Pertentangan demokrasi dengan Islam

3. Pertentangan demokrasi dengan Islam

Setelah pemaparan terhadap fakta demokrasi, kelahirannya, dan asas yang menjadi pijakannya, maka H izbut Tahr ir ber pendapat bahw a demokr asi secara menyeluruh bertentangan dengan Islam, tentang sumber yang membawanya, akidah yang melahirkannya, asas yang menjadi pijakannya, serta pemikiran-pemikiran dan sistem-sistem yang dibawanya.

a. Pertentangan demokrasi dengan Islam tentang sumber yang membawanya

Sumber yang membaw a demokr asi adalah manusia. D alam demokr asi yang berkuasa mengeluarkan hukum atas perbuatan dan sesuatu itu baik atau buruk adalah akal. Asal usul demokrasi itu sendiri dibuat oleh para ahli filsafat dan intelektual Eropa yang muncul ketika terjadi perselisihan yang sengit antara para Raja di Eropa dengan rakyatnya. Dengan demikian, demokrasi itu buatan manusia. Jadi, dalam demokrasi yang berkuasa membuat hukum adalah akal dan manusia.

Adapun Islam, maka sebaliknya dari semua itu. Islam datang dari Allah SWT. diwahyukan kepada Rasul-N ya, Muhammad bin Abdillah SAW.. Allah SWT. berfirman:

"Dan t iadalah yang diucapkannya it u (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya it u t iada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)". 29

28 Lihat : N izom al-Islam, hlm. 27; dan ad-D imuqrat hiyah N izom al-Kufr, hlm. 7, 8. 29 QS. An-N ajm [53] : 3-4.

Dan firman-N ya:

"Sesungguhnya Kami t elah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan". 30

Dalam Islam yang berhak mengeluarkan hukum hanyalah Allah SWT., yakni syara', sama sekali bukan akal. Allah SWT. berfirman:

"Keput usan it u hanyalah kepunyaan Allah. Dia t elah memerint ahkan agar kamu t idak menyembah selain Dia". 31

Dan firman-N ya:

"Kemudian jika kamu berlainan pendapat t ent ang sesuat u, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya)". 32

Dan firman-N ya:

"Tent ang sesuat u apapun kamu berselisih maka put usannya (t erserah) kepada Allah". 33

Sedangkan aktivitas akal terbatas hanya untuk memahami nash-nash yang diturunkan oleh Allah SWT.. 34

b. Pertentangan demokrasi dengan Islam tentang akidah yang melahirkannya

Sesungguhnya akidah yang melahirkan demokrasi adalah akidah

30 QS. Al-Qadr [97] : 1. 31 QS. Yusuf [12] : 40. 32 QS. An-N isaa' [4] : 59 33 QS. Asy-Syuraa [42] : 10. 34 Lihat: Ad- Dimuqrat hiyah N izom al-Kufr , hlm. 45; dan Tesis ini halaman 208.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Sedangkan Islam, maka sangat berbeda dengan semua itu. Islam dibangun di atas akidah Islam, yang mewajibkan seluruh urusan kehidupan dan negara dijalankan berdasarkan perintah-perintah Allah dan larangan- larangan-N ya, yakni berdasarkan hukum-hukum syara' yang terpancar dari akidah ini. Manusia tidak memiliki hak sama sekali untuk membuat sistem kehidupannya. Kewajiban manusia hanya berjalan sesuai sistem kehidupan yang telah dibuat oleh Allah untuk dirinya. Dan berdasarkan akidah ini dibangun hadlarah (peradaban) Islam, dan ditetapkan pula pandangan hidup. 35

c. Pertentangan demokrasi dengan Islam tentang asas yang menjadi pijakannya

Adapun pertentangan demokrasi dengan Islam dalam hal asas yang menjadi pijakannya. Demokrasi tegak di atas asas dua pemikiran, yaitu kedaulatan milik rakyat dan rakyat sumber kekuasaan.

Tentang kedaulatan dalam demokrasi milik rakyat. Sebab, demokrasi menjadikan rakyat sebagai pemilik kehendaknya dan sekaligus yang menjalankannya, bukan para Raja. Rakyat yang melaksanakan seluruh kehendaknya ini. Kar ena ia sebagai pemegang kedaulatan, pemilik kehendak dan sekaligus yang menjalankannya, maka jadilah rakyat yang memiliki hak membuat konstitusi, yang mer upakan per nyataan dari pelaksanaan kehendaknya dan menjalankannya, dan juga merupakan pernyataan dari kehendak umum seluruh r akyat. Rakyat melakukan pembuatan konstitusi melalui para wakil yang dipilihnya untuk membuat

