Kewajiban beraktivitas politik

2. Kewajiban beraktivitas politik

Hizbut Tahrir berpendapat bahwa beraktivitas politik adalah fardlu (wajib) kifayah atas kaum Muslim. Dalam hal ini Hizbut Tahrir berdalil dengan firman Allah SWT.:

"Alif Laam M iim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang t erdekat dan mereka sesudah dikalahkan it u akan menang, dalam beberapa t ahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) it u bergembiralah orang-orang

yang beriman." 78 Dan juga berdalil dengan beberapa hadits N abi SAW. di antaranya

adalah sabda Rasulullah SAW.:

75 Lihat. Afkar Siyasiyah , hlm. 11; dan M uqaddimah ad-Dust ur , hlm. 426. 76 Lihat. Afkar Siyasiyah , hlm. 7. 77 Lihat: Abhat s M u'ashirah fi al-Fiqh al- Islami wa UshulihiDirasah M uqaranah , DR. Muhammad Khalid Manshur, Dar Amar, Omman/Yordania, cet . I, 1426 H./2006 M., hlm. 60, 63. 78 QS. Ar-Rum [30] : 1 - 4.

"Sesungguhnya banyak seorang pemimpin yang akan dipercayakan unt uk mengurusi urusan kalian. Kemudian, kalian mengakuinya dan mengi ngkarinya. Barangsiapa yang membenci ( kem ungkaran yang dilakukannya), maka ia t erbebas (dari dosa). Barangsiapa yang mengingkari (kezalimannya), maka ia selamat (dari dosa). Akan t et api, barangsiapa yang rela dan mengikut inya (maka ia t urut mendapat kan dosanya). M ereka berkat a: 'W ahai Rasulullah, mengapa t idak kit a perangi saja mereka?" Rasulullah SAW. bersabda: 'Tidak, selama mereka masih menjalankan shalat '." 79

Sabda Rasulullah SAW.:

"Seut ama-ut amanya jihad adalah menyampaikan ucapan (nasihat )

kebenaran kepada penguasa yang zalim". 80 Dan dari Ubadah bin Shamit berkata:

"N abi SAW. memanggil kami. Kemudian kami berbai'at kepadanya. Lalu, beliau bersabda t ent ang apa yang menjadi kewajiban kami, yait u bahwa kami berbai'at unt uk selalu mendengar dan ment aat inya, baik kami dalam keadaan senang maupun benci, dalam keadaan sulit maupun lapang; kami t idak akan mengut amakan diri kami; dan hendaklah kami t idak merebut urusan (kekuasaan) dari ahlinya, kecuali (sabda beliau) kalian melihat kekufuran yang nyat a, yang kalian dapat membukt ikan di hadapan Allah". 81

Hizbut Tahrir berpendapat sesungguhnya ayat yang mulia dan hadits-hadits ini adalah dalil bahwa beraktivitas politik hukumnya fardlu

79 HR. Muslim. Lihat: Shahih M uslim , vol. III, hlm. 1480. 80 HR. al-Imam Ahmad. Lihat: M usnad al- Imam Ahmad ibn H anbal , vol. III, hlm. 19. 81 M ut t afaqun 'Alaih . Lafadz menurut matan al-Bukhari. Lihat: Shahih al-Bukhari , vol. VI, hlm. 2588; dan Shahih Muslim, vol. III, hlm. 1469.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

