Definisi Politik 67 menurut Hizbut Tahrir

1. Definisi Politik 67 menurut Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir menyebutkan dua definisi untuk politik: Pertama, politik adalah sebuah teknik (seni) meraih sesuatu yang mungkin terjadi ( fan al-mumkin ). Kedua, politik adalah pemeliharaan terhadap berbagai urusan ( ri'ayah asy-syu'un ).

a. Definisi Politik sebagai sebuah Teknik Kemungkinan

Hizbut Tahrir mengkaji politik sebagai sebuah teknik (seni) yang kemungkinan terjadinya sangat besar sekali. 68 Hizbut Tahrir menjelaskan

bahwa ia mer upakan definisi yang benar. H anya saja, H izbut Tahr ir mengkritik apa yang terjadi pada masyarakat, yang hanya terbatas pada sesuatu yang aktual dan temporal saja. Hizbut Tahrir menyebutnya sebagai sesuatu yang salah. Sebab ia memaknai realitas dengan makna yang salah dengan mengkaji fakta dan berjalan mengikutinya. Sekiranya ia berhasil ditundukkan oleh fakta tersebut, niscaya sejarah tidak pernah ada, dan tidak pernah ada juga kehidupan politik. Sebab sejarah adalah mengubah fakta. Kehidupan politik adalah mengubah berbagai realitas yang sedang terjadi menjadi realitas yang lain. Oleh karena itu, definisi politik sebagai sebuah teknik (seni) meraih sesuatu yang mungkin terjadi ( fan al-mumkin ) merupakan definisi yang salah menurut pemahaman masyarakat, atau menurut pemahaman para politisi. N amun dari sisi kata 'mungkin' yakni

66 Lihat: Asy- Syakhshiyah al-Islamiyah , vol. III, hlm. 223, 226. 67 Politik ( as-siyasah ) menurut bahasa. Dalam Lisan al-Arab dikatakan: Sust u ar-ra'iyah siyasah (aku telah mengurusi rakyat). Politik ( as- siyasah ) adalah mengurusi sesuat u untuk kebaikan. Politik ( as-siyasah ) adalah pekerjaan as-sa'is (pengembala/pemimpin). Yasusu ad-dawab (memelihara binat ang), apabila ia menjaga dan mengurusinya. Al-W ali Yasusu Ra'iyah (seorang w ali/gubenur sedang mengurusi rakyat ). Lihat: Lisan al-Arab , vol. IV, hlm. 164 dan vol, X II, hlm. 32; M ukht ar ash-Shihah , hlm. 326. Dalam al- Qamus dikatakan: Sust u ar-ra'iyah siyasah artinya saya memerintah rakyat dan melarangnya. Lihat: al- Q amus al-Muhit h, hlm. 710. 68 Lihat: Afkar Siyasiyah , kumpulan nasyrah yang dikeluarkan H izbut Tahrir selama beberapa periode, cet . ke-1, 1415 H./1994 M., hlm. 22.

Pemikiran-pemikiran yang terkait dengan hal-hal yang mungkin, atau realitas-realitas yang mungkin bukan sebuah politik, melainkan premis logika, atau sekedar impian, fantasi dan hayalan. Agar pemikiran-pemikiran itu menjadi pemikiran-pemikiran politik, maka harus terkait dengan hal- hal yang berkemungkinan. Oleh karena itu, politik merupakan sebuah teknik (seni) meraih sesuatu yang mungkin terjadi ( fan al-mumkin ) bukan teknik (seni) meraih sesuatu yang mustahil terjadi ( fan al-must ahil ). Sebab kemustahilan bukanlah politik. Begitu juga fakta dan realitas bukanlah politik. Sebab ia lawan dari sejarah. Sekiranya tidak ada perubahan sesuatu sesuai kemungkinan-kemungkinan, tentu politik dan sejarah tidak pernah ada. Sejarah adalah mengubah fakta dengan fakta yang lain. Politik adalah melakukan teknik (seni) kemungkinan lawan kemustahilan. Rasulullah SAW. melihat politik sebagai sebuah teknik (seni) kemungkinan dalam arti bukan sebuah kemustahilan. Beliau mewujudkan Islam di tempat yang didominasi oleh kesyirikan. Selanjutnya, pemikiran-pemikiran Islam dan hukum-hukumnya yang memberikan solusi atas berbagai problematika manusia diletakkan di semua tempat menggantikan pemikiran-pemikiran

