Sikap Hizbut Tahrir terhadap Khabar Ahad

3. Sikap Hizbut Tahrir terhadap Khabar Ahad

H izbut Tahr ir ber pendapat bahwa Khabar Ahad menunjukkan (menghasilkan) pengertian zann (asumsi atau dugaan). Oleh karena itu ia bukan hujjah (ar gumentasi) dalam menetapkan persoalan-per soalan akidah. Hizbut Tahrir membantah sebagian yang beranggapan bahwa Khabar Ahad diterima sebagai dalil dalam persoalan-persoalan akidah. Mereka beralasan bahwa N abi SAW. mengirim seorang utusan kepada par a Raja, dan seorang utusan kepada par a amil -nya; par a sahabat menerima perkataan seorang utusan yang memberitahu mereka tentang hukum syara', seperti perintah menghadap Ka'bah, dan perintah haramnya riba; Rasul SAW. mengirim Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu kepada orang-orang untuk membacakan surat at-Taubah, padahal beliau seorang diri; dan sebagainya.

Hizbut Tahrir menjelaskan bahwa peristiwa-peristiwa ini tidak menunjukkan atas diterimanya Khabar Ahad sebagai dalil dalam persoalan- persoalan akidah. N amun, menunjukkan atas diterimannya Khabar Ahad dalam hal penyampaian informasi ( t abligh ), baik tabligh untuk hukum- hukum syara', maupun tabligh untuk Islam. Tidak dapat dikatakan bahwa diterimanya t abligh untuk Islam berarti diterimanya untuk persoalan- per soalan akidah. Sebab dit er imanya t abligh unt uk Islam adalah diterimanya untuk penyanpaian informasi, bukan diterima sebagai dalil unt uk per soalan akidah. Alasannya adalah bahw a or ang yang menyampaikannya itu menggunakan akalnya atas apa yang ia disampaikan. Apabila telah terbukti dengan pasti, maka ia harus meyakininya, dan dianggap kafir menginkarinya. Menolak berita tentang Islam tidak dinggap kufur, tetapi menolak Islam yang telah terbukti dengan pasti itulah yang menyebabkab kufur. Atas dasar hal itu, maka menyampaikan Islam tidak dianggap bagian dar i akidah. D an tidak ada perselisihan mengenai diterimanya Khabar Ahad dalam penyampaian informasi.

Peristiwa-peristiwa yang diriwayatkan semuanya menunjukkan atas penyampaian informasi. Adakalanya menyampaikan Islam, menyampaikan al-Qur'an, atau menyampaikan hukum-hukum. Adapun menyampaikan akidah, maka hal itu bukan menjadikan Khabar Ahad sebagai dalil. Di sini harus menghargai Hizbut Tahrir. Meskipun Hizbut Tahrir menetapkan

Pendapat Hizbut Tahrir yang telah diadopsinya mengenai Khabar Ahad ini banyak mengundang kecaman. Bahkan dianggap sebagai kesalahan Hizbut Tahrir yang paling menonjol dalam masalah akidah. Sehingga beber apa penulis m enyer ang H izbut Tahr ir. M er eka menuduhnya dan menyebutnya dengan beragam sebutan…. 106 Penulis kitab ad-Da'wah al-Islamiyah mengatakan, setelah membicarakan tentang tulisan-tulisan H izbut Tahr ir, ia menjelaskan pendapatnya tentang mengambil Khabar Ahad dalam persoalan akidah: "Adapun persoalan- per soalan akidah itu tidak diambil dari hadits-hadits Ahad, maka ini merupakan problem yang mengundang perdebatan yang sengit. Sekiranya mereka berkata: (Sesunguhnya dalam persoalan-persoalan akidah tidak seorang pun di antara ulama, baik ulama mut aqaddimin (terdahulu) maupun mut a'akhkhirin (belakangan) yang mengat akan bolehnya mengambil dalil zanniy). 107 Ini sama artinya dengan mengatakan bahwa tidak seorang pun di antara ulama yang mengatakan bahwa Khabar Ahad merupakan hujjah (dalil) dalam per soalan-persoalan akidah. Hal ini menunjukkan kebodohan yang sangat memalukan, dan sedikit nya pengetahuan". 108

