Definisi Khilafah

3. Definisi Khilafah

Definisi khilafah menurut Hizbut Tahrir ialah "Kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia untuk menegakkan hukum-hukum perundang-undangan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia". Khilafah adalah Imamah. Imamah dan khilafah itu artinya sama. Banyak hadis-hadis shahih yang menjelaskan dua kalimat ini dengan pengertian sama. Di dalam nash-nash syara' tidak terdapat untuk salah satu dari keduanya pengertian yang menyelisihi pengertian yang lainnya, tidak dalam al-Qur'an dan tidak pula dalam as-Sunnah, karena hanya keduannyalah yang menjadi nash-nash syara'. Dan dalam hal ini tidaklah wajib terikat hanya dengan kata ini, yakni Imamah atau Khilafah. Sebab, yang wajib hanyalah terikat dengan substansi pengertiannya. 16

Berkenaan dengan definisi khilafah, sesungguhnya para ulama telah menyebutkan sejumlah definisi khilafah. Hanya saja, saya berpendapat bahwa definisi yang dikemukan Hizbut Tahrir itu paling akurat dan paling mendekati kebernaran. Sebab, investigasi terhadap realitas N egara Is- lam itu tampak bahwa N egara Islam itu memiliki dua fungsi utama:

Pert ama : Aktivitas mener apkan hukum-hukum syara' ter hadap selur uh r akyat . N egar a Islam mengumpulkan zakat dan sekaligus mendistribusikannya, melaksanakan hudud , memelihara uruasan manusia dengan Islam, dan mengatur sistem kehidupan Islam secara umum.

Kedua : Aktivitas mengemban dakwah Islam keluar batas kekuasaan N egara Islam sampai keseluruh dunia, dan melenyapkan setiap bentuk penghalang yang menghambat jalannya dakwah Islam dengan jihad.

b. Bat as Wakt u Bagi Kaum M uslim U nt uk Menegakkan Khilafah.

Hizbut Tahrir berpendapat wajibnya bersegera melakukan aktivitas untuk membai'at khalifah ketika jabatan khilafah vakum . Adapun dalil dalam hal ini adalah bahwa para shahabat radhiyallahu 'anhum telah melaksanakan hal ini dengan segera di Saqifah Bani Sa'idah setelah Rasulullah Saw. wafat pada hari itu juga, dan sebelum pemakamannya. Bahkan pembai'atan terhadap Abu Bakar sebagai khalifah, yaitu bai'at in'iqad selesai pada hari itu juga. Kemudian, pada hari kedua orang-orang berkumpul di masjid untuk melakukan bai'at t a'at kepada Abu Bakar. Sedangkan batas waktu

16 Lihat: Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah , vol. II, hlm. 13; N izom al-H ukm fi al-Islam , hlm. 34; dan muqoddimah ad-D ustur, hlm. 128.

Juga, Imam Bukhor i mengeluar kan hadits melalui Misw ar bin Makhramah yang berkata: "Setelah larut malam Abdurrahman datang kepadaku. Ia mengetuk pintu sampai aku terbangun. Ia berkata: 'Aku kira kamu tertidur'. Demi Allah, tiga malam ini aku tidak bisa tidur". 18 Kemudian ketika orang-orang selesai shalat shubuh, bai'at Utsman ra baru selesai. Dengan demikian, para shahabat telah bersepakat (ijma') bahwasanya tidak halal kaum Muslim tidak memiliki khalifah lebih dari tiga hari tiga malam.

Ijma' shahabat adalah dalil syara' sebagaimana al-Qur'an dan as- Sunnah. H anya saja apabila pengangkatan khalifah tertunda sampai melebihi tiga hari tiga malam, maka dilihat. Jika kaum Muslim telah beraktivitas untuk mengangkat khalifah, namun mereka belum mampu mengangkatnya sampai tiga hari tiga malam disebabkan adanya hambatan yang tidak dapat dicegah atau ditolak, maka dosa itu gugur dari mereka sebab mer eka telah ber aktivitas melaksanakan kew ajiban. Sedang penundaan mereka itu terjadi karena keterpaksaan disebabkan hambatan yang tidak dapat mereka hadapi. Rasulullah SAW bersabda :