________________________

35 Lihat: Ad-D imuqrat hiyah N izom al-Kufr , hlm. 46; H izb at -Tahrir , hlm. 37; dan Tesis ini halaman 280

296

konstitusi sebagai pengganti rakyat. Oleh karena itu, rakyat memiliki hak membuat UUD apapun, sistem apapun dan undang-undang apapun, serta menghapus UUD apapun, sistem apapun dan undang-undang apapun sesuai kepentingannya. Rakyat berhak mengubah sistem pemerintahan dari kerajaan menjadi republik, atau sebaliknya, dan juga mengubah sistem republik presidensil menjadi parlementer, atau sebaliknya. Sebagai contoh misalnya, perubahan sistem pemerintahan yang terjadi di Prancis, Italia, Spayol, dan Yunani dari kerajaan menjadi republik, sebaliknya dari republik menjadi kerajaan. Rakyat juga berhak mengubah sistem ekonomi dari kapit alisme menjadi sosialisme, dan sebaliknya. Rakyat membuat konstitusi melalui wakilnya tentang bolehnya murtad (keluar) dari agama lalu masuk ke agama lain, atau menjadi tidak beragama. Juga membolehkan zina, sodomi, dan menjadikan keduanya sebagai profesi. Sedang eksistensi rakyat sebagai sumber kekuasaan, sebab rakyat yang memilih penguasa yang dikehendakinya, uantuk menerapkan konstitusi yang dibuatnya, dan menjadi pengatur nya. Rakyat juga ber hak memecat penguasa dan menggantinya dengan yang lain. D engan demikian, r akyat pemilik kekuasaan dan penguasa menerima kekuasaan itu dari rakyat. 36

Adapun dalam Islam, maka kedaulatan milik syara', bukan milik umat (rakyat). Allah SWT. adalah satu-satunya yang berhak membuat konstitusi. Selur uh umat (r akyat) tidak memiliki hak untuk membuat atur an, sekalipun hanya satu hukum. Sekiranya seluruh kaum Muslim berkumpul, lalu mereka bersepakat membolehkan riba untuk menyelamatkan kondisi perekonomian; atau mereka bersepakat membolehkan lokalisasi tempat tertentu untuk perzinahan (pelacuran) sehingga pelacuran tidak menyebar (berkeliaran) di tengah-tengan masyarakat; atau mereka bersepakat untuk menghapus kepemilikan individu; atau mereka bersepakat untuk menghapus kewajiban puasa agar dapat meningkatkan produktifitas. Semua kesepakat an ini t idak ber nilai sama sekali. Bahkan dalam pandangan Islam, nilainya tidak sama dengan sayap nyamuk sekalipun. Apabila hal itu diajukan oleh sekelompok kaum Muslim, maka mereka harus diperangi sampai mereka menarik kembali apa yang diajukan itu. Kaum Muslim, seluruh aktivitasnya terikat dengan perintah-perintah Al- lah dan larangan-larangan-N ya. Kaum Muslim tidak boleh melakukan satu akt ivit as pun yang ber t ent angan dengan hukum- hukum Islam . Sebagaimana, kaum Muslim tidak boleh membuat syari'at, meski hanya satu hukum. Sebab Allah satu-satunya pembuat syari'at ( musyarri' ).

36 Lihat: Ad- Dimuqrat hiyah N izom al-Kufr , hlm. 47, 48; dan H izb at -Tahrir , hlm. 37, 38.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Kemudian Hizbut Tahrir menyebutkan beberapa ayat dan hadits yang menunjukkan atas hal itu. Di antaranya firman Allah SWT.:

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekat nya) t idak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka t idak merasa keberat an dalam hat i mereka t erhadap put usan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya". 37

Dan firman-N ya:

"M enet apkan hukum it u hanyalah hak Allah". 38

Dan firman-N ya:

"Apakah kamu t idak memperhat ikan orang-orang yang mengaku dirinya t elah beriman kepada apa yang dit urunkan kepadamu dan kepada apa yang dit urunkan sebelum kamu? M ereka hendak berhakim kepada t haghut , padahal mereka t elah diperint ah mengingkari t haghut it u. Dan syait an bermaksud menyesat kan mereka (dengan) penyesat an yang sejauh- jauhnya". 39

Dan sabda Rasulullah SAW.:

37 QS. An-N isa' [4] : 65. 38 QS. Al-An'am [6] : 57; dan QS. Yusuf [12] : 40. 39 QS. An-N isa' [4] : 60.

"Barangsiapa yang melakukan suat u amal perbuat an yang t idak berdasarkan at as perint ahku, maka amal perbuat an it u dit olak". 40 Yang dimaksud dengan 'tidak berdasarkan atas perintahku' dalam hadits ini adalah Islam. 41

Adapun dalam kont ek kekuasaan, m aka Islam menjadikan penerapan perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-N ya butuh pada kekuasaan yang akan menerapkannya. Oleh karena itu, Islam menjadikan kekuasaan milik umat (rakyat), yakni umat berhak memilih penguasa untuk menjadi wakilnya dalam menerapkan perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-N ya. Hal ini bersandarkan kepada hadits-hadits tentang bai'at yang menjadikan hak mengangkat Khalifah milik kaum Muslim dengan bai'at yang berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah. Rasulullah SAW. bersabda:

"Barangsiapa yang mat i, sedang di pundaknya t idak ada bai'at , maka ia mat i sepert i mat i jahiliyah". 42

Dari Abdullah bin Umar. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda:

"Barangsiapa yang t elah membai'at seorang imam, lalu ia memberikan uluran t angannya dan buah hat inya, maka t aat ilah selama mampu. Jika dat ang orang lain yang hendak merampas kekuasaannya, maka bunuhlah orang lain it u". 43

Dan masih banyak lagi hadits yang menunjukkan bahwa umat yang berhak mengangkat penguasa melalui bai'at berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah. Kemudian H izbut Tahrir menjelaskan, meskipun syar a' menjadikan kekuasaan itu milik umat (rakyat) yang diwakilkan kepada

40 Hadits ini diriw ayat kan oleh Muslim. Lihat : Shahih M uslim , vol III, hlm. 1343. 41 Lihat:

ad- Dimoqrat hiyah N izom ak-Kufr , hlm. 49, 50; dan H izb at -Tahrir , hlm. 37, 38. 42 Hadits ini diriw ayat kan oleh Muslim. Lihat : Shahih M uslim , vol III, hlm. 1478.

43 Hadits ini diriw ayat kan oleh Muslim. Lihat : Shahih M uslim , vol III, hlm. 1472.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

d. Pertentangan demokrasi dengan Islam tentang pemikiran dan sistem yang dibawanya

Ketika demokr asi mer upakan r epresentasi dari sebuah sistem pemerintahan mayoritas, maka pemilihan penguasa, anggota parlemen, yudikatif, lembaga, institusi dan lainnya selesai dengan suara mayoritas. Begitu juga pembuatan berbagai peraturan (hukum), dan pengambilan berbagai keputusan di parlemen, komisi, institusi dan lembaga diputuskan berdasarkan pendapat mayoritas. Oleh karena itu, suara mayoritas dalam sistem demokrasi mengikat bagi semua penguasa dan selain penguasa. Sebab suar a mayor itas mer upan ekpresi kehendak r akyat. Sedang kewajiban minoritas hanyalah tunduk, menyerah dan mengalah kepada pendapat mayoritas.

Adapun Islam, maka persoalannya sangat jauh berbeda dengan demokrasi. Dalam Islam, persoalan-persoalan hukum tidak tergantung dengan pendapat mayoritas atau minoritas, melainkan tergantung dengan nash-nash (dalil-dalil) syara' . Sebab, yang berhak membuat hukum ( al- musyarri' ) hanyalah Allah SWT., bukan umat (rakyat). Sedang yang punya otor itas untuk mengadopsi berbagai hukum yang diperlukan dalam mengur usi ur usan-ur usan manusia dan dalam menjalankan r oda pemerintahan hanyalah Khalifah saja. Khalifah mengambil hukum-hukum dar i nash-nash syara' yang terdapat dalam al-Qur'an dan as-Sunnah,

didasarkan pada kuatnya dalil dan dengan ijtihat yang benar. 45 Pemikiran (konsep) tentang kebebasan umum ini, yakni kebebasan

ber akidah atau ber agama ( hurriyah al-akidah/Freedom of Religion ), kebebasan perpendapat ( hurriyah ar-ra'yi /Freedom of Opinion ), kebebasan kepemilikan ( hurriyah at -t amalluk/Freedom of Ownership ), dan kebebasan ber per ilaku ( hurriyah asy-syakhshiyah/Personal Freedom ) mer upakan pemikiran yang paling menonjol yang dibawa oleh sistem demokrasi. Bahkan dianggap sebagai asas di antar a asas-asas demokr asi yang terpenting. Sebab dengan kebebasan ini memungkinkan bagi individu untuk melaksanakan kehendaknya, dan menjalankannya dengan sesuka hatinya, tanpa adanya tekanan dan paksaan. Rakyat tidak akan mampu

44 Lihat: ad-Dimoqrat hiyah N izom ak- Kufr , hlm. 51, 52; dan Hizb at-Tahrir, hlm. 38. 45 Lihat:

ad- Dimoqrat hiyah N izom ak-Kufr , hlm. 51, 52; dan H izb at -Tahrir , hlm. 38.

Berdasarkan kajian di atas, maka Hizbut Tahrir memutuskan bahwa kaum Muslim haram mengambil demokr asi dan mendakwahkannya; mendirikan partai politik berasaskan demokrasi; mengambil demokrasi sebagai pandangan hidup atau menerapkannya; menjadikannya sebagai asas bagi UUD dan undang-undang; menjadikannya sebagai sumber di antara sumber-sumber UUD dan undang-undang; menjadikannya senagai asas pendidikan dan tujuannya; dan kaum Muslim wajib membuangnya secara menyeluruh. Demokrasi itu najis, hukum t haghut , kufur, pemikiran kufur, sistem kufur, dan undang-undang kufur. Apalagi demokrasi, sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengan Islam. 47