Fiqih dan U shul Fiqih

1. Fiqih dan U shul Fiqih

a. Fiqih

1. Metode syara' dalam menggali hukum

Hizbut Tahrir telah menetapkan metodenya dalam menggali hukum- hukum syara'. Hizbut Tahrir mengatakan: "Islam memiliki satu metode dalam memberikan solusi (jawaban) terhadap berbagai problem. Yaitu, Islam menyeru mujtahid agar mempelajari problem yang terjadi sampai memahaminya. Kemudian, ia mempelajari nash-nash syara' yang terkait dengan problem tersebut. Selanjutnya, dari nash-nash tersebut digalilah solusi untuk problem ini. Artinya, hukum syara' untuk problem ini digali dari dalil-dalil syara'. Dan secara mutlak mujtahid tidak menempuh selain met ode ini. Ket ika mujt ahid mempelajar i pr oblem ini, maka ia mempelajarinya sebagai persoalan manusia bukan yang lain. Ia tidak m enganggapnya sebagai pr obl em ekono m i, sosi al, pr oblem pemerintahan, atau yang lainnya. Akan tetapi, ia menganggapnya sebagai persoalan yang butuh kepada hukum syara'. Sehingga ia mengetahui hukum Allah terkait problem yang ada". 1

2. Karakteristik Pembahasan Fiqih yang dikaji Hizbut Tahrir

Pendapat Hizbut Tahrir serta berbagai adopsinya yang bersifat fiqih meliputi banyak aspek, baik yang terkait dengan pemerintahan, politik, ibadah, uqubat (persanksian), jihad, ekonomi, dan sebagainya. Beragam pembahasannya yang ber sifat fiqih disampaikan untuk menguatkan tentang kesempurnaan solusi dan fiqih Islam dalam menjawab semua problem kehidupan, serta tentang kelayakan syari'at Islam untuk setiap waktu dan tempat. Hizbut Tahrir sangat bersungguh-sungguh tidak membiarkan ada satu konteks di antara konteks-konteks kehiduapan, melainkan dibuatkan untuknya kaidah-kaidah dan sistem-sistem sebagai asas yang permanen, yang di atasnya dibangun solusi terkait dengan konteks ini. 2

Hizbut Tahrir tidak berhenti sampai di situ. N amun, pertama, Hizbut Tahrir membeberkan sistem-sistem selain Islam, seperti Kapitalisme dan

1 Lihat: N izom al-Islam , hlm. 74, 88; M afahim H izb at -Tahrir , 36; N izom al-Iqt ishadi fi al-Islam , hlm. 54; al- Fikr al-Islami,

hlm. 37; Jawab Su'al , 29 Rabi'ul Aw al 1394 H ./21 April 1974 M.; dan asy-Syeikh Taqiyuddin an-N abhani Fikran w a Kifahan, hlm. 19. 2 Lihat : N izom al-Islam , hlm. 74; M afahim H izb at -Tahrir , 43-45; al- Fikr al-Islami , hlm. 37; dan asy- Syeikh Taqiyuddin an-N abhani Fikran w a Kifahan, hlm. 19.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Sosialisme. Lalu Hizbut Tahrir membantah metode sistem-sistem tersebut dalam memberikan solusi dan dalam memahami problem. Selanjutnya, baru setelah itu, Hizbut Tahrir menawarkan hukum-hukum syara' yang mengatur solusi-solusi ini. Hal ini tampak jelas sekali dalam kitab N izom al-Iqt ishadi fi al-Islam yang menolak pemahaman (konsep) para kaum kapitalis dan sosialis terhadap problem ekonomi, teori kelangkaan relatif, pemikiran tentang pendapatan perkapita, dan teori tentang kepemilikan. Lalu, Hizbut Tahrir menjelaskan konsepnya tentang ekonomi melalui sudut pandang (perspektif) Islam, yaitu pendistribusian kekayaan. Hizbut Tahrir juga membedakan antara ilmu ekonomi yang sifatnya universal dengan sistem ekonomi yang sifatnya khusus terkait pandangan hidup tertententu. H izbut Tahrir mengingatkan agar mew aspadai bahaya bantuan internasional (asing), dan tujuan-tujuan penjajahannya yang ber bahaya. Juga mengingat kan agar mew aspadai bahaya ut ang internasional (utang luar negeri) yang membuat umat saat ini terpuruk dan jat uh di baw ah kakinya, ser t a bahaya fungsi ut ang dalam memperbudak dan merendahkan bangsa-bangsa. 3

