Pandangan Hizbut Tahrir Terhadap Manusia

1. Pandangan Hizbut Tahrir Terhadap Manusia

Hizbut Tahr ir berpendapat bahwa manusia mer upakan entitas (makhluk hidup) yang dalam dirinya oleh Allah SWT. dilengkapi dengan potensi-potensi yang mendorongnya untuk melakukan aktvitas-aktivitas tertentu. Potensi-potensi itu berupa kebutuhan-kebutuhan jasmani ( al- hajat al-udhawiyah ), naluri-naluri ( al-gharaiz ), daya berpikir ( at -t afki r), termasuk juga ruh (nyawa) yang merupakan rahasia hidup ( sirrul hayah ).

a. Kebutuhan Jasmani dan N aluri

1. Pengertian Kebutuhan Jasmani dan N aluri. Hizbut Tahrir menyatakan bahwa al-hajat al-udhawiyah (kebutuhan- kebutuhan jasmani) mer upakan at h-t haqah al-hayawiyah (potensi kehidupan) yang mendorong manusia untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, serta menuntut kepuasan yang sifatnya harus. Artinya, jika kepuasannya tidak terpenuhi, maka manusia akan mati. Misalnya, lapar, haus dan buang air besar. Sehingga, apabila manusia tidak memenuhi kepuasan per kar a-perkara ter sebut, maka manusia akan celaka dan bahkan bisa mati.

Adapun, al-gharaiz (naluri-naluri), maka Hizbut Tahrir menyatakan bahwa al-gharaiz (naluri-naluri) mer upakan at h-t haqah al-hayawiyah (potensi kehidupan) yang mendorong manusia untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu, serta menuntut kepuasan, namun sifatnya tidaklah harus. Artinya, jika kepuasan al-gharaiz (naluri-naluri) ini tidak terpenuhi, maka manusia tidak akan celaka dan tidak akan mati. N amun yang terjadi hanyalah rasa cemas dan sakit. Perasaan cemas ini akan tetap mengganggu manusia sampai kepuasannya terpenuhi. 6

Di sini harus kami tegaskan bahwa Hizbut Tahrir menolak pandangan para ahli psikologi (ilmu jiwa) tentang al-gharaiz (naluri-naluri), yang menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat banyak sekali naluri, di antaranya ada yang sudah diketahui, dan ada pula yang belum. Sebab, dalam pandangan Hizbut Tahrir bahwa potensi kehidupan manusia, yang berupa naluri-naluri itu tergabung dalam tiga kelompok, yaitu: g harizah at -t adayyun (naluri beragama), gharizah an-nau' (naluri melangsungkan spesies), dan gharizah at -baqa' (naluri mempertahankan diri). Ini, artinya

6 Lihat. N izhom al-Islam , hlm. 18, 38, 72; al-Fikr al-Islami , hlm. 9, 55, 62, 63, 84, 85; dan at -Tafkir , Taqiyuddin an-N abhani, di antara buku-buku terbitan Hizbut Tahrir, cet . I, 1393 H./1973 M.,

hlm. 41-45.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Hizbut Tahrir membangun pendapatnya ini berdasarkan pada bahwa manusia bersunguh-sungguh untuk mempertahankan dirinya. Manusia punya keinginan unt uk memiliki, mer asa t akut , ber ani, senang berkelompok, dan perbuatan-perbuatan sejenisnya, yang dilakukan dalam rangka mempertahankan dirinya. Rasa takut bukan naluri, keinginan untuk memiliki bukan naluri, berani bukan naluri, senang bekelompok bukan naluri, dan seterusnya, semuanya itu hanyalah indikasi saja untuk satu naluri, yaitu gharizah at -baqa' (naluri mempertahankan diri). Begitu juga, kecenderungan kepada perempuan karena syahwat, kecender ungan kepada per empuan kar ena kasih sayang, kecenderungan menolong orang yang tenggelam, kecenderungan menolong orang yang teraniaya, dan seterusnya, semuanya bukanlah naluri, itu hanyalah indikasi saja untuk satu naluri, yaitu gharizah an-nau' (nalur i melangsungkan spesies). Demikian juga dengan kecenderungan untuk beribadah kepada Allah, kecender ungan mengagungkan par a pahlaw an, kecender ungan m enghor m at i or ang-or ang yang m em iliki kekuat an, sem uanya merupakan indikasi untuk satu naluri, yaitu gharizah at -t adayyun (naluri ber agam a). Asal dar i nalur i- nalur i it u adalah per asaan unt uk mempertahankan diri, melangsungkan spesies, dan per asaan bahwa secara alamiah dirinya itu lemah. Dan dari perasaan-perasaan ini dihasilkan per buatan-per buat an. D engan demikian, per buatan-per buatan itu merupakan indikasi-indikasi bagi perkara-perkara yang mendasar (asal) tersebut. Intinya, bahwa tiap-tiap indikasi yang ada dikembalikan pada salah satu dari ketiga perkara mendasar. Oleh karena itu, naluri ada tiga, tidak lebih dan tidak kurang. 7

Berdasarkan semua itu, maka yang dimaksud dengan gharizah at - t adayyun (naluri beragama) adalah perasaan manusia bahwa secara alamiah dirinya lemah, butuh yang lain, banyak kekurangan, dan kecenderungan pada yang Maha Sempurna, yakni di sana ada kekuatan yang lebih besar dar i dir inya. D i antar a indikasi-indikasinya adalah pengkult usan, peribadatan, pengagungan para pahlawan, dan sebagainya. Sementara, gharizah an-nau' (naluri melangsungkan spesies) adalah perasaan untuk memper t ahankan spesies manusia, dan dor ongan untuk menjaga spesiesnya. Di antara indikasi-indikasinya adalah kecenderuang seks, sifat keayahan, sifat keibuan, r asa per saudar aan, dan seterusnya. Semua

7 Lihat. N izhom al-Islam , hlm. 18, 38, 72; al-Fikr al-Islami, hlm. 84, 85; dan at-Tafkir, hlm. 41-45.

sejak dahulu kala. Adapaun, (nalur i memper tahankan dir i) adalah kecenderungan untuk mempertahankan dirinya sendiri, dan dorongan untuk menjaga dirinya sendiri, sebagai individu, bukan sebagai sebuah spesies. Di antara indikasi-indikasinya adalah perasaan takut, kecintaan pada kekuasaan, keinginan untuk memiliki, dan seterusnya. Semua indikasi ini, membantu manusia untuk mempertahankan dirinya sendiri, sebagai seorang individu.