terutama ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Dalam pandangan lingkungan, keberlanjutan difokuskan pada perlindungan dan mempertahankan
sistem ekologi. Dalam pandangan sosial, keberlanjutan ditekankan pada pengembangan hubungan manusia dan pencapaian aspirasi dari individu dan
komunitas. Sitorus 2004, mengemukakan pentingnya pembangunan berkelanjutan
dengan alasan : a Terbatasnya cadangan sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui
nonrenewable resources. b Terbatasnya kemampuan lingkungan untuk dapat menyerap polusi.
c Terbatasnya lahan yang dapat ditanami. d Terbatasnya produksi persatuan luas lahan, atau batasan fisik terhadap
pertumbuhan penduduk dan kapital.
2.2.2 Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Terdapat tiga komponen utama dalam kelembagaan, yakni; 1 organisasi atau wadah dan suatu kelembagaan, 2 fungsi dan kelembagaan dalam
masyarakat, dan 3 aturan main yang ditetapkan itu sendiri Sanim, 1999. Berkaitan dengan hal tersebut, organisasi dalam suatu sistem kelembagaan
mempunyai fungsi pokok sebagai berikut, yakni 1 operative institution dan 2 regulative institution. Sebagai operative institution, suatu sistem kelembagaan
harus menghimpun berbagai pola atau tata cara dan perangkat aturan dalam mengelola aktivitas masyarakat yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga
yang bersangkutan. Sedangkan sebagai regulative institution, suatu sistem kelembagaan bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan setiap
aktivitas anggota masyarakat yang menjadi bagian mutlak dan lembaga itu sendiri melalui sistem pengawasan dan kontrol.
Dalam pengelolaan dalam sumber daya kelembagaan berperan dalam penetapan dan pengaturan berbagai peraturan yang melembaga yang menetapkan
berbagai tingkat pengawasan terhadap penggunaan sumber daya atau barang dan jasa kepada para pengambil keputusan yang berbeda, baik individu maupun
kelompok. Jadi hak-hak milik mengacu kepada hak-hak yang diberikan kepada
pemilik sumber daya dan pembatasan dalam penggunaan sumber daya Sanim, 1999.
Di sisi lain peranan kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya alam, diupayakan untuk: 1 membangun kerangka umum pemanfaatan sumber daya
alam agar sistem dan prosedur pendayagunaan sumber daya alam lebih etis, 2 mengarahkan dan mengatur pelaku pengguna sumber daya alam sesuai dengan
segala sesuatu yang telah dikukuhkan dalam kerangka umum pemanfaatan sumber daya alam 3 mengubah perilaku, kebijakan pengaturan alokasi sumber daya
alam dan perlindungan sumber daya alam dan teknologi pemanfaatan sumber daya alam 4 menginternalisasikan biaya oportunitas ke dalam nilai harga
sumber daya alam, dan 5 menjamin kepentingan untuk menunjang sistem keamanan pemanfaatan sumber daya alam.
2.2.3 Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
Partisipasi oleh beberapa ahli dikaitkan dengan upaya dalam mendukung program pemerintah. Mubyarto 1984 menyebutkan bahwa partisipasi adalah
kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuannya tanpa mengorbankan diri sendiri. Partisipasi di bidang
pembangunan mencakup keterlibatan mental dan emosional, penggeraknya adalah kesediaan untuk memberi konstribusi dalam pembangunan dan kesediaan untuk
turut bertanggung jawab Bryan and Louse 1982 dalam Parawansa 2007. Pengertian partisipasi yang diharapkan dalam pembangunan masyarakat
adalah keterlibatan masyarakat secara aktif baik moril maupun materil dalam program pembangunan untuk mencapai tujuan bersama yang di dalamnya
menyangkut kepentingan individu. Partisipasi merupakan masukan dalam proses pembangunan dan sekaligus juga sebagai keluaran atau sasaran dan pelaksanaan
pembangunan. Dalam kenyataannya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat bersifat vertikal dan dapat pula bersifat horizontal.
Tahapan partipasi masyarakat dalam pembangunan diharapkan dapat terlibat pada semua tahapan program, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai pada pemanfaatan hasil kegiatan pembangunan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa jika masyarakat sejak awal dilibatkan secara penuh dalam suatu