Dalam kitab N izom al-Ijt ima'iy fi al-Islam H izbut Tahrir mencaci pandangan par a kapitalis dan sosialis ter hadap per empuan sambil menjelaskan pandangan Islam terhadap perempuan. Hizbut Tahrir juga memberikan pemahaman (persepsi) yang khusus untuk sistem ijt ima'iy , yang terbatas hanya pada hubungan laki-laki dan perempuan, serat hukum- hukum yang lahir dari adanya hubungan ini. 4

Dalam kitab N izom al-H ukm al-Islam H izbut Tahrir menolak teori pemerintahan kolektif, serta menjelaskan bahwa kepemimpinan dalam faktanya bersifat individual, dan kemustahilan adanya pemerintah kolektif. Hizbut Tahrir juga menjelaskan bahwa sistem pemerintahan Islam adalah sistem Khilafah. Sistem pemer intahan Islam bukan sistem ker ajaan, republik dan bukan pula kekaisaran. Dan Hizbut Tahrir membuat struktur N egara Islam dengan terperinci, termasuk para staf dan aparaturnya, set elah H izbut Tahr ir menjelaskan t ent ang kaidah-kaidah dasar pemerintahan dalam Islam. 5

Meskipun banyak sekali pembahasan fiqih yang dikaji Hizbut Tahrir dalam berbagai publikasi dan karyanya, baik yang diadopsi ( t abanni ) maupun yang tidak, jika kita perhatikan terbatas hanya pada tiga perkara,

3 Lihat: N izom al- Iqt ishadi fi al-Islam . 4 Lihat: N izom al-Ijt ima'iy fi al-Islam , Taqiyuddin an-N abhani, dikeluarkan H izbut Tahrir, Dar al-Umah, Beirut, cet . IV, (edisi mut amadah), 1424 H./2003 M.. 5 Lihat:

N izom al-H ukm fi al-Islam

a. Apa yang dibutuhkan oleh H izbut Tahr ir untuk menopang aktivitasnya dalam mengemban dakwah Islam yang bertujuan mengembalikan kehidupan Islam, dengan mendirikan negara Islam. Seperti yang terdapat dalam kitab ad-Daulah al-Islamiyah, at -Takat t ul al-H izbiy , dan M afahim H izb at -Tahrir .

b. Apa yang dibutuhkan oleh N egara Islam, berupa hukum-hukum syara' yang akan mengokohkannya dalam menerapkan Islam dan mengembannya, mengatur hubungan internasional dengan negar a lain. H al it u tampak jelas sekali dalam kit ab asy- Syakhshiyah al-Islamiyah dan N izom al-H ukm fi al-Islam . Hizbut Tahrir sebelumnya telah menyususun UUD dan ditopang dengan dalil-dalil syara', untuk tujuan mengatur semua urusan dalam dan luar negeri N egara Islam.

c. Mengadopsi hukum-hukum syara' terhadap persoalan-persoalan bar u yang belum dit emukan pada zaman par a mujt ahid terdahulu, guna menjelaskan hukum syara' tentang persoalan baru tersebut, dan menentukan sikap kaum Muslim terhadap persoalan-persoalan ini. Seperti perusahaan perseroan ( syirkah

6 musahamah 7 ), asur ansi; beber apa per soalan kedokter an, seperti klonning, transplantasi organ tubuh, bayi tabung, 8 dan lainnya.

