar 6.900 ha dengan letak geografis diantara 102°40 - 102°45 BT dan 0°22 - 0°28 LU dan secara administrasi terdapat di Kabupaten Pelalawan. Keberadaan empat suaka margasatwa di Semenanjung Kampar yang wewenang pengelolaannya berada di tangan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam menjadikan BBKSDA Riau sebagai pemangku kepentingan utama dalam pengelolaan Semenanjung Kampar. Hal ini dapat dipahami melalui pendekatan bentang lahan, dimana keempat suaka margasatwa tersebut merupakan satu kesatuan wilayah yang tidak terpisahkan dari keseluruhan Semenanjung Kampar. Keberhasilan pengelolaan Semenanjung Kampar sangat berpengaruh terhadap kepentingan BBKSDA, demikian juga pengaruh BBKSDA terhadap keberhasilan pengelolaan sangat besar. Dengan demikian, BBKSDA merupakan pemangku kepentingan utama dalam pengelolaan Semenanjung Kampar.

5.2.1.4 KPH Tasik Besar Serkap

Keberadaan KPH menjadi kebutuhan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebaga i “pemilik” sumberdaya hutan sesuai mandat Undang-undang, dimana hutan dikuasai negara dan harus dikelola secara lestari. Dengan demikian, pembentukan KPHP Tasik Besar Serkap merupakan implementasi dari mandat tersebut untuk menjamin pengelolaan hutan gambut di Semenanjung Kampar dapat dilakukan secara efisien dan lestari sesuai dengan fungsinya. Secara legal, wilayah KPHP Tasik Besar Serkap ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.509Menhut-VII2010 tentang Penetapan Wilayah KPHP Model Tasik Besar Serkap. Dalam SK Menhut tersebut ditetapkan KPHP Tasik Besar Serkap berada di wilayah dua kabupaten, yakni Pelalawan dan Siak. Kawasan ini memiliki luas 513.276 ha. Rinciannya hutan produksi terbatas seluas 2.660 ha, hutan produksi tetap 491.768 ha dan hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 18.848 ha. Organisasi KPH sendiri bertanggung jawab langsung kepada gubernur. KPH Model Tasik Besar Serkap berperan sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di lapangan atau di tingkat tapak. Dalam prakteknya, penyelenggaraan pengelolaan hutan pada tingkat tapak oleh KPH bukan memberi ijin pemanfaatan hutan melainkan melakukan pengelolaan hutan sehari-hari, termasuk mengawasi kinerja pengelolaan hutan yang dilakukan oleh pemegang ijin. KPH menjadi pusat informasi mengenai kekayaan sumberdaya hutan dan menata kawasan hutan menjadi bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai ijin danatau dikelola sendiri pemanfaatannya, melalui kegiatan yang direncanakan dan dijalankan sendiri. Apabila peran KPH dapat dilakukan dengan baik, maka KPH menjadi garis depan untuk mewujudkan harmonisasi pemanfaatan hutan oleh berbagai pihak dalam kerangka pengelolaan hutan lestari. Sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di tingkat tapak yang bertanggung jawab menjamin pengelolaan hutan gambut di Semenanjung Kampar dapat dilakukan secara efisien dan lestari menjadikan KPHP Tasik Besar Serkap sebagai pemangku kepentingan utama dalam pengelolaan Semenanjung Kampar. Wilayahnya yang mencakup luasan 513.276 ha merupakan satu kesatuan wilayah yang tidak terpisahkan dari keseluruhan luasan Semenanjung Kampar. Keberhasilan pengelolaan Semenanjung Kampar sangat berpengaruh terhadap kepentingan KPHP Tasik Besar Serkap, demikian juga pengaruh KPHP Tasik Besar Serkap terhadap keberhasilan pengelolaan sangat besar. Dengan demikian, KPHP Tasik Besar Serkap merupakan pemangku kepentingan utama dalam pengelolaan Semenanjung Kampar.