Demikianlah dalam tulisan aslinya "Sekir anya mereka berkata", nampaknya yang pas "N amun mer eka ber kat a". Sebab, sesudah pernyataannya ia mengutip tulisan dari salah satu kitab Hizbut Tahrir. Jelasnya penulis ini ingin menisbatkan pernyataan "Tidak seorang pun di antar a ulama bahw a Khabar Ahad mer upakan hujjah (dalil) dalam persoalan-persoalan akidah" ini kepada Hizbut Tahrir, agar setelah itu ia dapat mengklaim Hizbut Tahrir dengan mengatakan bodoh dan sedikit pengetahuannya. Sebenarnya ia telah terjebak dengan keinginan yang dipaksakan terhadap Hizbut Tahrir. Sebab ada perbedaan antara kami

Lihat: N izom al-Islam , hlm. 75; asy-Syakhshiyah al-Islamiyah , vol. I, hlm. 187-193, 346; asy-Syakhshiyah al-Islamiyah , vol. III, hlm. 66, 84; dan Izalah al-At rubah an al- Judzur , hlm. 5-7.

Lihat: Al- Jama'at al-Islamiyah , hlm. 294-317; H izb at -Tahrir ( M unaqasyah Ilmiyah li Ahammi M abadi' al- ), hlm. 125; H izb at h-Thuruq ila Jama'ah al- M uslimin , hlm. 302; At sar al- Jama'at al- Islamiyah al-M idani Khilala al-Qarni al-'Isyrin , hlm. 260-264; dan

ad- Da'wah al-Islamiyah , hlm. 118 dan seterusnya.

Tulisan tidak seperti it u, yang benar adalah sepert i yang saya t ulis di baw ahnya.

Lihat: Ad-D a'wah al-Islamiyah , hlm. 119.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Oleh karena Hizbut Tahrir menyadari betul tentang perbedaan ulama tentang pengertian yang ditunjukkan (dihasilkan) oleh Khabar Ahad , maka Hizbut Tahrir berkata: "Tidak ditemukan seorang pun di antara ulama, baik ulama mut aqaddimin (terdahulu) maupun mut a'akhkhirin (belakangan) yang mengatakan bahwa persoalan-persoalan akidah boleh diambil dari dalil yang zanniy . N amun, semua ulama mengatakan bahwa persoalan akidah harus diambil dari dalil yang 109 qat h'iy ". Hizbut Tahrir tidak pernah mengatakan: "Tidak seorang pun di antara ulama yang mengat akan bahw a Khabar Ahad mer upakan hujjah (dalil) dalam persoalan-persoalan akidah".

Kem udi an t uduhan bahw a H izbut Tahr ir bodoh sebab pernyataannya ini, maka hal ini sama artinya dengan menuduh bodoh sekelompok orang-orang yang terhormat di antara para ulama, termasuk menuduh bodoh Al-Imam asy-Syathibiy, sebab beliau mengatakan: "Sekiranya boleh menjadikan zann sebagai dasar bagi pokok-pokok ( ushul ) fiqih, tentu juga boleh menjadikannya sebagai dasar bagi pokok-pokok ( 110 ushul ) agama. N amun, disepakati bahwa hal itu tidak boleh". Yang mengherankan adalah bahwa Hizbut Tahrir sebenarnya telah mengutip perkataan asy-Syathibi setelah membuat pernyataan di atas. N amun seperti sudah bisa ditebak bahwa penulis kitab ad-Da'wah al-Islamiyah adalah tergesa-tergesa dengan sikapnya. Ini satu-satunya yang dapat saya katakan.

Kemudian, setelah penulis mengecam pernyataan Hizbut Tahrir ini, penulis tidak membicarakan tentang penyataan yang berlawanan, namun ia mengutip perkataan Ibnu Taimiyah mengenai perbedaan ulama terkait

Lihat: Izalah al-At rubah an al- Judzur , hlm. 73.