(wajib). Sebab politik menurut bahasa adalah 'pemeliharaan berbagai ur usan'. Sedang, memper hat ikan kaum Muslim, t idak lain adalah memperhatikan urusan-ur usan mer eka. Sementara, memper hatikan ur usan-ur usan mer eka, yakni memelihar anya. Maka, mengetahui kebijakan- kebijakab penguasa t er hadap m anusia (r akyat ) dan mengingkarinya (jika ditemukan kesalahan), merupakan aktivitas politik; memperhatikan urusan kaum Muslim, urusan penguasa yang zalim dan mencegahnya merupakan bentuk perhatian terhadap urusan kaum Mus- lim dan pemeliharaan terhadap urusan-urusan mereka; dan merebut kekuasaan tidak lain adalah bentuk perhatian terhadap urusan kaum Muslim dan pemeliharaan terhadap urusan-urusan mereka. Semua hadits ini menunjukkan atas tuntutan yang pasti (tegas), yakni Allah menuntut kaum Muslim dengan tutntutan yang tegas agar mereka memperhatikan kaum Muslim, yakni agar mereka beraktivitas politik. Jadi, berpolitik bagi kaum Muslim hukumnya wajib. 82

Kemudian, Hizbut Tahrir menjelaskan bahwa tujuan dari berpolitik tidak lain adalah membebaskan mereka dari keburukan penguasan dan kejahatan musuh. Oleh karena itu, hadits-hadits ini tidak terbatas hanya pada pembebasan dari keburukan penguasa, melainkan mencakup dua hal. Sabda Rasulullah SAW.:

"Dan memberi nasihat kepada set iap orang Islam". 83

Kata 'nasihat ' di sini datang dengan pengertian umum, yaitu mencakup nasihat kepada seor ang muslim dengan cara membebaskannya dari keburukan penguasa, dan membebaskannya dari kejahatan musuh. Ini artinya melakukan politik dalam negeri ketika mengetahui kebijakan para penguasa terhadap r akyatnya dengan tujuan mengor eksi kebijakan- kebijakannya yang salah. Dan juga melakukan politik luar negeri ketika mengetahui ber agam tipu-daya yang dibangun negar a-negar a kafir terhadap kaum Muslim dengan tujuan membongkarnya, menolong kaum Muslim, dan membebaskan mereka dari kejahatannya. Dengan demikian, kewajibannya tidak hanya melakukan politik dalam negeri saja, namun juga melakukan politik luar negeri. Sebab kewajibannya adalah melakukan aktivitas politik secara mutlak, baik politik dalam negeri maupun politik

82 Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 73, 74. 83 M ut afaqun 'alaih . Lihat: Shahih al-Bukhari , vol. I, hlm. 31; dan Shahih M uslim, vol. I, hlm. 75.

"Alif Laam M iim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang t erdekat dan mereka sesudah dikalahkan it u akan menang, dalam beberapa t ahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) it u bergembiralah orang-orang yang beriman." 84

Ayat ini menunjukkan dengan jelas, betapa besar nya per hatian Rasulullah SAW. dan para shahabat yang mulia terhadap persoalan politik luar negeri, dan betapa besarnya perhatian mereka dalam mengikuti perkembangan berita-berita internasional. Tentunya, hal ini hanya ada pada umat yang akan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Umat tidak akan mudah mengemban dakwah ke seluruh dunia, kecuali apabila umat mengerti politik pemerintahan negara-negara yang lain. Ini artinya bahwa mengerti politik dunia secara umum, dan politik setiap negara yang hendak disampaikan dakwah kepada rakyatnya, atau menolak tipu- dayanya yang membahayakan kita, hukumnya wajib kifayah atas kaum Muslim. Sebab mengemban dakwah hukumnya wajib dan membebaskan umat dari tipu-daya musuh hukumnya juga wajib. Dalam hal ini mustahil bisa sampai kepadanya kecuali dengan mengetahui politik dunia, politik negara-negara yang kami bertujuan untuk mengemban dakwah pada r akyatnya, atau untuk menolak tipu-dayanya. Ketika kaidah syar a' menyatakan:

"Kewajiban yang t idak akan berjalan dengan sempurna kecuali dengan sesuat u, maka adanya sesuat u it u wajib".

Hizbut Tahrir menganggap bahwa melakukan aktivitas politk, baik politik dalam negeri maupun politik luar negeri hukum wajib kifayah atas

84 QS. Ar-Rum [30] : 1 - 4.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200