Prinsip Usulan Kelembagaan .1 Tujuan

9. Mengembangkan investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan lestari.

5.4.1.6 Mekanisme Kerja Lembaga Kolaboratif

Pengelolaan Semenanjung Kampar secara kolaboratif harus dibangun melalui tata jejaring yang memiliki dimensi vertikal dan horizontal, melibatkan berbagai aktor pemerintah, swasta, LSM dan pemangku kepentingan lainnya. Pengelola jejaring dapat secara simultan mengelola jejaring melampaui batas tugas pokok dan fungsi masing-masing organisasi danatau melalui tanggungjawab kontrak formal. Dalam beberapa kasus, jejaring dibentuk secara formal melalui regulasi pemerintah atau kebijakan pemerintah dibidang tertentu. Jejaring dengan struktur informal juga sering ditemukan dalam berbagai kasus kolaborasi. Salah satu pendekatan lain, adalah para pihak bersama-sama mengembangkan lembaga otonom tertentu yang berbadan hukum dengan mandat sebagai co-manager dalam pengelolaan Semenanjung Kampar yang secara legal telah memiliki pengelola, namun secara fungsional memiliki karakter sebagai common pool resources, sehingga kinerjanya rendah akibat lemahnya kapasitas “incapacity”. Secara prinsip kelembagaan kolaboratif harus mampu menguatkan pengelolaan Semenanjung Kampar melalui penguatan kapasitas pengelolaan, peningkatan pendanaan dan mewujudkan pemberdayaan masyarakat, tanpa mengabaikan manfaat ekonomi untuk menghasilkan keuntungan bisnis. Prinsip ini mengharuskan setiap program yang dikembangkan harus terikat dan menjadi bagian dari rencana pengelolaan kolaboratif jangka panjang. Upaya untuk mendorong terjadinya mekanisme pembagian keuntungan hanya akan dapat dilakukan jika dan hanya jika pengelola kawasan konservasi diberikan ruang otonom untuk mengelola cash flow untuk mencapai kinerja terbaiknya, misalnya: menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU. Dalam kondisi dimana BLU masih merupakan harapan, pengembangan lembaga berbadan hukum yang ditetapkan melalui kebijakan sebagai “co-manager” merupakan bentuk inovasi yang dapat diadopsi. Mengingat kharakteristik sumberdaya sebagai common pool resources, lembaga “co-manager” sebaiknya lebih memainkan peran sebagai pusat keunggulan atau “center of excellence” CoE, sementara implementasi setiap programnya dapat dilaksanakan oleh para pihak kunci yang relevan dan memiliki kompetensi memadai. Lembaga Kolaboratif Pengelolaan Semenanjung Kampar LK-PSK dapat memiliki beberapa CoE yang bertanggungjawab dalam mobilisasi para pihak dan melakukan berbagai komunikasi publik dan komunikasi politik, serta menggalang kemitraan dan dana publik guna memastikan keberhasilan pengelolaan. pengelolaan kolaborasi lanskap Semenanjung Kampar jangka panjang, termasuk menarik investor berdasarkan potensi bisnis yang mungkin dikembangkan. Jumlah CoE yang dikembangkan sangat tergantung pada kebutuhan di lapangan serta disesuaikan dengan fungsi kerja dalam pengelolaan hutan. Sebagai contoh, CoE rehabilitasi dan reklamasi hutan, CoE pemanfaatan hasil hutan secara lestari, CoE riset dan pengembangan inovasi pengelolaan hutan, dan sebagainya. Secara garis besar, mekanisme kerja LK-PSK, termasuk mekanisme pendanaannya disajikan pada Gambar 29. LK-PSK juga didukung oleh unit penggalangan dana yang harus mengembangkan mekanisme kerjasama dan mobilisasi kapasitas finansial para pihak untuk menggerakkan CoE, para pihak kunci dan meningkatkan pembiayaan pengelolaan KPHP Tasik Besar Serkap pada masa yang datang. Mekanisme penggalangan dana diharapkan mampu mendorong kemandirian pendanaan pengelolaan secara kolaboratif, dan pada masa yang datang dapat menjadi mitra bisnis KPH bila telah menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU sehingga pembagian keuntungan dapat langsung digunakan untuk menguatkan kapasitas pengelolaan. Selain itu, LK-PSK bertanggung jawab dalam promosi dan pencitraan keseluruhan program Dalam implementasinya LK-PSK harus mengembangkan perencanaan jangka panjang bersama para pihak kunci yang relevan, baik instansi pemerintah, LSM, masyarakat dan lembaga swasta. LK-PSK juga bertanggungjawab untuk: 1. Menetapkan mekanisme pendanaan yang berasal dari berbagai sumber bagi implementasi program yang relevan. 2. Memastikan implementasi program oleh para pihak. 3. Melakukan sistem monitoring dan evaluasi obyektif atas kinerja seluruh program yang telah diimplementasikan oleh para pihak.