Struktur Daulah Khilafah Yang Lain

2. Struktur Daulah Khilafah Yang Lain

Sebagaimana Hizbut Tahrir telah mengkaji perkara-perkara yang terkait dengan khalifah, Hizbut Tahrir juga mengkaji struktur Daulah Khilafah yang lain. Hizbut Tahrir telah menjelaskan dengan sangat rinci mengenai dalil-dalil untuk masing-masing str uktur, syarat-syaratnya, aktivitasnya, dan berbagai masalah lain yang terkait dengan masalah tersebut. Semuanya dikaji secara rinci dan mendalam dalam sejumlah kitab yang dikeluarkan Hizbut Tahrir, seperti kitab N izom al-H ukm fi al- Islam 120 , M uqadimah Dust ur , dan Ajhizah Daulat Khilafah .

Berikut ini dalil-dalilnya secara umum.

1. Para mu'awin (pembantu khalifah). Rasulullah Saw. telah memilih Abu Bakar dan Umar menjadi mu'awin (pembantu) beliau. Dari Abu Sa'id al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

"Dua orang wazir-ku dari langit adalah Jibril dan M ikail dan dari penduduk Bumi adalah Abu Bakar dan Umar." 121

Arti kata waziraya dalam hadits di atas adalah dua pembantuku. Sebab itulah maknanya secara bahasa (etimologis). Adapun kata wazir dengan arti yang dikehendaki manusia pada masa ini, yaitu aktivitas pemerintahan tertentu adalah t erm barat (asing) yang tidak dikenal oleh kaum Muslim, dan bahkan menyalahi sistem pemer intahan Islam. Sebab mu'awin (pembantu) yang oleh Rasulullah disebut dengan istlah w azir tidak dikhususkan untuk aktivitas tertentu, melainkan mu'awin yang diserahi oleh khalifah untuk melaksanakan semua aktivitas secara umum, dan tidak boleh mengkhususkannya dengan aktivitas tertentu saja.

2. Para wali (gubernur). Rasulullah Saw. telah mengangkat para wali untuk setiap propinsi. Beliau telah mengangkat Uttab bin Usaid sebagai wali Makkah setelah ditaklukkannya. Beliau mengangkat Badzan bin Sasan sebagai wali Yaman setelah ia masuk Islam. Dan masih banyak lagi para

Lihat: N izom al-H ukm fi al-Islam , hlm. 127-238; M uqaddimah ad-Dust ur , hlm. 113-248; dan Ajhizah Daulah al-Khilafah , hlm. 55-168.

HR. ath-Thirmidzi dan al-H akim. Lihat: Sunan at h-Thirmidzi , vol. ke-5, hlm. 616; dan al-M ust adrak 'ala ash-Shahihain , Muhammad bin Abdullah al-Hakim an-N aisaburi. Ditahqiq: Mushtafa Abdul Qadir 'Atha, serta koment ar ad-Dzahabi dalam at-Talkhish, D ar al-Kut ub al-Ilmiyah, cet. ke-1, 1411 H./ 1990 M., vol. ke-2, hlm. 290. ad-D zahabi berkat a dalam at-Talkhish, hadit s ini shahih.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

3. Pejabat peradilan. Rasulullah Saw. telah mengangkat para qadhi (hakim) untuk memutuskan perkara yang terjadi diantara manusia. Beliau telah mengangkat Ali bin Abu Thalib sebagai qadhi di Yaman. Beliau juga pernah mengangkat Mu'adz bin Jabal dan Abu Musa menjadi qadhi dan amir (wali) di Yaman. Dari Masruq yang mengatakan: "Ada enam orang di antara sahabat Rasulullah yang pernah diangkat menjadi qadhi (hakim), yaitu: Umar, Ali, Abdullah bin Mas'ud, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, dan Abu Musa." 122

4. Struktur administrasi untuk kemaslahatan umum. Rasulullah Saw. telah mengangkat sejumlah sekretaris ( kut t ab ) untuk mengatur sejumlah departemen, yang kedudukannya setaraf dengan D irjen (D ir ektur at Jenderal). Beliau Saw. telah mengangkat Mu'aqib bin Abi Fathimah menjadi sekretaris yang tugasnya mencatat harta ghanimah (rampasan perang), dan Hudzaifah bin Yaman sebagai sekretaris yang mencatat penaksiran buah-buahan di Hijaz. Beliau juga mengangkat selain mereka berdua untuk mengatur departemen-departemen lain, dimana masing-masing memiliki satu orang sekretaris.