syirik dan kufur. 69 Hizbut Tahrir menjelaskan bahwa penjajahan (imperialisme) Timur

maupun Barat, khususnya Barat menyadari betul akan potensi Islam, bahayanya Islam bagi mereka, dan bahayanya kembalinya Islam dalam per catur an H idup. Kemudian, mer eka menciptakan konsep politik r ealisme (paham atau ajar an yang selalu ber tolak dar i kenyataan). Akibatnya politik secara tekstual yang ada pada kaum Muslim, dan yang dijalankan para politisi, serta yang dengannya mereka terikat adalah politik realisme. Politik menurutnya adalah teknik (seni) kemungkinan, dalam arti sesuai realitas. Sehingga mereka menyebut sesuatu yang tidak realistis dengan hayalan, impian atau ilusi. Tujuannya adalah untuk menjauhkan masyarakat dari Islam dan pemikiran-pemikirannya. Hal ini berarti tunduk dengan realitas, dan tidak berpikir untuk merubahnya. Oleh karena itu, harus memerangi pemahaman (persepsi) ini dari tengah-tengah umat. Dan harus mengerti serta memahami bahwa politik adalah pemeliharaan dan pengaturan urusan-urusan umat sesuai hukum-hukum Islam, bukan

69 Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 22.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

b. Definisi politik sebagai sebuah pemeliharaan terhadap berbagai urusan.

H izbut Tahr ir mendefinisikan polit ik, bahw a polit ik adalah pemeliharaan urusan-urusan umat di dalam dan di luar negeri oleh negara dan umat. N egara adalah yang melakukan praktek pemeliharaan ini secara langsung. Sementara umat adalah yang melakukan kontrol dan koreksi terhadap kinerja negara. Pemeliharaan urusan-urusan umat di dalam negeri oleh negara adalah dengan menerapkan ideologi di dalam negeri. Inilah hakikat politik dalam negeri. Sedangkan pemeliharaan urusan-urusan umat di luar negeri oleh negara adalah hubungan-hubungan negera dengan negara, bangsa dan umat yang lain, serta menyebarkan ideologi ke seluruh dunia. Inilah hakikat politik luar neger i. Konsep politik luar neger i merupakan perkara penting untuk menjaga eksistensi negara dan umat, serta perkara mendasar untuk memungkinkan mengemban dakwah ke seluruh dunia. Agar hal itu terlaksana dengan baik, maka harus mengatur hubungan umat dengan yang lainnya secara benar. 71

Hizbut Tahrir berpendapat bahwa definisi politik ini merupakan sifat bagi fakta politik yang sebenarnya. Definisi politik ini seperti definisi akal, definisi jujur, definisi kekuasaan, dan yang lainnya di antara pengertian- pengertian yang merupakan fakta yang ada pada semua manusia, dengan satu pengertian yang dalam hal ini mereka tidak berbeda pendapat. Sebab ia merupakan fakta yang terjangkau indera. N amun mereka berbeda pendapat mengenai hukumnya. Kemudian mer eka memper tegas pengertian politik dengan penegertian bahasa ini, dan dengan hadits-hadits N abi SAW.. Adapun politik dalam pengertian bahasa dikatakan sasa yasusu siyasat an dengan arti memelihara urusan-urusannya. Dan pemeliharaan ini berdasar kan per intah-perintah dan larangan-lar angan. Sedangkan hadits-hadits yang menjelaskan politik didasarkan pada hadits-hadits yang berisi tentang aktivitas penguasa, tentang mengoreksi penguasa, dan tentang memperhatikan kepentingan-kepentingan kaum Muslim. Hizbut Tahrir menjelaskan bahwa semua itu menunjukkan pada definisi politik ini. Sabda Rasulullah SAW.:

70 Lihat: Afkar Siyasiyah , hlm. 22, 23. 71 Lihat: M afahim Siyasiyah li H izb at -Tahrir , dikeluarkan Hizbut Tahrir, cet. ke-3, 1389 H./1969 M., hlm. 1; M afahim Siyasiyah li H izb at -Tahrir , dikeluarkan Hizbut Tahrir, cet. ke-4, 1425 H./2005 M., hlm. 5; Afkar Siyasiyah , hlm. 10; M uqaddimah ad-Dust ur , hlm. 426; dan ad-daulah al-Islamiyah , hlm. 139, 147.

"Siapapun seorang wali (pemimpin) yang dipercaya mengurusi rakyat di ant ara kaum M uslim, lalu ia mat i dalam keadaan menipu mereka, kecuali Allah mengharamkan surga baginya". 72

Sabda Rasulullah SAW.:

"Sesungguhnya banyak seorang pemimpin yang akan dipercayakan unt uk mengurusi urusan kalian. Kemudian, kalian mengakuinya dan mengi ngkarinya. Barangsiapa yang membenci ( kem ungkaran yang dilakukannya), maka ia t erbebas (dari dosa). Barangsiapa yang mengingkari (kezalimannya), maka ia selamat (dari dosa). Akan t et api, barangsiapa yang rela dan mengikut inya (maka ia t urut mendapat kan dosanya). M ereka berkat a: 'W ahai Rasulullah, mengapa t idak kit a perangi saja mereka?" Rasulullah SAW. bersabda: 'Tidak, selama mereka masih menjalankan shalat '." 73

Rasulullah SAW. bersabda:

"Aku berbai'at kepada Rasulullah SAW. unt uk melaksanakan shalat , menunaikan zakat , dan memberi nasihat kepada set iap orang Islam". 74

Selanjutnya Hizbut Tahrir berkata: Hadits-hadits ini semuanya, baik yang terkait dengan penguasa dalam mengurusi pemerintahan, terkait dengan umat dalam mengoreksi penguasa, maupun yang terkait dengan kaum Muslim terhadap sesamanya dalam memperhatikan kepentingan- kepentingannya, serta dalam menasihatinya. Dari hadits-hadits inilah digali definisi politik, yaitu pemeliharaan urusan-urusan umat. Dengan demikian,

72 HR. Bukhari. Lihat : Shahih al-Bukhari, vol. VI, hlm. 2614. 73 HR. Muslim. Lihat: Shahih Muslim, vol. III, hlm. 1480. 74 Mutafaqun 'alaih. Lihat: Shahih al-Bukhari, vol. I, hlm. 31; dan Shahih Muslim, vol. I, hlm. 75.

Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200 Tsaqofah dan M etode Hizbut Tahrir 200

urusan-urusan umat baik di dalam maupun di luar negeri. Oleh karena itu, Hizbut Tahrir menganggap akidah Islam sebagai akidah politik, bahkan ia merupakan asas pemikiran mendasar bagi kaum Muslim. Sebab akidah Islam bukan akidah spiritual (ruhiyah) semata, namun ia merupakan akidah yang dengan pemikiran-pemikiran dan hukum-hukum yang terpancar darinya kami mengurusi urusan-urusan umat dalam persolan-persoalan dunia dan akhirat. 76

Melalui penelitian saya terhadap beberapa sumber, tampak bahwa definisi politik menurut Hizbut Tahrir tidak jauh beda dengan definisi-

definisi para ulama zaman dulu maupun sekarang (kontemporer). 77