Saya berpendapat bahwa pembatasan pembahasan fiqih oleh Hizbut Tahrir hanya untuk yang ter sebut di atas saja adalah kembali pada eksistensi Hizbut Tahrir sebagai sebuah partai politik, yang beraktivitas mengemablikan kehidupan Islam, dengan mendirikan Khilafah. Sehingga energinya tidak habis untuk membahas bab-bab dan persoalan-persoalan yang sudah dikenal di kalangan para fuqaha' (ahli fiqih). N amun apa yang terkait langsung dengan tujuan Hizbut Tahrir, baru dilakukan pembahasan oleh Hizbut Tahrir.

Sungguh dalam aspek fiqih inilah Hizbut Tahrir banyak mendpatkan kecaman dan cacian dari beberapa penulis. Melalui pengamatan dan pengkajian yang saya lakukan terhadap berbagai kecaman dan cacian ini, diket ahui bahw a ada sebagian dar i mer eka yang memang mur ni berbohong, sebab tidak ditemukan sama sekali perkataan atau pendapat

H izbut Tahr ir, seper ti yang mer eka katakan; sebagian lagi kar ena

6 Lihat: N izom al- Iqt ishadi fi al-Islam , hlm. 162, 178. 7 Lihat : Idem , hlm. 182, 188. 8 Lihat:

H ukm asy-Syar' fi al-Ist insakh wa M asail at h-Thibbiyah , Abdul Qadim Zallum, cet. I, hlm. 1418 H ./1997 M..

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

D i ant ar a kecaman-kecaman ini yang paling t er kenal, yang dinisbatkan kepada Hizbut Tahrir adalah bahwa di dalam jawab su'al dibolehkannya berciuman dengan syahwat maupun tidak. 9 Dan tidaklah heran jika mereka para penulis itu bersepakat atas kesalahan ini. Sebab dalam hal ini mer eka ber sandar pada kitab ad-Da'wah al-Islamiyah . Anehnya bebera penulis itu-seperti yang saya ketahui-sebenarnya telah mengetahui bantahan-bantahan atas kebohongan-kebohongan yang di arahkan kepada Hizbut Tahrir. 10 N amun, ia tetap saja mengutip apa yang disebutkan oleh penulis kitab ad-Da'wah al-Islamiyah . Bagi saya, masalahnya menjadi mudah dengan mengetahui persoalan ini dalam kitab at -Tabshirah . Perlu diketahui bahwa kitab at -Tabshirah ini merupakan sikap dan pendapat pr ibadi penulis dalam membantah kebohongan-kebohongan yang di alamatkan pada Hizbut Tahrir. Di antaranya adalah masalah 'ciuman' ini.

Pendek kata apa yang disebutkan oleh penulis kitab at -Tabshirah merupakan penjelasan tentang apa yang dimaksud dalam jawab su'al yang terkait dengan persoalan ini: "Hukum ciuman atau berciuman antara mahram dengan orang-orang muqim (tinggal di rumah) dan orang-orang yang baru datang dari perjalanan jauh adalah boleh, kecuali dalam dua keadaan. Pertama, ciuman atau berciuman yang menjadi pengantar di antara pengantar-pengantar perbuatan zina. Kedua, yang mencium dan yang dicium saling menginginkan, yakni menginginkan kesenangan dan kepuasan seks dengannya. Adapun hukum ciuman atau berciuman kepada selain mahram, selain orang-orang muqim (tinggal di rumah) dan selain orang-orang yang baru datang dari perjalanan jauh, maka yang tidak termasuk dalam dua keadaan-di mana berciuman haram secara mutlak- tersebut hukumnya makruh. Apabila kita kecualikan dua keadaan tersebut dari tujuan ciuman, maka apa tujuan dari ciuman salah seorang kepada yang lain jika yang mencium tidak ingin berzina dengan yang dicium, dan tidak menginginkan kesenangan dan kepuasan seks dengannya? Jadi, apa tujuan dari ciuman itu? Tujuan dari ciuman itu terkadang untuk ungkapan kasih sayang atas yang dicium. Misalnya, seorang pemuda kehilangan