5. Angkatan Bersenjata (militer). Secara administrasi struktur ini ikut pada Amirul Jihad (Departemen Peperangan) Rasulullah Saw. secara riil adalah panglima perang. Beliau sendiri yang melaksanakan administrasinya dan mengatur semua urusannya. Terkadang beliau mengangkat para panglima untuk melaksanakn tugas-tugas kemiliter an. Beliau telah mengangkat Abdullah bin Jahsy untuk memimpin pasukan yang bertugas mengumpulkan berita yang beliau butuhkan tentang kaum kafir Quraisy. Beliau mengangkat Abu Salamah bin Abdul Asad sebagai panglima detasemen yang terdiri dari seratus lima puluh prajurit, dan beliau sendiri yang mengikatkan panji-panjinya. Dalam detasemen tersebut terdapat para pahlawan pilihan kaum Muslim, di antaranya adalah Abu Ubaidah bin Jarrah, Sa'ad bin Abi Waqash, dan Usaid bin Hudhair. 123

6. Majelis Umat. Fungsi majlis umat adalah syura (member ikan masukan) dan mengoreksi kebijakan penguasa. Rasulullah Saw. tidak memiliki majelis t er t entu yang sifat nya per manen, t et api beliau bermusyawarah dengan kaum Muslim kapan saja beliau kehendaki. Pada perang uhud, beliau mengumpulkan dan bermusyawarah dengan mereka. Begitu juga pada w aktu ter jadi hadit sul ifki (cer ita bohong) beliau

HR. at h-Thabarani. Lihat: al-M u'jam al-Kabir, vol. ke-1, hlm. 197.

Lihat: N izom al- H ukm fi al- Islam , hlm. 45, 46; dan M uqaddimah ad-Dust ur , hlm. 109, 110.

7. Amirul Jihad (Kepala Departemen Peperangan). Amir ul Jihad bertugas memimpin empat departemen yaitu militer (pasukan), hubungan internasional, keamanan dalam negeri, dan perindustrian. Masing-masing dari empat departemen ini boleh memiliki struktur sendiri yang langsung berhubungan dengan khalifah atau semuanya bergabung dengan militer dibawah str uktur amirul jihad. Rasulullah Saw dan par a khalifahnya memimpin langsung empat depar temen ter sebut. Rasulullah Saw. m enyiapkan dan mem im pin langsung angkat an ber senjat anya, sebagaimana beliau memimpin langsung urusan luar negeri dan dalam negeri. Begitu juga beliau telah mengutus orang-orang ke Jurasy Yaman untuk belajar membuat senjata. Semua hal tersebut diikuti oleh para khalifah setelah beliau, kecuali Umar bin Khaththab, yang membentuk departemen militer ( dewanul jundi ), dengan struktur administrasi yang berada, dibawah komando Amirul Jihad.

Dar i uraian diatas dapat diketahui bahwa Rasulullah Saw. telah mendirikan struktur N egara Islam tertentu, dengan model tertentu, yang terus dijalankan sampai beliau wafat. Kemudian semua itu dilanjutkan oleh par a k hali fah sesudahnya. M er eka m enjalank an r oda pemer intahannya sesuai dengan str uktur yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw. dan kondisi tersebut disaksikan langsung oleh para sahabat. Oleh karena itu, struktur dalam N egara Islam terikat dengan model tersebut. 124

Meskipun dalam beberapa masalah Hizbut Tahrir telah melakukan ijtihad sendiri atau meninggalkan sebagian atas sebagian yang lain, baik masalah-masalah yang berhubungan dengan khalifah, syarat-syaratnya, atau dengan struktur-struktur lainnya. N amun, apabila kita menelaah kitab- kitab yang telah popular dalam menjelaskan struktur Daulah Khilafah, seperti kitab a l-Ahkam as-Sut haniyyah , karya al-Ma'wardi; al-Ahkam as-

Lihat : N izom al-H ukm fi al- Islam , hlm. 46-48; M uqaddimah ad-D ust ur , hlm. 110-111; dan Ajhizah Daulah al- Khilafah , hlm. 84, 85.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Sult haniyyah , karya al-Qadhi Abu Ya'la; M a't sar al-Inafah fi M a'alim al- Khilafah , karya al-Qalqasyandi, dan kitab-kitab yang lain, maka tampak dengan jelas bahwa apa yang telah ditabanni oleh Hizbut Tahrir secara umum tidak jauh berbeda dari apa yang telah ditetapkan oleh para ulama kaum Muslim. Sekalipun Hizbut Tahrir menambahkan beberapa struktur yang terkait dengan administrasi, seperti departemen penerangan. Hal itu semua masuk kedalam keumuman dalil-dalil yang menjadi sandaran Hizbut Tahrir dalam menetapkan struktur tersebut.