Al-M uwafaqat , Ibrahim bin Musa al-Lukhmi al-Ghurnathi yang lebih dikenal dengan asy-Syathibiy, diteliti oleh: Abdullah D arraz, Dar al-Ma'rifah, Beirut, t anpa tahun, vol. I, hlm. 31; dan lihat juga al- Jami' li Ahkam al-Qur'an , Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, diteliti oleh: Ahmad Abdul Alim al-Barduni, D ar asy-Sya'ab, Kaero, cet. II, 1372 H, vol. VIII, hlm. 343.

terlihat dari kitabnya-adalah di antara Ikhwanul Muslimin, atau sedikit banyak orang yang sangat fanatik dengannya, namun ia tidak tahu apa yang dikatakan oleh al-Ustad Sayyid Quthub, asy-Syeikh Muhammad Ghazali, dan DR. Musthafa as-Siba'iy-padahal mereka ini adalah tokoh- tokoh Ikhwan yang ter kenal-tentang hadits Ahad dan hubungannya dengan persoalan-persoalan akidah. Sebab, masing-masing dari mereka ini menyatakan bahwa Khabar Ahad menunjukkan (menghasilkan) makna zann (asumsi atau dugaan). 112

Begitu juga, apa yang telah dilakukan penulis kitab al- Jama'at al- Islamiyah fi Dhau'i al-Qur'an wa as-Sunnah . Ia mulai mengecam Hizbut Tahrir karena Hizbut Tahrir menyatakan bahwa akidah tidak dibangun di atas Khabar Ahad . Sampai ia dan yang lainnya melakukan kebohongan dan bahkan tidak jarang melakukan penyimpangan dan pemutarbalikan metodologi. Tujuannya, agar mereka bisa menyakinkan bahwa Hizbut Tahrir itu sesat, sebab Hizbut Tahrir tidak mengambil Khabar Ahad untuk dalil akidah. Mer eka menipu par a pembaca dengan menyampaikan pendapat beberapa ulama yang isinya wajib menerima Khabar Ahad dan wajib beramal dengannya. Mereka telah mengacaukan Khabar Ahad dan kehujjahannya dalam akidah. Sebab, ia menisbatkan kepada Imam N awawi bahwa beliau berkata sesungguhnya Khabar Ahad dapat menetapkan akidah. Ia mulai mer eka-reka, mer angkai kata, dan mengutip tulisan sepotong-sepotong agar bisa menyakinkan pembaca bahwa demikian inilah pendapat Imam N awawi. 113 Untuk membuktikan kesalahan ini, cukup saya menyebutkan tulisan yang mencerminkan pendapat Imam N awawi: "Para ulama berkata: Khabar itu ada dua macam: Mutawatir dan Ahad.

Khabar M ut awat ir adalah khabar (hadits) yang disampaikan oleh sejumlah orang, yang mereka itu mustahil bersepakat untuk berdusta dari sesamanya, di setiap tingkatan jumlah rawinya sama, yang disampaikan ___________________ adalah fakta bukan gagasan, serta menghasilkan kepastian dari apa yang

Lihat: Ad- da'wah al-Islamiyah , hlm. 119, 120.

Lihat: Fi Z ilal al-Qur'an , Sayyid Qut hub, D ar asy-Syarq, Kaero, cet. X X X IV, 1425 H./2004 M., vol. VI, hlm. 4008; as-Sunnah baina Ahli al-fiqh wa Ahli al-H adit s , Muhammad al-Ghazali, cet . VI, tanpa tahun, hlm. 74; dan as-Sunnah wa M akanat uha fi at -Tasyri' al-Islami , DR. Mushtafa as-Siba'iy, Dar as- Salam, Kaero, cet . II, 1418 H ./1998 M., hlm. 161-164.

Lihat : Al- Jama'at al-Islamiyah , hlm. 313, 315.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Sedangkan Khabar Ahad adalah khabar (hadits) yang tidak memenuhi syarat-syarat Khabar M ut awat ir , baik rawinya satu ataupun lebih, serta berbeda tentang hukumnya. Menurut mayoritas kaum Muslim, mulai dari kalangan sahabat, tabi'in, dan orang-orang sesudahnya dari para ahli hadits, fiqih dan ushul bahwa Khabar Ahad yang tsiqqah (terpercaya) adalah dalil di antara dalil-dalil syara' yang wajib beramal dengannya. Sedang makna yang dihasilkan adalah zann (asumsi atau dugaan) bukan al-'ilm (pasti). Sesunggunya, w ajibnya ber amal dengan Khabar Ahad diket ahui berdasarkan syara' bukan berdasarkan akal.