9 Lihat: Ad-D a'wah al-Islamiyah , hlm. 104; at h-Thariq ila Jama'at al-M uslimin , hlm. 305; al-M ausu'ah al- M uyassarah fi al-Adyan wa al-M adzahib al-M u'ashirah , hlm. 139; At sar al- Jama'at al-Islamiyah al-M idani

khilala al-Qarni al-'Isyrin , hlm. 258; dan al- Jama'at al- Islamiyah , hlm. 352. 10 Sebab saya dapati bahw a penyusun kitab al- Jama'at al-Islamiyah , pada catatan kaki: 347, menyebutkan

kitab at -Tabshirah fi Raddi ala Kit ab ad-Da'wah al-Islamiyah li Shiddiq Amin . D an meski pun penyusun bant ahan t elah menjelaskan bahw a pert ayaan dan jaw abannya it u t idak t erkait dengan ciuman dengan syahw at .

Demikianlah, kami lihat adanya jurang pemisah yang begitu lebar antara apa yang mereka tuduhkan terhadap Hizbut Tahrir dengan hakikat jawab su'al yang mereka maksudkannya. Di samping itu, saya berpendapat tidak cocok jika penulis kitab at -Tabshirah dijadikannya obyek penyikapan. Sebab, seperti yang telah kami tetapkan pada bagian pertama dalam kajian ini bahw a jawab su'al tidak termasuk di antara per kara-pekara yang diadopsi ( mut abannat ), kecuali apabila Hizbut Tahrir telah benar-benar

mengadopsinya. 13 Melalui pengamatan kami terhadap kitab N izom al- Ijt ima'iy fi al-Islam salah satu kitab yang telah diadopsi ( mut abannat ), saya

temukan pernyataan sebagai berikut: "Dan hal ini berbeda dengan ciuman. Ciuman laki-laki kepada perempuan asing yang ia inginkan, dan ciuman perempuan kepada laki-laki asing yang ia inginkan adalah ciuman yang haram, sebab ciuman itu menjadi pengantar zina. Ciuman seperti ini memang biasanya menjadi pengantar zina, meskipun dilakukan tanpa

11 Yakni hadits tentang Ma'iz. Dari Ibnu Abbas radliyallahu anhuma berkata: Ketika Ma'iz bin Malik datang kepada Rasulullah SAW. . Beliau ber sabda kepadanya: 'Barangkali kamu (hanya) menciumnya,

menyentuhnya, atau sekedar memandangnya'. Ma'iz berkata: 'Tidak w ahai Rasulullah'. Beliau bersabda: 'Kamu menyet ubuhinya'. Ma'iz berkat a: 'Ya". Set elah it u Rasulullah SAW. memerint ahkan unt uk merajamnya. D iriw ayat kan oleh asy-Syaikhan. Sedang lafaz mat an menurut Bukhari. Lihat: Shahih Bukhari, vol. VI, hlm. 2501; dan Shahih Muslim, vol. III, hlm. 1319. 12 Lihat: At -Tabshirah , Yusuf as-Sabatain, tanpa tahun, hlm. 53, 54. 13 Lihat Tesis ini halaman 51