"Telah diangkat dosa dari umat -Ku karena keliru, lupa, dan t erpaksa". 19

17 Lihat: Fat h al- Bari , vol. ke-7, hal. 68. 18 HR. Bukhari. Lihat : Shahih Bukhari , vol. ke-6, hlm. 2634. 19 HR. at h-Thabrani dan Ibnu Majah. Lihat: al-M u'jam al-Ausat h , vol. ke-8, hlm. 161.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Sedangkan, apabila mereka tidak beraktivitas untuk mengangkat khalifah, maka mereka semuanya berdosa sampai diangkatnya khalifah. Dan ketika itu gugurlah kewajiban dari mereka. Adapun dosa yang telah mereka lakukan selama mereka berdiam diri dari aktivitas menegakkan khalifah, maka tidak gugur, namun dosa itu tetap atas mereka. Allah akan menghisab mereka atas dosa itu, sebagaimana Allah akan menghisab setiap bentuk kemaksiatan apa pun yang dikerjakan oleh seorang muslim ketika

meninggalkan kewajiban. 20 Oleh karena itu Hizbut Tahrir berpendapat bahwa kaum Muslim berdosa sebab tidak menegakkan khilafah sejak secara resmi terhapus dari dunia, yaitu pada tanggal 28 Rajab 1342 H. sampai mereka bisa menegakkannya kembali. Tidak terbebas dari dosa kecuali orang yang telah dan sedang beraktivitas dengan sungguh-sungguh untuk menegakkan khilafah bersama jamaah yang ikhlas dan jujur. Maka dengan begitu, baru mereka bisa selamat dari dosa besar, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh hadits Rasulullah SAW.:

"Dan barangsiapa mat i sedang pada pundaknya t idak ada bai'at (kepada Khalifah), maka ia mat i sepert i mat i jahiliyah." 21

c. Diskusi Seputar Pendapat Hizbut Tahrir Bahwa Sistem Pemerintahan Islam Adalah Khilafah

Sesungguhnya propaganda sebagian kalangan bahwa khilafah itu bukan bentuk satu-satunya sistem pemerintahan Islam. Sehingga sah-sah saja bentuk pemerintahan itu berupa Republik Islam, Demokrasi Islam, atau bentuk pemerintahan yang lain yang telah populer pada saat ini. Propaganda semacam ini tertolak, karena sejumlah nash terdahulu secara eksplisit atau implisit menunjukkan bahwa sistem pemerintahan Islam adalah khilafah. Sehingga tidak boleh menjadikan selain khilafah sebagai sistem pemerintahan Islam. Sebab, sistem pemerintahan Islam (khilafah) adalah sistem yang unik yang berbeda dari sistem-sistem yang lain.

Dalam hal ini, Hizbut Tahrir telah menegaskan bahwa bentuk sistem pemerintahan Islam (khilafah) adalah bentuk tunggal yang unik yang

20 Lihat: N izom al-H ukm fi al-Islam , hlm. 90, 91; ash-Shakhshiyah al-Islamiyah , vol. ke-2, hlm. 21, 22; M uqaddimah ad- Dust ur,

hlm. 136; dan Ajhizah N egara Islam al-Khilafah , hlm. 52, 53. 21 HR. Muslim. Lihat : Shahih M uslim , vol. ke-3, hlm. 1478.

Mengenai sistem pemerintahan Islam bukanlah sistem monarki, kar ena sama sekali tidak ada kesamaan atau keidentikan diantar a keduanya. Dalam sistem monarki seorang putra mahkota bisa menjadi Raja melalui warisan, sedang umat (rakyat) tidak memiliki hubungan dengan maslah itu. Sedangkan dalam sistem khilafah tidak ada saling waris mewarisi, tetapi baiat dari umat sebagai satu-satunya metode ( t hariqoh ) pengangkatan khalifah. Begit u juga, sistem monar ki member ikan keistimewaan-keistimewaan dan hak-hak khusus kepada Raja dimana tidak diberikan kepada seorangpun dari komponen r akyat sehingga, menjadikan Raja diatas undang-undang, sebagai simbol, dan panutan bagi umat. Raja berkuasa dan tidak tersentuh oleh hukum seperti yang berlaku dalam sebagian sistem monarki. Raja berkuasa dan pembuat hukum untuk mengatur negeri-negeri dan rakyatnya atas dasar hawa nafsunya seperti dalam sebagian sistem monarki yang lain. Raja melarang dirinya tersentuh hukum ketika berbuat jahat dan zalim. Sedangkan dalam sistem khilafah, khalifah tidak memiliki keistimewaan apapun diatas rakyatnya, seperti dalam sistem monarki. Khalifah tidak memiliki hak-hak khusus dalam pengadilan yang membedakan dirinya dari individu diantara umat (rakyat). Khalifah juga bukan simbol atau panutan bagi umat, seperti dalam sistem monarki. Khalifah hanyalah wakil ( naib ) umat dalam pemerintahan dan kekuasaan. Umat memilih dan membai'atnya agar ia menetapkan syari'at Allah terhadap umat (rakyat). Khalifah dalam semua tindakannya, hukum- hukumnya, dan pengaturannya terhadap urusan dan kemaslahatan umat terikat dengan hukum-hukum syara'. 22

