Definisi Akidah Menurut Hizbut Tahrir

1. Definisi Akidah Menurut Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir mengkaji akidah melalui dua pengertian: Pengertian umum dan pengertian khusus tentang akidah Islam.

a. Akidah dalam pengertiannya yang umum.

Hizbut Tahrir mendefinisikan akidah dalam pengertiannya yang umum, bahwa akidah adalah pemikiran yang menyeluruh tentang alam semest a, manusia dan kehidupan, t ent ang sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta hubungan ketiganya dengan sebelum dan sesudah kehidupan. Maksud bahwa akidah adalah pemikiran yang menyeluruh, yakni asasiyah (pemikiran dasar), dimana di atasnya dibangun pemikiran- pemikiran cabang yang lain. Misalnya, haramnya riba-dalam sistem Islam- adalah pemikiran cabang yang dibangun dan terpancar dari keimanan kepada Allah SWT., al-Qur'an al-Karim, dan Rasulullah SAW.. Sehingga mustahil mengatakan riba itu haram tanpa beriman kepada hal-hal tersebut.

Pemikiran bahwa manusia yang membuat sistem (peraturan) yang akan dijalankan oleh masyarakat adalah pemikiran cabang dari pemikiran dasar dalam akidah Kapitalisme, yang tegak di atas bahwa Allah SWT.- meremehkan-N ya-adalah Sang Pencipta namun tidak Maha Mengatur (memisahkan agama dari kehidupan). Dan seterusnya.

Adapun pilihan terhadap alam semesta, manusia dan kehidupan, sebab tiga hal inilah yang terjangkau oleh indera manusia, dan dipahami oleh akalnya. Sehingga dengan benar-benar memahaminya dapat

84 Akidah menurut bahasa diambil dari 'aqadahu ya'qiduhu 'aqd[ an] . Al-'Aqdu (pengikatan) law an al-H allu (penguraian). Dikatakan: 'aqada al-habla wa al-bai'a wa al-'ahda ya'qiduhu , artinya mengikat tali, jual beli

dan perjanjian. Lihat: Lisan al-Arab , vol. III, hlm. 296; M ukht ar ash- Shihhah , hlm. 467; dan al-Qamus al-M uhit h , hlm. 383. Mengingat t empat akidah it u di hat i, maka dikat akan: Akidah adalah sesuatu yang mengikat dan menjadi ket etapan hat i.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Definisi ini tidak khusus untuk akidah Islam saja, namun untuk akidah Islam dan akidah-akidah yang lain. Akidah Islam telah berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan manusia. Sebab, akidah Islam telah menjelaskan bahwa di balik alam semsta, manusia dan kehidupan ada pencipta yang telah menciptakannya, dan yang menciptakan segala sesuatu, yaitu Allah SWT.. Ini merupakan jaw aban atas pertanyaan-pertanyaan manusia tentang sebelum kehidupan dunia ini. Begitu juga, akidah Islam telah menjelaskan tentang sesudah kehidupan dunia, yaitu hari akhirat. Adapun hubungan dengan sebelum kehidupan dunia adalah eksistensi kehidupan sebagai makhluk (ciptaan) bagi Sang Pencipta, yaitu Allah SWT.. Allah SWT. memerintahkan manusia agar menjalani kehidupan ini sesuai dengan peraturan-N ya. Adapaun hubungan kehidupan dengan sesudahnya adalah adanya hisab (perhitungan) atas apa yang telah dilakukan manusia didalam kehidupan. Dengan demikian, manusia harus meyakini bahwa dirinya akan dihisab nanti pada hari kiamat atas perbuatan-perbuatannya didalam kehidupan dunia. Demikianlah, akidah Islam telah menjawab pertanyaan- per tanyaan manusia, dan telah member ikan jaw aban (solusi) atas problem terbesar yang menyelimuti manusia. 85

b. Syarat-syarat Akidah yang benar

Sesungguhnya, eksistensi akidah adalah memberikan pemikiran yang menyelur uh tentang alam semesta, manusia dan kehiduapan. Meski demikian, tidak berarti bahwa akidah itu benar, namun terkadang juga salah. Sedang yang menentukan eksistensi akidah itu benar atau salah adalah terealisasikannya dua syarat: Pertama, hendaklah akidah itu sesuai

85 Lihat: N izhom al-Islam , hlm. 4, 5, 12, 24, 25; M afahim H izb at -Tahrir , hlm. 15; asy- Syakhshiyah al- Islamiyah , vol. I, hlm. 15, 195; al-Fikr al-Islami , hlm. 7; M uqaddimah ad-Dust ur , hlm. 18; dan at -Tafkir,

hlm. 68.

