Kewajiban Beraktivitas Untuk Menegakkan Khilafah

2. Kewajiban Beraktivitas Untuk Menegakkan Khilafah

Hizbut Tahrir berpendapat bahwa aktivitas untuk menegakkan khilafah meskipun statusnya fardlu kifayah, akan tetapi kefardluannya itu tidak gugur kecuali dari orang-orang yang telah beraktivitas untuk itu. Hizbut Tahrir berkata: "Mengangkat seorang khalifah supaya menegakkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam adalah kewajiban atas seluruh kaum Muslim merupakan perkara yang telah ditetapkan berdasarkan nash-nash syara' yang shahih yang tidak ada syubhat padanya. Kewajiban aktivitas ini statusnya diatas kewajiban menegakkan hukum Islam dan menjaga kesatuan kaum Muslim yang telah diwajibkan oleh Allah swt. Hanya saja, status kewajiban ini adalah fardlu kifayah. Dimana, ketika ada sebagian kaum Muslim yang telah berhasil menegakkannya, maka kewajiban itu benar-benar telah wujud dan telah gugur dari sebagian orang Islam yang lain. Dan ketika sebagian kaum Muslim yang beraktivitas it u masih t idak sanggup menegakkanya meskipun mer eka t elah beraktivitas untuk menegakkannya, maka kewajiban itu tetap menjadi kewajiban atas seluruh orang Islam dan tidak bisa gugur dari orang Islam manapun selama kaum Muslim hidup tanpa mempunyai seor ang

khalifah". 13 Oleh karena itu, berdiam diri dari aktivitas mengangkat seorang

khalifah bagi kaum Muslim, dalam pandangan Hizbut Tahr ir adalah termasuk bentuk kemaksiatan terbesar. Sebab, meninggalkan aktivitas ini berarti meninggalkan pelaksanaan kewajiban yang eksistensinya sangat penting dalam Islam. Mengingat, diatasnya bergantung penegakkan hukum-hukum agama. Bahkan keberadaan Islam dalam realitas kehidupan juga sangat bergantung kepadanya. Maka, kaum Muslim semuanya berdosa besar ketika mereka berdiam dir i dari aktivitas megangkat seorang khalifah bagi mereka. Apabila mereka bersepakat meninggalkan aktivitas mengangkat seorang khalifah, maka setiap orang dari mereka di seluruh daerah tersebut ikut berdosa. Apabila ada sebagian kaum Mus- lim yang melakukan aktivitas untuk mengankat khalifah, sementar a

12 Lihat: Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah, vol. II, hlm. 16; dan N izom al-H ukm fi al-Islam, hlm. 37. 13 Lihat: Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah, vol. II, hlm. 17; dan N izom al-H ukm fi al-Islam, hlm. 38.

Sedangkan or ang-or ang yang t idak mau ber akt ivit as unt uk menegakkan kewajiban tersebut, sejak tiga hari dari lenyapnya khalifah sampai khalifah diangkat lagi, maka selama itu mereka tetap menanggung dosa, karena Allah swt telah menetapkan terhadap mereka kewajiban sedangkan mereka tidak melaksanakannya dan tidak pula beraktivitas untuk menegakkannya. Oleh karena itu mereka berhak mendapat dosa dan mendapat adzab Allah dan terhina di dunia dan akhirat. Kelayakan mereka untuk mendapat dosa karena meninggalkan aktivitas mengangkat khalifah atau aktivitas-aktivitas yang dapat mewujudkan tegaknya khilafah sangat jelas bahw a seorang muslim layak mendapat adzab kar ena meninggalkan satu kewajiban di antara beberapa kewajiban yang telah diwajibkan oleh Allah swt. kepadanya. Apalagi kewajiban yang dengannya kewajiban-kewajiban yang lain dapat diterapkan, hukum-hukum Islam dapat ditegakkan, urusan Islam menjadi tinggi, dan kalimat Allah terangkat tinggi di negeri-negeri Islam dan di seluruh penjuru dunia. 14

Hizbut Tahrir berkata: "Dengan demikian, sungguh tidak ada udzur (alasan) bagi or ang Islam dimanapun dia ber ada ber diam dir i dar i melaksanakan kewajiban yang telah diwajibkan oleh Allah kepdanya untuk menegakkan agama, yaitu aktivitas mengangkat khalifah bagi kaum Mus- lim, ketika bumi vakum dari khilafah, ketika di bumi tidak ada orang yang menegakkan hudud Allah untuk menjaga kemuliaan Allah, tidak ada or- ang yang menegakkan hukum-hukum agama, dan t idak ada yang menyatukan jamaah Muslim di bawah panji Lailaha Illallah M uhammad Rasulullah . D i dalam Islam tidak ada dispensasi (rukhshah) dalam meninggalkan aktivitas untuk menegakkan kewajiban sampai kewajiban tersebut dapat tegak." 15

Selanjutnya, berdasar kan pada dalil-dalil diatas, H izbut Tahrir berpendapat bahwa bentuk sistem pemerintahan Islam adalah sistem khilafah. D an hukum menegakkan khilafah adalah w ajib. Ar tinya, pemberian nama khilafah untuk N egara Islam tu tidak khusus dengan periode tertentu atau dengan kelompok manusia tertentu, namun sistem

14 Lihat: Asy-Syakhshiyah al- Islamiyah , vol. II, hlm. 17; dan N izom al-H ukm fi al-Islam , hlm. 38. 15 Lihat: Asy-Syakhshiyah al- Islamiyah , vol. II, hlm. 17; dan N izom al-H ukm fi al-Islam , hlm. 38.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200