Mengenai sistem pemerintahan Islam itu bukan sistem imperium (kekaisaran), karena sistem imperium itu sangat jauh dari sistem Islam. Setiap negeri yang berada dalam pemerintahan Islam meskipun penuh dengan perbedaan jenis dan semua urusan kembali kesatu sentral, namun itu tidak diperintah berdasarkan sistem imperium, tetapi berdasarkan sistem yang kontradiktif dengannya, sebab sistem imperium itu tidak

_________________

22 Lihat: N izom al- H ukm fi al- Islam , hlm. 28; dan Ajhizah N egara Islam al-Khilafah , hlm. 12, 13.

387

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

memperlakukan hukum secara sama diantara bangsa-bangsa yang hidup dinegeri-negeri imperium, tetapi memberikan keistimewaan hukum, harta dan ekonomi kepada pusat imper ium. Sedangkan metode sistem pemerintahan Islam adalah memberikan kesamaan hukum kepada seluruh warga negara diseluruh bagian N egara Islam. Sistem Islam mengingkari fanatisme golongan, dan memberikan hak dan kewajiban rakyatnya sesuai hukum-hukum Islam kepada non muslim yang menjadi warga negara Islam. Mereka mendapat keadilan seperti yang didapat warga muslim, dan mereka dituntut adil seperti warga yang muslim harus berlaku adil. Bahkan lebih dari itu, sistem Islam tidak memberikan hak khusus didepan pengadilan kepada seseorang diantara warga negara melebihi yang lain meskipun seorang muslim, apapun madzhab dan alirannya. D engan kesetaraan perlakuan ini sistem pemerintah Islam berbeda dari sistem imperium. Dan dengan sistem ini, N egara Islam tidak menjadikan negeri- neger i kekuasaannya sebagai jajahan, t em pat eksploit asi, dan penduduknya tidak pula sebagai sumber-sumber pendapatan khusus unt uk pemer int ahan pusat . Tet api m enjadikan selur uh neger i kekuasaannya satu kesatuan meskipun saling berjauhan dan terdiri dari banyak jenis, dimana setiap negeri menjadi bagian dari tubuh N egara Is- lam dan penduduknya yang memiliki hak-hak sebagaimana dimiliki penduduk pemerintahan pusat atau penduduk negeri yang lain. Dan sistem Islam menjadikan kekuasaan pemerintahan, sistem, dan perundang- undangannya sama saja di seluruh negeri-negeri kekuasaannya.

Hizbut Tahrir juga berpendapat bahwa sistem pemerintahan Islam itu bukan sistem federasi, dimana negeri-negeri kekuasaannya memiliki otonomi khusus, dan menyatu dalam hukum (pemerintahan) secara umum. N amun, simtem pemerintahan Islam merupakan sistem kesatuan, dimana wilayah kekuasaannya membentang dari Maroko di bagian Barat dan Khurasan di bagian Timur. Sebagaimana per nah dikenal adanya manajemen Fuyum ( mudiriyat ul fuyum ) ketika Kaero menjadi ibukota N egara Islam. Keuangan seluruh wilayahnya satu dan APBN -nya juga satu, yang dibelanjakan untuk kepentingan dan kemaslahatan seluruh rakyat t anpa memandang daer ahnya. Seandainya sat u daer ah (pr ovinsi) pemasukannya tidak mencukupi kebutuhannya, maka daer ah it u mendapatkan pendanaan (infaq) sesuai kebutuhannya, bukan berdasarkan pemasukkannya ke pusat . Apabila pemasukkan daer ah itu t idak mencukupi kebutuhannya, maka hal itu tidak diperhatikan, tetapi akan dikeluarkan pendanaan dari APBN sesuai dengan kebutuhannya, baik pemasukkannya (kepada pusat) sebanding dengan kebutuhannya ataupun