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Pernyataan ini menafikan apa yang dinisbatkan kepada Hizbut Tahrir. Apalagi seperti yang telah ditetapkan sebelumnya bahwa jawab su'al pada dasarnya bukan sesuatu yang mut abannat (diadopsi), lebih lagi jika hal itu menyalahi yang mutabannat. Mengingat kitab N izom al-Ijt ima'iy fi al-Is- lam ini adalah cetakan yang keempat, maka saya berusaha keras untuk mendapatkan kitab cetakan sebelumnya guna mempertegas pendapat Hizbut Tahrir yang mut abannat dalam persoalan ini. Barangkali pendapat Hizbut Tahrir seperti yang terdapat dalam jawab su'al . Dan saya berhasil mendapatkan naskah cetakan yang kedua kitab N izom al-Ijt ima'iy fi al- Islam ini. D i dalamnya dinyatakan: "Hal ini berbeda dengan ciuman per empuan kepada laki-laki, sebaliknya laki-laki kepada perempuan. Ciuman ini adalah haram. Sebab ciuman ini tidak dilakukan dengan tanpa syahwat (dengan syahwat) secara mutlak". Pernyataan ini meski lebih umum dari pernyataan yang pertama, namun pengertiannya tidak seperti yang mereka pahami. Sebab disebutkan bahwa ciuman antara laki-laki dan perempuan tidak dilakukan dengan tanpa syahwat secara mutlak.

Ber dasar kan semua it u, maka pendapat H izbut Tahr ir yang mut abannat adalah haram ciuman laki-laki kepada perempuan, yakni perempuan asing, baik dengan syahwat maupun tanpa syahwat. Walaupun hal itu dilakukan kepada orang yang baru datang dari perjalanan jauh, seperti yang dimaksudkan pada jawab su'al di atas. Jelaslah bahwa jawab su'al yang membolehkan ciuman yang tidak termasuk di antara pengantar- pengantar zina bukan ketetapan Hizbut Tahrir yang ada dalam kitabnya yang mut abannat . Pendapat inilah yang mengundang banyak kecaman terhadap Hizbut Tahrir. N amun masalahnya kita harus melakukan dengan niat yang baik, tidak seperti yang dilakukan oleh mereka para penulis.

D i antar a aspek fiqih yang juga banyak mengundang kecaman

14 Lihat: N izom al-Ijt ima'iy fi al-Islam , hlm. 53.

dan orang yang tinggal di dua kutub. 15 Bagi saya, masalahnya akan menjadi mudah dengan mengetahui teks asli dalam jawab su'al , yaitu: "Adapun orang yang ada di atas permukaan bulan atau berada dalam kendaraan luar angkasa, maka ia sedang berada di luar lingkaran bumi, sehingga tidak mungkin di tempat tersebut terdapat as-sabab (penyebab adanya hukum). Oleh karena itu, ia tidak wajib shalat dan juga puasa, kecuali ia kembali ke bumi pada waktu shalat dan pada bulan Ramadlan, maka ketika itu ia wajib shalat dan puasa. Mengingat, as-sabab (penyebab adanya hukum) terkait dengan dirinya ketika itu tidak ada. Adapun orang yang tinggal di kutub, maka kewajiban dalam hal ini bersifat teori. Kutub tidak mungkin didiami dan ditempati. Sedang mereka yang pergi ke kutub untuk tujuan penelitian, mereka tidak tinggal dalam w aktu yang lama. Meskipun demikian, sekiranya ada manusia yang tinggal di kutub, maka hukum bagi mereka masuk ke dalam hukum-hukum syara'. Apabila tidak terdapat as-sabab, yakni sebab adanya shalat, maka tidak ada juga al-musabbab (kewajiban shalat). Artinya jika waktu belum masuk, maka shalat tidak w ajib, dan puasa juga t idak w ajib. Kalau ia melakukannya, maka perbuatannya itu batal. Karena as-sabab (penyebab adanya hukum) belum ada, sehingga al-musabbab-pun juga tidak ada. Sesungguhnya asy-Syari' (Pembuat hukum) telah menetapkan waktu-waktu shalat, dan menjadikan waktu, yakni masuknya waktu sebagai syarat sahnya shalat. Sehingga shalat tidak sah jika dilaksanakan sebelum masuk waktu shalat. Tempat- tempat yang tidak terjadi masuknya waktu, misalnya negeri-negeri yang siangnya enam bulan, dan seperti seorang astronot yang mengelilingi bumi, maka waktu shalat tidak terjadi, sehingga shalat tidak wajib. Shalat tidak sah dilakukan tanpa masuknya waktu, dan tidak wajib sebelum masuknya waktu. Oleh karena itu, tidak ada kewajiban shalat dhuhur sebelum masuk waktu dhuhur; tidak wajib shalat ashar sebelum masuk waktu ashar, dan begitu juga seterusnya". 16

