Sistem Ekonomi a. Sistem Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi

2. Sistem Ekonomi a. Sistem Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi

1. Perbedaan Sistem Ekonomi dan Ilmu Ekonomi. Meskipun ilmu ekonomi dan sistem ekonomi masing-masing keduanya sama-sama membahas masalah ekonomi, namun Hizbut Tahrir berpendapat bahwa keduanya sangat berbeda. Bahkan persepsi satu dengan yang lain juga berbeda. Dalam pandangan Hizbut Tahrir, sistem ekonomi itu tidak dibedakan oleh banyak dan sedikitnya kekayaan, dan tidak terpengaruh oleh kekayaan secara mutlak. Sedikit dan banyaknya kekayaan itu tidak dapat mempengar uhi sistem ekonomi dar i sudut manapun.

Oleh karena itu Hizbut Tahrir memandang bahwa sangatlah keliru menjadikan semua itu dalam satu topik pembahasan ekonomi. Sebab, hal tersebut bisa berdampak pada kesalahan dalam memahami prob- lem-problem ekonomi yang akan diselesaikan, atau berdampak pada pemahaman yang keliru mengenai faktor-faktor tersedianya kekayaan diseluruh negeri. Karena pengaturan urusan jama'ah dari sudut pengadaan (penyediaan) kekayaan adalah satu problem, sedang pengaturan urusan jamaah dari sudut pendistribusian kekayaan adalah problem lain. Oleh karena itu, pembahasan tentang pengaturan pengadaan kekayaan harus dipisahkan dari pembahasan tentang pengaturan pendistribusian kekayaan. Sebab, yang pertama terkait erat dengan masalah sarana (alat), sedang yang kedua terkait erat dengan pemikiran (konsep). Atas dasar hal itu, maka pembahasan sistem ekonomi harus dikatagorikan sebagai sebuah pemikiran yang dipengar uhi oleh suatu pandangan hidup (ideologi) tertentu. Sementara, ilmu ekonomi harus dianggap sebagai sebuah ilmu yang tidak memiliki hubungan apapun dengan suatu pandangan hidup

_________________________ 57 Lihat: N izhom al-Islam , hlm. 114; M uqaddimah ad-Dust ur , hlm. 267; dan an-N izhom al- Ijt ima'i fi al-

Islam , hlm. 145, 146.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

(ideologi) tertentu. Sedangkan pembahasan terpenting dari keduanya adalah mengenai sistem ekonomi. Sebab, problem ekonomi itu selalu bergerak mengikuti kebutuhan manusia, sarana (alat) pemenuhannya, dan pemanfaatan sarana it u. M engingat , sar ana it u t elah ada di alam semest a, sehingga mempr oduksinya t idak menyebabkan pr oblem mendasar dalam pemenuhan kebutuhan manusia, tetapi pemenuhan kebutuhan itulah yang mendorong manusia untuk memproduksi atau mengadakan sarana itu. Sedangkan problem yang muncul hanyalah mengenai interaksi manusia, yakni mengenai masyar akat yang timbul akibat dar i ada tidaknya pemberian kesempatan kepada manusia dalam memanfaatkan sarana itu, yakni problem itu timbul dari masalah penguasaan (pemilikan) manusia terhadap sarana tersebut. Inilah masalah yang menjadi asas bagi problem ekonomi, dan yang membutuhkan solusi. Berdasarkan hal itu, maka prob- lem ekonomi itu sebenarnya timbul dari masalah penguasaan (pemilikan) manfaat (kekayaan), bukan dari pengadaan sarana (alat) yang memberikan (mendatangkan) manfaat ini. 58

2. Pandangan Hizbut Tahrir Mengenai Ekonomi

H izbut Tahrir ber pendapat bahw a pandangan Islam ter hadap m ent er i kekayaan i t u ber beda dar i pandangannya t er hadap pemanfaatannya. Sar ana yang memberikan manfaat adalah sesuatu, sedangkan penguasaan (pemilikan) atas manfaat itu adalah sesuatu yang lain. Harta dan tenaga manusia keduanya adalah materi kekayaan dan keduanya adalah sarana yang memberikan manfaat. Status keduanya dalam pandangan Islam dilihat dari sisi keberadaannya dalam kehidupan dunia dan dari sisi pengadaannya itu berbeda dari status pemanfaatan keduanya dan dari cara penguasaannya. Dalam hal ini, Islam sangat jelas m engat ur pem anfaat an kekayaan. Islam t elah m enghar am kan pemanfaatan beber apa har ta benda, seper t i khamer dan bangkai. Sebagaimana Islam mengharamkan pemanfaatan sebagian dari usaha (peker jaan) manusia seper ti menjadi penar i dan pelacur. Islam juga menghar amkan penjualan sebagai dar i har ta (bar ang) yang har am dikonsumsi, serta mengharamkan penyewaan (kontrak) aktivitas-aktivitas yang haram dilaksanakan. Hal ini dipandang dari sisi pemanfaatan harta dan tenaga (pekerjaan atau jasa) manusia. Sedangkan dipandang dari sisi bagaimana (cara) memperoleh keduanya, maka syara' telah menetapkan sejumlah hukum untuk memperolehnya, seperti hukum-hukum yang

_______________________ 58 Lihat: N izhom al-Iqt ishadi , hlm. 55.

Sedangkan ter kait dengan mater i kekayaan dipandang dar i sisi produksinya (pengadaannya), maka Hizbut Tahrir berpendapat bahwa Islam telah mendorong dan memotivasi manusia untuk memproduksi dan melakukan usaha dengan bentuk umum. Dan dalam hal ini, Islam t idak mencampur inya, sehingga Islam t idak menjelaskan tent ang mekanisme penambahan produksi dan kuiantitasnya, tetapi semuanya diser ahkan sepenuhnya kepada kehendak m anusia yang akan merealisasikannya. Harta (kekayaan) itu telah ada didalam kehidupan dunia secar a alam i ah. D an All ah Sw t . m encipt akannya dan menundukkannya untuk manusia. Allah SWT berfirman:

" Dan Dia t elah menundukkan unt uk kalian apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi semuanya sebagai (rahmat ) dari pada-N ya. " 59

Dan banyak lagi ayat-ayat yang lain. Maka, dari apa yang telah dijelaskan di atas, jelaslah bahwa perhatian Islam fokus pada sistem ekonomi, tidak pada ilmu ekonomi. Sehingga Islam menjadikan pemanfaatan kekayaan dan mekanisme penguasaan (pemilikan) kekayaan sebagai topik pembahasannya, dan sama sekali Islam tidak mengatur tentang bagaimana memproduksi kekayaan tersebut. 60