adalah karena sistem republik itu pada awal kemunculannya sebagai reaksi pr aktis ter hadap kesewenang-wenangan sistem monar ki (kerajaan). Dimana sang raja memiliki kedaulatan dan kekuasaan, sehingga dia memer int ah dan ber tindak ter hadap r akyat nya di neger i-neger i kekuasaannya dengan sesuka dan semaunya. Rajalah yang melegislasi hukum dan perundang-undangan yang dikehendakinya. Maka, lahirlah sistem republik, yang kemudian kedaulatan serta kekuasaan dipindahkan kepada rakyat, yang selanjutnya dinamakan dengan sistem demokrasi. Rakyatlah yang kemudian membuat undang-undang; yang menetapkan status halal dan haram, dan yang menentukan kebaikan dan keburukan atau terpuji dan tercela. Lalu, pemerintahan diserahkan sepenuhnya kepada presiden serta para mentrinya dalam sistem republik presidensiil, dan diserahkan kepada anggota kabinet (parlemen) dalam sistem republik parlementer. Sedangkan dalam sistem pemerintah Islam, kewenangan untuk melakukan legislasi (menetapkan hukum) bukan milik rakyat, tetapi hanya milik Allah semata. Dalam hal ini, tidak ada seorangpun memiliki hak menghalalkan atau mengharamkan selain Allah SWT.. Dalam Islam, member ikan kew enangan untuk melakukan legislasi (menetapkan hukum) kepada rakyat merupakan pelanggaran dan kejahatan besar. Al- lah SWT. berfirman:

"M ereka t elah menjadikan para pembesar mereka, dan rahib-rahibnya sebagai t uhan selain Allah". 24

Ketika turun ayat ini, Rasulullah SAW. menjelaskan bahwa ahbar (pendeta yahudi) dan ruhban (pendeta nasrani) itu sama-sama membuat syari'at. Mereka menghalalkan dan mengharamkan segala sesuatu serta amal per buat an untuk manusia, lalu manusia it u mengikut i dan mentaatinya. Sikap yang demikian ini sama artinya dengan menjadikan mereka tuhan-tuhan selain Allah. Penjelasan Rasulullah ini menunjukkan betapa besarnya kejahatan orang yang menghalalkan dan mengharamkan selain Allah SWT.. Dari Adiy bin Hatim, ia berkata:

23 Lihat: N izom al- H ukm fi al- Islam , hlm. 31, 32; dan Ajhizah N egara Islam al-Khilafah , hlm. 13, 14. 24 Q S. At-Taubah [9] : 31.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

"Aku dat ang kepada N abi SAW., sement ara di leherku bergant ung salib yang t erbuat dari emas. Lalu beliau bersabda: 'H ai Adi, buang berhala ini dari t ubuhmu!" Kemudian aku mendengar beliau membaca surat Bara'ah (at -Taubah): 'M ereka t elah menjadikan para pembesar mereka, dan rahib- rahibnya sebagai t uhan-t uhan selain Allah'. N abi SAW lalu bersabda: 'Benar, memang mereka t idak menyembah para pembesar dan para rahib it u. Akan t et api, ket ika para pembesar dan para rahib it u menghalalkan sesuat u unt uk mereka, mereka pun ikut menghalalkannya, dan ket ika para pembesar dan para rahib it u mengharamkan sesuat u unt uk mereka, mereka pun ikut mengharamkannya'." 25

Pemerintahan dalam Islam juga tidak dengan model kabinet, yang mana setiap departemen memiliki kekuasaan, wewenang, dan anggaran yang terpisah satu sama lain; ada yang lebih banyak dan ada yang lebih sedikit . Keunt ungan sat u depar t emen t idak akan dit r ansfer ke departemen lain kecuali dengan mekanisme yang panjang dan berbelit- belit. Hal ini mengakibatkan banyaknya hambatan dalam menyelesaikan berbagai kepentingan rakyat, karena banyaknya intervensi dari beberapa departemen hanya untuk mengurus satu kepentingan rakyat saja. Padahal seharusnya berbagai kemaslahatan rakyat itu dapat ditangani oleh satu st r ukt ur administ r asi saja. D alam sistem r epublik, pemer int ahan didistribusikan di antara departemen yang disatukan dalam kabinet yang memegang kekuasaan secara kolektif. Dalam sistem Islam tidak terdapat departemen yang memiliki kekuasaan pemerintahan secara keseluruhan (menurut bentuk demokrasi). Akan tetapi, Khalifah dibaiat oleh umat supaya memerintah mereka dengan Kitabullah dan Sunnah Rosul-N ya.