Alir an Q adar iyah … ., dan sekelompok di ant ar a ahli hadits berpendapat dahwa Khabar Ahad mengharuskan makna pasti. Sebagian ber kata menghar uskan makna pasti secar a lahir tidak secara batin. Sebagian ahli hadits berpendapat bahwa Khabar Ahad yang terdapat dalam Shahih Bukhari atau Shahih Muslim menunjukkan makna pasti, namun tidak dengan Khabar Ahad yang terdapat di selain keduanya. Kami telah mengemukakan pendapat ini dan membatalkannya di beberapa bab. Pendapat-pendapat ini, selain pendapat jumhur (mayoritas ulama) adalah batil. Pendapat jumhur ini juga membatalkan orang yang berkata: Khabar Ahad bukan hujah secara lahir. Padahal, surat-surat N abi SAW yang dibawa oleh para utusan yang berangkat perseorangan, senantiasa dilakukan, bahkan N abi SAW. memerintahkan agar mengamalkannya. Hal ini pun terus berlangsung di masa para Khulafa ar-Rasyidin dan orang-orang sesudahnya. Sur at -sur at mer eka, par a sahabat dan or ang-or ang sesudahnya, dari kalangan salaf (generasi pertama) dan khalaf (generasi sesudahnya) melaksanakan Khabar Ahad . Apabila Khabar itu telah sampai kepada mer eka, maka Khabar itu disebar kannya. Semua persoalan mereka diselesaikan dengannya. Mer eka merujuk kepadanya dalam m em buat keput usan. M er eka m em bat al kan keput usan yang bertentangan dengannya. Mereka meminta Khabar Ahad dijadikan dalil atas orang yang tidak menganggapnya sebagi dalil. Mereka memprotes dan mengkritik orang yang menyalahinya. Semua ini diketahui-tidak diragukan-ada pada sesutau. Akal tidak menghalangi beramal dengan Khabar Ahad . Syara' datang mewajibkan beramal dengannya, sehingga

Saya tegaskan kembali perkataan Imam N awawi rahimahullah : "Menurut mayoritas kaum Muslim, mulai dari kalangan sahabat, tabi'in, dan orang-orang sesudahnya dari para ahli hadits, fiqih dan ushul bahwa Khabar Ahad yang t siqqah (terpercaya) adalah dalil di antara dalil-dalil syara' yang wajib beramal dengannya. Sedang makna yang dihasilkan adalah zann (asumsi atau dugaan) bukan al-'ilm (pasti). Sesunggunya, wajibnya beramal dengan Khabar Ahad diketahui berdasarkan syara' bukan berdasarkan akal". Dan perkataannya: "Pendapat-pendapat ini selain pendapat jumhur (mayoritas ulama) adalah batil". Serta perkataannya: "Adapaun orang yang ber kat a: Khabar Ahad menghar uskan makna pasti, maka ia tidak menghar gai per asaan (penginderaan). Sebab bagaimana mungkin ia menghasilkan makna pasti. Padahal kemungkinan adanya kekelir uan, keraguan dan kedustaan, dan yang lainnya sangat terbuka lebar".