Jelaslah bahwa dibalik persyaratan Hizbut Tahrir dengan dua syarat ini adalah bahwa fitrah dan akal membentuk komponen yang sebenarnya bagi manusia, seperti telah dijelaskan sebelumnya. 87 Untuk itu, akidah harus sesuai dengan fitrah manusia dan mampu meyakinkan akalnya.

Adapun metode menentukan kesesuaian akidah Islam dengan fitrah manusia, dan kemampuannya dalam meyakinkan akal adalah eksistensi akidah Islam datang utnuk menetapkan apa yang ada dalam fitrah manusia, yaitu perasaan lemah, dan butuh pada Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. N amun, apabila keimanan itu dibangun hanya melalui fitrah semata, maka tidak dijamin akibatnya, serta tidak dijamin dapat menghantarkan pada kebenaran, sebab banyak manusia yang mengimani sesuatu yang tidak layak untuk diimani, akhirnya manusia terjeremus dalam kekufutan dan kesesatan. Oleh karena itu, Islam tidak membiarkan fit r ah semat a sebagai jalan membangun keimanan, namun Islam menjadikan penggunaan akal sebagai suatu keharusan ketika beriman kepada Allah SWT.. Akal memperhatikan apa yang ada di alam semesta, manusia dan kehidupan. Agar dengan semua itu manusia menjadikannya sebagai dalil atas adanyan Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur, yang telah menciptakan makhluk-makhluk ini. Akal membantu manusia untuk menemukan kesempur naan mutlak yang sedang dicar i oleh fitrahnya. Kesempurnaan mutlak itu tidak ada pada manusia, alam semesta dan kehidupan, lalu akal menunjukkannya, manusia pun memahaminya,

86 Lihat: N izhom al-Islam , hlm. 5, 26, 40, 42; asy-Syakhshiyah al-Islamiyah , vol. I, hlm. 21; at -Tafkir , hlm. 82; dan al-Fikr al-Islami , hlm. 13, 16.

87 Lihat: Tesis ini halaman 191.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Demikianlah, Hizbut Tahrir Telah mengkaji topik kesesuaian akidah Islam dengan fitrah, dan eksistensi akidah Islam yang dibangun di atas akal, pada beberapa buku, di antara buku-buku yang telah diadopsinya. Sebagaimana H izbut Tahr ir juga t elah menjelaskan dengan r inci berdasarkan dalil (argumentasi) rasional tentang keimanan kepada Allah SWT., keesaan-N ya, eksistensi al-Qur'an sebagai firman Allah sekaligus syari'at-N ya, dan sesungguhnya Muhammad SAW. adalah rasul (utusan)

Allah SWT.. 89

c. Definisi akidah dalam pengertiannya yang khusus tentang akidah Islam

Hizbut Tahrir mendefinisikan akidah dalam pengertiannya yang khusus tentang akidah Islam, bahwa akidah Islam adalah iman kepada Allah, malaikat-N ya, kitab-kitab-N ya, para Rasul-N ya, hari akhir, dan qodha' qodar 90 baik dan buruk keduanya dari Allah SWT.. Hizbut Tahrir benar- benar telah menjelaskan dengan rinci pembahsan seputar rukun iman yang enam ini serta dalil-dalilnya dalam kitab asy-Syakhshiyah al-Islamiyah juz pertama. 91 Sebagaimana Hizbut Tahrir juga telah mengkaji tentang

penjelasan makna dua kalimat syahadat di sejumlah publikasi- publikasinya. 92

Adapun iman, 93 maka Hizbut Tahrir mendefinisikannya, bahwa iman adalah pembenaran yang pasti ( at -t ashdiq al-jazim ) yang sesuai dengan