25 HR. at-Tirmidzi. Lihat: Sunan at -Tirmidzi , vol. ke-5, hlm. 278.

Khalifah berhak menunjuk siapa yang akan menjadi para pembantunya ( wuzara' t afwidl ) yang akan membantunya dalam memikul tanggung jawab kekhilafahan. Mereka adalah para wazir (menteri) dengan pengertian bahasa ( makna lughowi) , yakni para pembantu ( mu'awin ) khalifah dalam masalah-masalah yang ditentukan khalifah untuk mereka. 26

Hizbut Tahrir juga berpendapat bahwa sistem pemerintahan Islam itu bukan sistem demokrasi menurut pengertian hakiki demokrasi, baik dari segi bahwa kekuasaan membuat hukum-menetapkan halal dan haram, terpuji dan tercela-ada di tangan rakyat, maupun dari segi tidak adanya keter ikatan dengan hukum syara' dengan dalih kebebasan. Orang-orang kafir memahami betul bahwa kaum Muslim tidak akan pernah menerima demokrasi dengan pengertiannya yang hakiki itu. Oleh karena itu, negara-negara kafir imperialis (khususnya AS saat ini) berupaya memasarkan demokrasi di negeri-negeri kaum Muslim. Mereka berusaha memasukkan demokrasi itu ke tengah-tengan kaum Muslim melalui penyesatan makna dan opini, bahwa demokrasi merupakat mekanisme (alat) untuk pemilihan penguasa. Akibatnya, Anda bisa melihat sendiri, mereka (kaum kafir) mampu menghancurkan perasaan kaum Muslim dengan seruan demokrasi itu, dengan memfokuskan diri pada seruan demokr asi sebagai mekanisme (alat) pemilihan penguasa. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang menyesatkan kaum Muslim, yakni seakan-akan perkara yang paling mendasar dalam demokrasi adalah pemilihan penguasa. Karena negeri-negeri kaum Muslim saat ini sedang ditimpa penindasan, kezaliman, pembungkaman dan tindakan represif penguasa diktator, baik mereka berada dalam sistem yang disebut monarki (kerajaan) maupun sistem republik. Sekali lagi kami katakan, karena negeri-negeri Islam mengalami semua kesengasaraan tersebut, maka kaum kafir dengan mudah memasarkan demokrasi di negeri-negeri kaum Muslim sebagai aktivitas memilih penguasa. Mereka berupaya menutupi dan menyembunyikan bagian terpenting dan mendasar dari demokrasi itu sendiri, yaitu tindakan menjadikan kewenangan membuat hukum serta menetapkan halal dan haram berada di tangan manusia, bukan di tangan Tuhan manusia. Bahkan sebagian aktivis Islam, termasuk di antaranya adalah para syaikh (guru besar), mengambil tipuan itu, baik dengan niat yang baik maupun niat jahat. Jika Anda bertanya kepada mereka tentang demokrasi, maka mereka akan menjawab bahwa demokrasi hukumnya mubah (boleh) dengan alasan bahw a demokr asi adalah mekanisme pemilihan penguasa. Adapun mer eka yang ber niat jahat ber upaya

26 Lihat: N izom al- H ukm fi al- Islam , hlm. 29, 30; dan Ajhizah N egara Islam al-Khilafah , hlm. 14, 15.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Adapum masalah umat memilih penguasa atau memilih khalifah, hal itu merupakan perkara yang telah dinyatakan di dalam nash-nash syara'. Kedaulatan di dalam Islam ada di tangan syara'. Akan tetapi, baiat dari rakyat kepada khalifah mer upakan syar at mendasar agar seseorang menjadi khalifah. Sungguh pemilihan khalifah telah terlaksana secara praktis dalam Islam pada saat seluruh dunia masih hidup dalam kegelapan, kediktator an, dan kezaliman par a r aja. Siapa saja yang mencer mati mekanisme pemilihan Khulafaur Rasyidin -Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib; semoga Allah meridhai mereka semua-maka ia akan dapat melihat dengan sangat jelas bagaimana dulu telah sempurnanya pembaitan kepada para khalifah itu oleh ahlul halli wal aqdi dan para wakil kaum Muslim. Dengan bai'at itu, masing-masing dari mereka menjadi khalifah yang wajib didengar dan ditaati oleh kaum Muslim. Abdurrahman bin Auf ra., yang kala itu telah diangkat menjadi wakil atas sepengetahuan mereka yang menjadi representasi pendapat kaum Muslim (mereka adalah penduduk Madinah), telah berkeliling di tengah-tengah mereka; ia bertanya kepada si anu dan si anu, mendatangi rumah ini dan itu, serta menanyai laki-laki dan perempuan untuk melihat siapa di antara para calon khalifah yang ada, yang mereka pilih untuk menduduki jabatan khalifah. Pada akhirnya, pendapat orang-orang mantap ditujukan kepada Utsman bin Affan, lalu dilangsungkan bai'at secara sempurna kepadanya. 27

Adapun mengenai status hukum menegakkan khilafah itu wajib, maka pendapat Hizbut Tahrir ketika mewajibkan penegakkan khilafah bukanlah pendapat yang mengada-ada (bid'ah). Sebab, kaum Muslim

27 Lihat: Ajhizah N egara Islam al-Khilafah , hlm. 16, 17; dan Tesis ini halaman 291 dan seterusnya.

Dengan keterangan tersebut, tidak mungkin kami berkata bahwa sistem pemerintahan Islam itu bukan khilafah. Atau sistem pemerintahan khilafah itu hukumnya boleh, bukan wajib. Wallahu a'lam.