Bukan Imam N awawi saja yang mengutip bahwa hal itu dari jumhur. Ibnu H azm juga ber kat a: "Pasal. Apakah Khabar Ahad yang adil menghar uskan amal sekaligus m enghasilkan m akna past i, at au menghar uskan amal namun tidak menghasilkan makna pasti? Abu Muhammad berkata: Berkata Abu Sulaiman dan al-Husain dari Ibnu Ali al-Karabisiy dan al-Harits bin Asad al-Mahasibiy, serta yang lainnya bahwa Khabar Ahad yang adil yang sampai kepada Rasulullah SAW. mengharuskan amal dan sekaligus menghasilkan makna pasti. Dan dengan ini kami berkara. Perkataan ini disebukan oleh Ahmad bin Ishak yang dikenal dengan Ibnu Huwaiz Mindad dari Malik bin Anas. Para pengikut madhab Hanafi, Syafi'i, mayoritas madhab Maliki, semua pengikut Mu'tazilah dan Khawarij berpendapat bahwa Khabar Ahad tidak menghasilkan makna pasti. Ini artinya, menurut mereka bahwa pada Khabar Ahad tidak menutup kemungkinan adanya kedustaan dan keraguan. Dalam hal ini mereka semua sepakat. Bahkan sebagian menyamakan antara hadits M usnad (hadits yang sanadnya bersambung sampai pada N abi atau sahabat) dengan hadits M ursal (hadits yang disandarkan langsung oleh tabi'in tanpa melalui sahabat). 115

Al-M inhaj Syarah Shahih M uslim bin al-H ajjaj , Yahya bin Syaraf an-N aw aw i, Dar Ihya' at-Turats al-Arabi, Beirut , cet. II, 1392 H., vol. I, hlm. 130-132.

Lihat: Al-Ihkam fi Ushuli al-Ahkam , Ali bin Ahmad bin Hazm al-Andalusi, Dar al-Hadits, Kaero, cet. I, 1404 H., vol. I, hlm. 112.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Dalam hal ini, banyak di antara para ulama yang menetapkan bahwa Khabar Ahad 116 hanyalah menghasilkan makna zann .

N amun, meski demikian, kami dapati penulis kitab al-Jama'at al-Islamiyah berkata: Mereka member itahukan tentang pendapat mereka sendir i bahwa menur ut mereka Khabar Ahad tidak menghasilkan makna pasti. Mereka benar dengan apa yang mereka sampaikan tentang diri mereka sendiri. N amun mereka berdusta dengan apa yang mereka sampaikan bahwa menurut Ahlussunnah dan Ahlulhadits Khabar Ahad itu tidak menghasilkan makna pasti. 117 Pernyataan ini jelas merupakan tuduhan berdusta pada mayoritas ulama umat Islam yang ber pendapat bahw a Khabar Ahad hanya menghasilkan makna zann (asumsi).

Saya tidak ingin masuk dalam perdebatan masalah Khabar Ahad menghasilkan makna zann (asumsi), bukan makna pasti. Sungguh para ulama dulu dan sekar ang telah mengkajinya. N amun, saya akan menyampaikan beberapa perkara yang menjadikan kami tidak gampang m engklaim sesat or ang yang mengat akan bahw a Khabar Ahad menghasilkan makna zann . Di antara perkara-perkara tersebut adalah: Tidak menjadikan bacaan-bacaan yang syadz (ganjil) bagian dari al-Qur'an. Padahal diyakini bahwa bacaan-bacaan itu ditetapkan berdasarkan hadits- hadits shahih, tetapi semuanya Ahad. Begitu juga apa yang diriwayatkan t entang Umar bin al-Khat ht hab yang mengancam akan men- jilid (memukul) Abu Musa al-Asy'ar i radhiyallahu 'anhu ket ika beliau meriwayatkan hadits tentang ist i'dan (permintaan izin). Umar memintanya untuk mendatangkan saksi-saksi atas hadits yang diriwayatkannya.

Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu 'anhu berkata: "Ketika kami sedang berada di majlis Ubai bin Ka'ab, tiba-tiba Abu Musa al-Asy'ari datang dalam keadaan marah sampai ia berdiri dan berkata: "Aku bersumpah demi Allah, adakah di antara kalian yang mendengar Rasulullah SAW. bersabda:

"M emint a izin it u sebanyak t iga kali. Jika mendapat kan izin, maka

Lihat : al- M usht ashf a fi Ilm al - U shul , al-Imam M uhammad bin Muhammad al-Ghazali, dit elit i oleh:Muhammad Abdussalam Abdu asy-Syafi'i, Dar Kutub al-Ilmiyah, Beirut , cet. I, 1413 H ., hlm. 116; Kasyf al-Asrar , Abdul Aziz al-Bukhari, Dar Kutub al-Arabi, Beirut, tanpa tahun, vol. II, hlm. 370; al-M absut h , Muhammad bin A bi Sahl as-Sarkhasi, Dar al-Ma'rifah, Beirut, tanpa penerbit, 1406 H., vol. I, hlm. 19 dan vol. IV, hlm. 38; Jami' al-Ushul min Ahadit s ar-Rasul , Ibnu Atsir, Dar Ihya' at-Turats al-Arabi, tanpa penerbit, tanpa tahun, vol. I, hlm. 69; dan Khabar al-W ahid at -Tashdiq bihi wa Adami al- Jazmi fi al- Aqaid , Tsabit al-Khaw aja, D ar Q andil, Amman/Yordania, cet . I, 2005, hlm. 74-94.

Lihat : Al- Jama'at al- Islamiyah , hlm. 312.

meminta izin kepada Umar bin Khaththab sebanyak tiga kali, namun ia tidak memberi aku izin, maka aku pun pulang. Hari ini aku mendatanginya, setelah bertemu, aku ceritakan kepadanya, bahwa aku kemarin datang dan mengucapkan salam sebanyak tiga kali, lalu aku pergi". Umar berkata: "Kami mendengarnya, namun ketika itu kami sedang sibuk. Mengapa kamu tidak minta izin sampai kamu mendapatkan izin?" Abu Musa berkata: "Aku minta izin sebagaimana yang aku dengar Rasulullah SAW. telah ber sabda". Umar ber kata: "Aku benar-benar akan membuat sakit punggung dan perutmu sampai kamu berhasil mendatangkan sesorang saksi atas apa yang kamu katakan ini". Ubai bin Ka'ab berkata: "Demi Allah, kamu tidak salah. Hanya saja aku mendengarnya ketika aku masih kecil". Abu Musa berkata: "Berdirilah, wahai Abi Sa'id!" Lalu, aku pun berdir i. Setelah aku bertemu Umar, aku berkata: "Aku benar-benar mendengar Rasulullah SAW. bersabda yang demikian ini". 118

Di antaranya juga adalah bahwa perkataan tentang pastinya makna dalam Khabar Ahad , berarti secara implisit telah mensifati para rawi dengan 'ishmah (tanpa cacat), dan mereka tidak mungkin salah, tergelincir, atau lupa. Di antaranya juga adalah adanya beberapa hadits yang bertolak belakang. Dari Hudzaifah berkata:

"N abi SAW. dat ang ke t empat sampah milik suat u kaum, lalu beliau kencing sambil berdiri. Kemudian, beliau mint a dibawakan air. Aku pun dat ang membawakan air. Lalu, beliau berwudhu". 11 9

N amun Ummul Mu'minin Aisya radhiyallahu 'anha berkata:

"Siapa yang bercerit a kepada kalian bahwa Rasulullah SAW. kencing

M ut t afaqun 'alaih . Sedang isi matan menurut Muslim. Lihat: Shahih Bukhari , vol. III, hlm. 2305; dan Shahih M uslim , vol. III, hlm. 1694. M ut t afaqun 'alaih . Sedang isi matan menurut Muslim. Lihat: Shahih Bukhari , vol. I, hlm. 90; dan Shahih M uslim , vol. I, hlm. 228.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

Begitu juga dalam hal N abi SAW. melihat Allah SWT.. Dari Masyruq ia berkata: Aku bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha . Wahai ibunda, apakah Muhammad SAW. melihat Tuhannya? Aisyah ber kata: Aku mer inding kar ena apa yang kamu t anyakan ini. D i mana kamu mendapatkan keterangan itu, dari tiga or ang yang menceritakannya. Sungguh, ber dust a or ang yang m encer it akan kepadam u bahw a Muham mad SAW. t elah melihat Tuhannya, ia sungguh-sungguh berdusta…." 121 Dari Abi Dzar radhiyallahu 'anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW., apakah Engkau melihat Tuhanmu? Beliau bersabda: "Dia tertutup cahaya, sehingga bagaimana mungkin saya melihat- N ya". 122

Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata: Sungguh para ulama salaf berbeda pendapat tentang N abi SAW. melihat Tuhannya. Aisyah dan Ibnu Mas'ud menolaknya; ada dua pendapat dari Abi Dzar; dan sekelompok ulama menetapkannya. Abdur Razzaq bercerita dar i Ma'mar dar i al-Hasan bahwa ia bersumpah sesungguhnya Muhammad melihat Tuhannya…. Dalam al-M ufham , al-Qurthubi lebih suka pada pendapat yang tidak mau lagi membahas masalah ini. Al-Q ur thubi menisbatkannya kepada kelompok di antara para peneliti, dan menguatkannya. Sesungguhnya dalam hal ini tidak ada dalil yang qat h'i dan final. Sedang apa yang dijadikan dalil oleh kedua belah pihak tampak bertolak belakang dan masih bisa ditakwilkan. Al-Q urthubi berkata: Masalahnya, ini bukan persoalan- persoalan amaliyah , sehingga cukup dengan dalil-dalil yang zanni (asumtif). N amun, ini merupakan persoalan-persoalan akidah, sehingga tidak cukup kecuali dengan dalil-dalil yang qat h'i (definitif). 123 Apakah mer eka menuduh-dengan maksud melecehkan-bahwa siti Aisyah itu sesat, sebab beliau menolak dan membantah orang yang mengatakan bahwa Rasulullah

D iriw ayat kan oleh Imam Ahmad, an-N asa'i, dan at -Tirmidzi. Sedang isi mat an menurut an-N asa'i. Lihat; al-M usnad al-Imam Ahmad , vol. IV, hlm. 136; al- Jami' ash-Shahih (Sunan at-Tirmidzi), Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, dit eliti oleh: Ahmad Muhammad Syakir dan lainnya, Dar Ihya' at-Turats al-Arabi, Beirut, tanpa tahun, vol. I, hlm. 17; dan al-M ujt abi min as-Sunan (Sunan an-N asa'i), Ahmad bin Syuaib an-N asa'i, diteliti oleh: Abdul fatt ah Abu Ghadah, Makt ab al-Mat hbu'at al-Islamiyah, H alab/Suriah, cet . II, 1406 H ./1986 M ., vol. I, hlm. 26. Imam N aw aw i berkat a t erdapat banyak hadit s yang melarang kencing sambil berdiri, namun hadits-hadits itu semuanya lemah. Sementara hadits riw ayat Aisyah ini kuat. Lihat : Syarah an-N awawi ala M uslim , vol. III, hlm. 166.

M ut t afaqun 'alaih . Sedang isi matan menurut Bukhari. Lihat : Shahih Bukhari , vol. IV, hlm. 1840; dan Shahih M uslim , vol. I, hlm. 159.

Diriw ayat kan oleh Muslim. Lihat : Shahih M uslim , vol. 1, hlm. 161.

Fat h al- Bari Syarah Shahih Bukhari , Ahmad bin Ali bin H ajar al-'Asyqalani, ditelit i oleh: Muhammad Fuad Abdul Baqi, Dar al-Ma'rifah, Beirut , 1379 H ., vol. 8, hlm. 608.

SAW. kecing sambil berdiri; dan menolak orang yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW. melihat Tuhannya?! Benar, terkadang seorang berkata: Ummul Mu'minin bercerita apa yang diketahuinya saja. Jawabannya: Sesungguhnya yang menjadi per masalahan bukan apa yang telah diketahuinya atau yang belum diketahuinya. N amun, masalahnya adalah Siti Aisyah mengetahui dua pendapat tersebut, tetapi beliau menolak kedua pendapat tersebut. Meskipun yang meriwayatkan kedua pendapat tersebut adalah sahabat.

Berdasarkan hal itu, saya berpendapat bahwa Hizbut Tahrir tidak jauh dari jalan yang benar mengenai sikapnya terhadap Khabar Ahad . Sesungguhnya Khabar Ahad bukanlah dalil dalam menetapkan persoalan- per soalan akidah. Bahkan pendapatnya ini sesuai dengan pendapat mayor it as ulama, baik ulama gener asi per tama (par a shahabat), sesuadahnya (tabi'in dan tabi'it tabi'in), maupun ulama kontemporer.