Konsep Ideologi

1. Konsep Ideologi

a. Definisi Ideologi Menurut Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir berpendapat bahwa manusia menyebutkan istilah ideologi ( mabda' ) terhadap beberapa pemikiran cabang yang di atasnya dapat dibangun pemikir an-pemikiran lain, yang sifatnya cabang juga. Dikatakan ideologi kejujuran, ideologi kesetiaan, dan ideologi tolong- menolong; atau dikatakan dasar-dasar akhlak, dasar-dasar ekonomi, dasar- dasar perundang-undangan, dan dasar-dasar sosial. Semua itu, mereka maksudkan pemikir an-pemikiran tertentu tentang ekonomi yang di atasnya dibangun pemikiran-pemikiran yang berasal darinya; pemikiran- pemikiran tertentu tentang perundang-undangan yang di atasnya dibangun pemikiran-pemikiran yang berasal darinya; dan seterusnya. Hizbut Tahrir berpendapat ini semua tidak benar. Sebab, semuanya ini bukan ideologi, melaikan kaidah-kaidah atau pemikiran-pemikiaran. 1

Ideologi merupakan pemikir an dasar. Sedang semua itu bukan pemikiran dasar, melaikan pemikiran cabang. Sebab, bagaimanapun juga, pemikiran yang dibangun di atas pemikiran, secara mutlak tidak akan pernah menjadi pemikiran dasar. N amun, tetap berupa pemikiran cabang, meski di atasnya dibangun pemikiran-pemikiran, atau darinya dilahirkan pemikiran-pemikiran, selama ia bukan pemikiran dasar, melainkan lahir dari pemikiran lain, atau semuanya berasal dari pemikiran dasar. Kejujuran, kesetiaan, tolong-menolong, dan lainnya merupakan pemikiran-pemikiran cabang, bukan dasar. Sebab, semuanya diambil dari prmikiran dasar, sehingga semuanya bukan pemikiran dasar. Kejujuran, misalnya adalah pemikiran cabang dari pemikiran dasar. Kejujuran merupakan hukum syara' yang diambil dari syari'at bagi kaum Muslim. Kejujuran merupakan sifat yang bagus dan bermanfaat yang diambil dari pemikiran Kapitisme bagi yang bukan kaum Muslim. Ini artinya bahwa pemikiran tidak dinamakan

1 Lihat: Al-Fikr al-Islami , hlm. 6.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Ber dasar kan semua itu, H izbut Tahr ir mendefinisikan ideologi dengan akidah 'aqliyah (rasional) yang darinya lahir sistem kehidupan. Sebab, pemikiran dasar, seperti yang telah kami sebutkan di atas adalah pemikiran yang sebelumnya tidak ditemukan pemikiran. Pemikiran dasar ini terbatas pada pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Dan tidak ditemukan pemikiran dasar pada yang lainnya. Sebab pemikiran ini adalah asas dalam kehidupan. Apabila manusia mengamati dirinya sendiri, maka ia menemukan bahwa dirinya adalah seorang manusia yang hidup di alam semesta. Selama belum ditemukan di sisinya pemikiran tentang dirinya, kehidupan dan alam semesta, dari sisi keberadaan dan pembentukan, maka tidak mungkin memberikan pemikiran yang layak sebagai asas bagi kehidupannya. Oleh karena itu, kehidupannya akan tetap berjalan tanpa asas, berubah-ubah, plin-plan dan tidak tetap, selama pemikiran dasar tersebut belum ada, yakni selama belum ada pemikiran yang menyeluruh tentang dirinya, kehidupan dan alam semesta. Dari sini, maka pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan adalah pemikiran dasar, yaitu akidah.

Hanya saja tidak mungkin dari akidah ini dilahir kan pemikiran- pemikiran, atau di atasnya dibangun pemikiran-pemikiran, kecuali apabila ia berupa pemikiran, yakni ia merupakan hasil dari kajian rasional. Adapun apabila ia ber upa dogmatis, maka ia bukan pemikir an, dan tidak dinamakan pemikiran menyeluruh, meski sah-sah saja dinamakan dengan akidah. Oleh karena itu, akidah harus berupa pemikiran yang menyeluruh yang dicapai manusia melalui jalan akal, yakni hasil dari kajian rasional, maka ketika itu ia berupa akidah rasional, dan ketika itu dilahirkan darinya pemikiran-pemikiran dan di atasnya dibangun pemikiran-pemikiran, yakni darinya dilahirkan hukum-hukum yang berisi solusi-solusi bagi berbagai problematika kehidupan. Kapanpun akidah rasional ini ada, dan darinya dilahirkan hukum-hukum yang memberikan jawaban terhadap berbagai problematikan kehidupan, maka ideologi itu ada. Oleh karena itu, ideologi adalah akidah rasional yang darinya dilahirkan sistem kehidupan. Ketika Hizbut Tahrir mengatakan ideologi, maka termasuk di dalamnya adalah pemikir an ( fikrah ) dan metode ( t hariqah ). Yang dimaksud dengan pemikir an ( fikrah ) adalah akidah dan hukum-hukum syar a' yang menjelaskan solusi-solusi atau jaw aban atas ber bagai pr oblematika kehidupan. Sedang yang dimaksud dengan metode ( t hariqah ) adalah cara

pener apan hukum-hukum (solusi-solusi), car a memelihar a akidah

dari yang lainnya. 3 Begitu juga, tentang lahirnya ideologi di sisi manusia tidak lepas dari dua hal: wahyu dari Allah SWT. kepadanya, dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya, atau kecerdasar yang terpancar dalam diri seseorang. Adapun ideologi yang lahir dalam benak manusia dan bersumber dari wahyu Allah SWT. adalah ideologi yang benar, sebab ideologi ini berasal dari Tuhan yang menciptakan alam semesta, manusia dan kehidupan, yaitu Allah SWT.. Sehingga ia merupakan ideologi yang qat h'i (definitif). Adapun ideologi yang lahir dalam benak seseor ang yang ber sumber dar i kecerdasan yang terpancar dalam dirinya adalah ideologi yang batil. Sebab ideologi ini lahir dari akal yang terbatas, dan tidak mampu menguasai kehidupan. Di samping, pemahaman (persepsi) manusia dalam membuat at ur an besar kem ungkinan dalam menim bulkan per t ent angan, perselisihan, dan kontradiksi, serta terpengaruhnya dengan lingkungan tempatnya berada juga merupakan faktor di antara faktor-faktor yang menghasilkan sistem kehidupan yang kontradiksi, yang berakibat pada celakanya manusia. Oleh karena itu, ideologi yang lahir dalam benak manusia yang bersumber dar i kecer dasan adalah batil, baik dalam akidahnya maupun dalam sistem yang dilahirkan darinya. 4

b. Ideologi-ideologi yang ada di dunia dan sikap Hizbut Tahrir kepadanya