Sungguh dalam hal ini sangat ironis sekali melihat sebagian kaum Muslim yang meragukan dan menganggap sangat sulit berdirinya N egara Islam (Khilafah). Bahkan, mereka menganggap berdirinya khilafah adalah sesuat u yang ut opis dan m ust ahi l. Sehingga akt i vit as unt uk menegakkannya adalah sia-sia dan membuang-buang tenaga. Bahkan sampai ada diantara mereka yang berkata seraya mencemooh: "Apakah kalian hendak mengembalikan kehidupan kami ke padang pasir, tenda- tenda, binatang ternak, dan pedang!" Mereka itu lupa atau pura-pura lupa, bahwa N egara Islam (Khilafah) merupakan pelopor dalam segala hal. N egara Islam (Khilafah) telah banyak mengajarkan dan mengembangkan berbagai pengetahuan, sains dan teknologi (industri) yang sangat luar biasa, selama dalam hal ter sebut tidak ada lar angan dar i syara'. Ada lagi kelompok yang mengigau, katanya: "Sistem khilafah tidak layak diterapkan ter hadap manusia sekar ang, kar ena har us tegak diatas ketakw aan penguasa. Meskipun perkara ini benar-benar telah ada pada periode tertentu, tetapi sangat sulit terealisasi pada masa sekarang". Igauan ini perlu dijawab: "Benar, bahw a penerapan Islam dalam N egara Islam (Khilafah) itu bersandar kepada ketakwaan khalifah atau penguasa, namun masalahnya bukan hanya itu, melainkan juga bersandar pada ketakwaan umat dan kesadaran mereka terhadap hukum-hukum Islam. Umat harus melakukan koreksi (kontrol) kepada penguasa dalam menerapkan Is- _____________________

28 Lihat : Al-Muhalla, Ibnu Hazm, Lajnah Ihya'ut Turat s al- Arabi , D ar al-Afaq aj-Jadidah, Beirut, tanpa tahun, vol. ke-9, hlm. 359, 360; al- Ahkam as-Sult haniyah wa al-W ilayat ad-D iniyah , Abi al-Hasan Ali

bin Muhammad bin Habib al-Maw ardi, Dar al-Hurriyah li ath-Thiba'ah, Baghdad, 1409 H./1989 M., hlm. 15; al-Ahkam as-Sult haniyah , al-Qadhi Abu Ya'la. Dit ahqiqi: Muhammad H amid al-Faqi, Dar al- Kut ub al-Ilmiyah, Beirut , 1403 H./1983 M., hlm. 19; Tafsir al-Qurt hubi , vol. ke-1, hlm. 264; Ghayah al-M aram fi Ilmi al-Kalam , Ali bin Abi Ali bin Muhammad bin Salim al-Amidi. Ditahqiq: Hasan Mahmud Abdul Lathif, al- M ajlis al-A'la li asy- Syu'uni al-Islamiyah , Kaero, 1391 H ., hlm. 364; al- M awaqi

f, hlm. 574, 575; M uqaddimah Ibnu Khaldun , Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun al-Hadhrami, D ar al-Q alam, Beirut , cet . ke-5, 1984 M., hlm. 191, 192; al-Fashal fi al- M ilal wa al-Ahwa' wa an-N ahl , Ibnu Hazm, Maktabah al-Khaniji, Kaero, tanpa tahun, hlm. 72; N ail al-Aut har min Ahadit si Sayyid al- Akhyar Syarakh M unt aqa al-Akhbar , Muhammad bin Ali bin Muhammad asy-Syaukani, Dar al- Jail, Beirut, 1973 M., vol. ke-9, hlm. 158; as-Siyasah asy-Syar'iyah fi Ishlahi ar-Ra'i wa ar-Ra'iyah , Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyah, Dar al-Ma'rifah, Beirut, tanpa tahun, hlm. 136; dan M a't sar al-Inafah fi M a'alim al- Khilafah . Ditahqiqi: Abdus Sat tar Ahmad Faraj, Mathba'ah al-H ukumah al-Kuw ait , 1985 M., vol. ke-1, hlm. 29.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Inilah gambaran kondisi sebagian kaum Muslim pada saat dimana kekufuran dan pembelanya sama ketakutan karena merasakan telah dekatnya berdirinya N egara Islam (Khilafah). Kembalinya khilafah telah disebut-sebut, baik secara langsung maupun tidak oleh para pembesar pemimpin dunia. Mer eka sangat ketakutan akan berdirinya kembali khilafah. Oleh karena itu, mereka mulai mempersiapkan berbagai cara dan sarana untuk menghalangi tegaknya kembali N egara Islam (Khilafah). 29 Akan tetapi, Allah tetap dengan kehendak-N ya:

"M ereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah t et ap menyempurnakan cahaya-N ya meskipun orang-orang kafir t idak menyukainya." 30

Sebagaimana kami katakana kepada orang-orang yang meragukan akan berdirinya khilafah: "Ini adalah dalil-dalil wajibnya menegakkan N egara Islam (Khilafah), dan wajibnya beraktivitas untuknya. Apakah mungkin Allah SWT mewajibkan kepada kami sesuatu yang kami tidak sanggup melakukannya. Atau sesuatu yang tidak mungkin kami merealisasikannya! Maha suci Allah! Hendaklah mereka ingat kondisi Rasulullah SAW., serta sedikitnya yang beriman bersamanya. Bagaimana beliau keluar mendatangi berbagai kabilah untuk mengajak mer eka memeluk Islam, meminta per tolongan, per lindungan, dan bant uan kekuat an, sehingga bisa menyampaikan perkara (agama) Allah SWT.. Mayoritas kaum Muslim yang berjuang bersama beliau SAW. adalah orang-orang yang lemah dan tertindas, tetapi mereka ikhlas karena Allah SWT. dan yakin dengan apa yang dibawa Rasulullah SAW., maka Allah SWT. memberikan anugerah kepada Rasul-N ya dan orang-orang yang beriman dengan mendapat

29 Pada w aktu-w aktu yang terakhir (antara tahun 2003 - 2006) t elah dikeluar beberapa statemen dari beberapa pemimpin besar dunia, sepert i Bush, Clint on, Blear, Rumsfeld, Jhon Chery, Vladimer

Put hin, Richard Marz, dan yang lainnya yang menyerukan agar mew aspadai berdirinya kembali Khilafah. 30 QS. Ash-Shaf [61] : 8.

"Dan kemenangan it u hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah M aha Perkasa lagi M aha Bijaksana." 31

Sunggu kami sangat yakin bahwa pertolongan itu hanya dari sisi Allah SWT.. 32

d. Berita Gembira Akan Kembalinya Khilafah

Banyak nash-nash syar a' yang member i kabar gembir a akan kembalinya khilafah, di antaranya adalah dari Al-Qur'an. Allah SWT berfirman:

"Dan Allah t elah berjanji kepada orang-orang yang beriman di ant ara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia t elah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang t elah diridhai-Nya unt uk mereka,

31 QS. Al-Anfal [8] : 10. 32 Lihat: W ujub al-Amal li Iqamah ad- N egara Islam al-Islamiyah , hlm. 9.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Ayat yang mulia ini adalah janji dari Allah SWT. untuk memberikan kekuasaan dan keteguhan kepada orang yang beriman dan beramal saleh kepada umat Muhammad SAW. pada setiap situasi dan kondisi, pada setiap masa dan tempat. Janji Allah ini tidak hanya untuk satu kelompok tidak dengan kelompok yang lain, seperti persangkaan sebagian orang bahwa ayat itu khusus untuk masa sahabat saja.

Imam Qurthubiy berkata: "Maka sah bahwa ayat ini bersifat umum bagi ummat Muhammad SAW., tidak dikhususkan untuk kelompok tertentu, karena pengkhususan itu tidak ada kecuali dengan berita dari orang yang wajib diterima beritanya (yaitu Allah SWT dan Rasul-N ya). Dan ter masuk hal pokok yang diketahui ber sama adalah keharusan berpegang dengan dalil yang sifatnya umum". 34

Imam Syaukani berkata: "Ini adalah janji dari Allah SWT kepada orang yang beriman dan beramal saleh untuk memberi kekuasaan di bumi sebagaimana Allah t elah member i kekuasaan kepada umat -umat sebelumnya. Janji Allah ini bersifat umum untuk semua umat. Ada yang mengatakan bahwa janji Allah ini khusus kepada shahabat saja. N amun pendapat ini tidak memiliki dasar. Sebab, iman dan beramal shaleh itu tidak khusus hanya untuk shahabat saja. Akan tetapi, hal itu bisa terjadi bagi siapa saja di antara umat Muhammad ini". 35

Dari Ubay bin Ka'ab ra. berkata: Rasulullah SAW bersabda:

"Berilah berit a gembira kepada umat ini dengan mendapat kemegahan,

33 QS. An-N ur [24] : 55. 34 Tafsir al-Qurt hubi, vol. ke-12, hlm. 299. 35 Fat h al-Qadiral- Jami' baina Fanniy ar-Riwayah wa ad-Dirayah min 'Ilm at -Tafsir , Muhammad bin Ali asy- Syaukani, Dar al-Fikr, Beirut, t anpa tahun, vol. ke-4, hlm. 47.