Adapun berdalil dengan hadits keluarnya Dajjal, yang diriwayatkan oleh an-N awas bin Sam'an secara marfu': Di suatu pagi, Rasulullah SAW ber cer i t a t ent ang D ajjal. Lalu, beliau m er endahkannya dan mengagungkannya…. Kemudian kami bertanya: 'Wahai Rasulullah, berapa lama Dajjal tinggal di bumi?' Beliau bersabda: 'Empat puluh hari. Sehari

15 Lihat: Ad- Da'wah al-Islamiyah , hlm. 11; ath-Thariq ila Jama'ah al-Muslimin, hlm. 305; al- M ausu'ah al- M uyassarah fi al-Adyan wa al-M adahib al-M u'ashirah , hlm. 139; dan al-Jama'at al-Islamiyah, hlm. 353.

16 Lihat: Jawab su'al , tetanggal: 4 Januari 1969 M..

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

"Tidak, perkirakan wakt unya oleh kalian". 17

Terkait dengan hal ini Hizbut Tahrir menjawab: Sabda Rasulullah, 'Tidak, perkirakan waktunya oleh kalian' datang dalam konteks tertentu. Sabda Rasulullah ini khusus untuk konteks ini saja. Kondisi itu terjadi ketika Dajjal datang. Sehingga hadits itu khusus untuk kondisi itu, tidak meliputi yang lainnya. Hal yang sama seperti hadits:

"Sesungguhnya riba it u ada dalam penundaan pembayaran". 18

Rasulullah SAW. ditanya tentang penukaran ( ash-sharf) . Apakah penukaran itu riba. Maka, Rasulullah SAW. bersabda: "Sesungguhnya riba itu ada dalam penundaan pembayaran". Begitu juga dengan hadits tentang Dajjal, maka itu khusus dalam kondisi ketika ada Dajjal.

Adapun tentang perintah puasa dan shalat, maka hal itu datang berupa seruan kondisional ( khit hab al-wadl' ), yaitu seruan asy-Syari' yang terkait dengan sebab-sebab, syarat-syarat, penghalang-penghalang, dan lainnya. Puasa Ramadlan disebutkan dalam firman Allah SWT.:

"Karena it u, barangsiapa di ant ara kamu hadir (di negeri t empat t inggalnya) di bulan it u, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan it u". 19

_______________________ "Berpuasalah karena t erlihat nya bulan" 20

17 Diriw ayatkan oleh Muslim. Lihat : Shahih M uslim , vol. IV, hlm. 2250. 18 Diriw ayatkan oleh Muslim. Lihat : Shahih M uslim , vol. III, hlm. 1217. 19 QS. Al-Baqarah [2] : 185. 20 M ut t afaqun 'alaih . Lihat : Shahih Bukhari, vol. II, hlm. 674; dan Shahih M uslim , vol. II, hlm. 762.

Karena itu, masuknya bulan Ramadhan menjadi sebab r iil bagi pelaksanaan puasa, bukan karena ada perintah puasa. Apabila bulan Ramadlan belum datang, maka secara riil puasa tidak dilaksanakan. Karena as-sabab itu datang dengan seruan asy-Syari', maka ia harus terwujudkan agar kewajiban itu dapat dilaksanakan secara riil. Begitu juga dengan shalat, maka ia disebutkan dalam firman-N ya:

" 21 Dirikanlah shalat dari sesudah mat ahari t ergelincir ". Karena itu tergelincirnya matahari menjadi sebab bagi pelaksanaan

shalat dhuhur secara riil. Seperti itu juga shalat maghrib dengan sebab ter benamnya matahar i. Begitu juga halnya dengan shalat yang lain. Sehingga, apabila as-sabab belum terjadi, maka shalat tidak dilaksanakan secara riil. Hal ini tidak berarti bahwa kewajiban shalat dan puasa itu gugur. Sebab wajibnya shalat diyatakan dalam firman Allah SWT.:

"Dan dirikanlah shalat ". 22

Sedang diyatakan dalam firman-N ya:

"Beberapa hari yang dit ent ukan it u ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya dit urunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai pet unjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai pet unjuk it u dan pembeda (ant ara yang hak dan yang bat hil). Karena it u, barangsiapa di ant ara kamu hadir (di negeri t empat t inggalnya) di bulan it u, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan it u". 23

21 QS. Al-Isra' [17] : 78. 22 QS. H uud [11] : 114. 23 QS. Al-Baqarah [2] : 185.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Akan tetapi untuk pelaksanaan shalat secara riil telah dibuatkan untuknya suatu sebab. Sehingga sebab itu har us ter wujudkan agar kewajiban shalat dilaksanakan. Kewajiban shalat tetap, namun pelaksanaan kewajiban itu secara riil tergantung atas terwujudnya sebab tersebut. 24

Jadi, pendapat Hizbut Tahrir ini bukanlah bualan kosong ( ngawur ), melainkan dibangun berdasarkan ijtihad yang benar, terlepas tentang hasil ijt ihaadnya. Saya juga ber pendapat menganalogkan (mengiaskan) penduduk di dua kutub dan seorang astronaut dengan apa yang disebutkan Rasulullah SAW. ketika munculnya D ajjal, yaitu "Tidak, per kir akan waktunya oleh kalian" adalah qiyas ma'al fariq (mengiyaskan sesuatu yang tidak nyambung). Penjelasan atas hal itu bahwa manusia ketika munculnya Dajjal, waktu di sisi mereka itu berjalan dengan bentuk yang alamiah. Sebagaimana hal itu dipahami dari hadits, yakni kondisinya tidak seperti yang dialami penduduk di dua kutub dan astr onaut. Ar tinya ketika Rasulullah SAW. memer int ahakan mer eka agar m emper kir akan waktunya, yakni mereka diperintahkan untuk memperkirakan waktu dengan keadaan ketika waktu di sisi mereka berjalan secara alamiah, bukan dengan waktu yang tidak terduga, seperti waktu ketika munculnya Dajjal. Sehingga berdasarkan waktu yang mana penduduk dua kutub dan astronaut memperkirakan waktunya?! W allahu a'lam.

Masih banyak lagi masalah-masalah dan pendapat-pendapat yang lain yang mengundang kecaman terhadap Hizbut Tahrir, yang butuh pada penjelasan dan pembuktian dengan seksama. Saya menghindar dari membicarakannya, karena minimnya naskah-naskah asli, serta takut membicarakan sesuatu yang tidak dapat bersikap amanah dalam penukilan dan penyampaiannya. Saya juga berpendapat bahwa sebagian penulis yang memusatkan perhatiannya untuk persoalan-persoalan seperti ini, yang telah kami jelaskan faktanya secara umum, ada unsusr kezaliman terhadap hak Hizbut Tahrir dan warisannya yang bersifat fiqih, yang sulit mencari bandingannya di zaman kita sekarang ini. Dan seperti yang telah kami sebutkan bahwa pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran Hizbut Tahrir yang sifatnya fiqih banyak sekali meliputi seluruh aspek kehidupan.

b. Ushul Fiqih

Perhatian Hizbut Tahrir terhadap ushul fiqih sangat besar sekali, sebab Hizbut Tahrir telah menyususn sebuah kitab yang lengkap tentang persoalan ushul fiqih, yaitu kitab asy-Syakhshiyah Islamiyah juz ketiga. Kitab ini, di dalamnya berisi kajian-kajian terhadap ushul fiqih dan persoalan-

24 Lihat: Jawab su'al , tert anggal: 21 Januari 1969.