fakta berdasarkan bukti ( 94 dalil ). Kemudian Hizbut Tahrir menjelaskan

____________________ 88 Lihat: N izhom al- Islam , hlm. 7, 37, 39; asy-Syakhshiyah al- Islamiyah , vol. I, hlm. 21; al-Fikr al-Islami ,

hlm. 15; dan at -Tafkir , hlm. 73. 89 Lihat: N izhom al- Islam , hlm. 5, 12; asy- Syakhshiyah al- Islamiyah , vol. I, hlm. 31, 42; dan al-Fikr al-

Islami , hlm. 4, 13, 16. 90 Lihat: N izhom al-Islam , hlm. 13;

H izb at -Tahrir , hlm. 27; asy- Syakhshiyah al-Islamiyah , vol. I, hlm. 29; dan al- Fikr al- Islami , hlm. 65. 91 Lihat: Asy-Syakhshiyah al- Islamiyah , vol. I, hlm. 29 dan seterusnya. 92 Lihat: Al-Fikr al-Islami , hlm. 13, 16; dan

H izb at -Tahrir , hlm. 27.

93 Iman menurut bahasa al-Aman (keamanan at au ketentraman) dan al- Amanah (kepercayaan). Al-Amnu (ket ent raman) law an dari al- Khaufu (ket akut an), al- Amanah (kejujuran) law an dar i al- Khiyanah

(pengkhianatan), al-Imanu (keimanan) law an dari al-Kufru (kekufuran). Sedang, al-Iman dengan arti at- Tashdiq (pembenaran) law annya at -Takdib (pengingkaran). Dikatakan amana bihi qaumun wa kadzdzaba bihi qaumun (suatu kaum membenarkannya dan suatu kaum mengingkarinya). Lihat: Lisan al-Arab , vol.

X III, hlm. 21; dan M ukht ar ash- Shihhah , hlm. 20. 94 Lihat: Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah , vol. I, hlm. 29; Izalah al-At rubah an al- Judzur , hlm. 1; Ijabah al-Sail

Syarah Bughyah al-Amal , Muhammad bin Ismail ash-Shan'ani. Diteliti oleh al-Qadhi Husin bin Ahmad as-Siyaghi dan D R. Hasan Muhammad Maqbuli al-Ahdal, Muassasah ar-Risalah, Beirut , cet . I, 1986 M., hlm. 22, 61; dan al-Ibhaj fi Syarhi al-M inhaj ala M inhaj al-W ushul ila Ilm al-Ushul li al-Baidhawi , Ali bin Abdul Kafi as-Subuki. Diteliti oleh kumpulan ulama, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, cet. I, 1404 H., vol. I, hlm. 30, 38.

Hizbut Tahrir menegaskan kepada pemeluk akidah Islam, yaitu agar mengimani semua apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW. secara utuh (keseluruhan), serta apa yang ditetapkan dengan dalil yang qat h'iy (pasti) secara terperinci. Dan hendaklah semua itu diterima dengan kesukaan hati ( ridha ) dan ketundukan ( t aslim ). Adapaun sekedar mengetahui, maka itu tidak mencukupi. Hizbut Tahrir juga menjelaskan bahwa memberontak (menolak) terhadap perkara terkecil sekalipun yang telah ditetapkan sebagai sebuah keyakinan oleh Islam akan mengeluarkan seseorang dari akidah. Sebab, Islam merupakan kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dari sisi keimanan dan penerimaan. Sehingga, tidak boleh dalam Islam kecuali dit er ima secar a ut uh dan menyelur uh. Maka, membuang (menolak) sebagian dari Islam merupakan bentuk kekufuran. 96

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasu-rasul- N ya, dan bermaksud memperbedakan ant ara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengat akan: 'Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir t erhadap sebahagian (yang lain)', sert a bermaksud (dengan

95 Lihat: Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah , vol. I, hlm. 29; dan Izalah al- At rubah an al- Judzur , hlm. 1. 96 Lihat: Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah , vol. I, hlm. 27.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200