Sedangkan berita gembira tentang kembalinya khilafah dari hadits- hadits syarif, sangat banyak sekali, di antaranya adalah sabda Rasulullah SAW.:

"Di t engah-t engah kalian t erdapat zaman kenabian, at as izin Allah ia t et ap ada. Lalu D i a akan m engangk at nya ji k a D i a berk ehendak mengangkat nya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikut i manhaj kenabian. Ia ada dan at as izin Allah ia akan t et ap ada. Lalu Dia akan mengangkat nya jika Dia berkehendak mengangkat nya. Kemudian khilafah it u menjadi kekuasaan kerajaan yang represif. Ia ada dan at as izin Allah ia akan t et ap ada. Lalu Dia akan mengangkat nya jika Dia berkehendak mengangkat nya. Kemudian khilafah it u menjadi kekuasaan kerajaan yang dikt at or. Ia juga ada dan at as izin Allah ia akan t et ap ada. Lalu Dia akan mengangkat nya jika Dia berkehendak mengangkat nya. Selanjut nya akan ada khilafah yang mengikut i manhaj kenabian. Beliau kemudian diam". 37

Dari Abdullah bin Hawalah bahwa Rasulullah SAW bersabda:

36 H R. al-Imam Ahmad. Lihat : Musnad Ahmad bin H ambal, vol. ke-5, hlm. 134. 37 H.R. Imam Ahmad. Lihat : Musnad Ahmad bin H anbal, vol. ke-4, hal. 273.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

"H ai Ibnu H awalah, ket ika engkau melihat khilafah t elah menempat i Bumi yang disucikan (Bait ul M aqdis) maka benar-benar t elah dekat berbagai gempa, musibah, dan perkara besar (alamat kiamat kubro). Pada saat it u kiamat sangat dekat dari manusia dari t anganku ini dari kepalamu". 38

Rasululah SAW. bersabda:

"Akan ada di akhir umat ku khalifah yang membagi-bagikan hart a berlebihan dan t idak menghit ung-hit ungnya." 39

Dan ketika Rasulullah SAW. ditanya tentang kota manakah yang pertama kali akan ditaklukkan dari dua kota, yaitu Konstantionpel atau Romawi? Beliau bersabda:

"Kot anya H eraclius yang pert ama kali akan dit aklukan, yakni kot a konst ant inopel". 40

Artinya dengan hadits ini kita dijanjikan untuk dapat menaklukan Roma, ibu kota Italia, yang merupakan benteng pertahanan gama N asrani (Kr isten), yaitu Vatikan. Bagian hadits per t ama, yait u penaklukan Konstantinopel benar-benar telah terealisasi di tangan Panglima Perang, Muhammad Al-Fatih. Dan tidak lama lagi-dengan izin Allah-bagian kedua dari hadits tersebut, yaitu penaklukan kota Roma akan segera terealisasi. Kami meyakini ini tidak akan bisa terjadi kecuali ketika kaum Muslim telah memiliki N egar a Islam, yang akan menyatukan mer eka, dan menegakkan hukum Allah terhadap mereka. Inilah berita gembira yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. kepada kita, seperti pada hadits- hadits tersebut di atas. Sebenarnya dalam hal ini masih banyak hadits yang lain, tetapi hadits-hadits yang telah disampaikan telah lebih dari cukup.

38 H.R. Imam Ahmad. Lihat: M usnad Ahmad bin H anbal , vol. ke-5, hal. 288. 39 H.R. Imam Ahmad. Lihat: M usnad Ahmad bin H anbal , vol. ke-3, hal. 317. 40 H.R. Imam Ahmad. Lihat: M usnad Ahmad bin H anbal , vol. ke-2, hal. 176. Al-haitsami berkata dalam Majma' az-Zaw aid. HR. Ahmad, para raw inya adalah para raw i hadis shahih, selain Abi Q ubail dan dia adalah tsiqah (kepercayaan). Lihat: M ajma' az-Z awaid , vol. ke-6, hlm. 323.